Kementerian Keuangan siap menghadapi potensi kenaikan harga BBM di bulan Ramadhan
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Di Indonesia, kenaikan harga minyak dunia berpotensi menyebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak dan pada akhirnya meningkatkan laju inflasi.
Jakarta, Indonesia – Didorong oleh menurunnya cadangan minyak Amerika Serikat, harga minyak dunia pun melonjak titik tertinggi sepanjang tahun 2015. Penurunan ini terjadi pertama kali dalam lima bulan terakhir.
Di Indonesia, kenaikan harga minyak dunia berpotensi menyebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Pasalnya, harga minyak dunia berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) no. 191 Tahun 2014 merupakan salah satu variabel yang digunakan pemerintah untuk menghitung harga bahan bakar dalam negeri.
(BACA: Penundaan kenaikan harga BBM tidak akan lama)
Vice President Corporate Communications PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro mengatakan, pihaknya rutin melakukan evaluasi harga BBM nonsubsidi untuk menyesuaikan dengan berbagai variabel penentu harga BBM nonsubsidi.
“Untuk nonsubsidi seperti Pertamax, kami evaluasi rutin setiap 2 minggu sekali,” kata Wianda melalui pesan singkat.
BBM nonsubsidi mengacu pada Keputusan Presiden No. 191 Tahun 2014 adalah bahan bakar khusus tugas dan bahan bakar umum. Sedangkan BBM bersubsidi adalah jenis bahan bakar tertentu yang terdiri dari minyak tanah bersubsidi dan solar.
Untuk jenis BBM yang paling banyak dikonsumsi masyarakat yaitu Premium, Wianda juga mengatakan, penentuan harga ada di tangan pemerintah, sehingga masih harus menunggu keputusan pemerintah mengenai harga Premium.
Menyikapi potensi kenaikan harga BBM di bulan Ramadhan, Ekonom Universitas Indonesia Berly Martawardaya menilai pemerintah sebaiknya memindahkan kenaikan tersebut ke hari raya Idul Fitri.
“Beli saja, jadi Agustus naik misalnya,” kata Berly.
Menurut Berly, hal ini dikarenakan tekanan terhadap laju inflasi pada periode Ramadan hingga Idul Fitri sudah cukup tinggi akibat potensi kenaikan harga pangan akibat meningkatnya permintaan.
(BACA: Efisiensi Distribusi, Kunci Turunkan Inflasi Pangan)
Kementerian Keuangan siap menghadapi potensi inflasi
Meski demikian, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan pihaknya terus berupaya agar fluktuasi harga BBM tidak terlalu berdampak signifikan terhadap laju inflasi.
“Untuk kebijakan BBM, kami terus menyelaraskannya dengan pengendalian inflasi nasional. Agar inflasi ke depan tidak sensitif terhadap kenaikan BBM, kata Bambang dalam rapat paripurna di gedung DPR/MPR baru-baru ini, seperti dikutip dari Antara. media.
Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahazil Nazara, upaya Kementerian Keuangan sejauh ini relatif berhasil.
“Anda mencatat bahwa pada tahun 2013 dan 2014, ketika harga bahan bakar naik, inflasi melonjak menjadi 2,5%. “Sekarang tidak terlalu tinggi dan itu karena kenaikan harga lainnya, bukan hanya bahan bakar,” kata Suahazil.
Kuncinya, kita tidak menaikkan harga BBM secara tiba-tiba, harus terukur dan sejalan dengan pergerakan perekonomian, ujarnya. Rappler.com