• November 25, 2024
Nasib pesan antar makanan online di balik bayang-bayang Go-Food

Nasib pesan antar makanan online di balik bayang-bayang Go-Food

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Bagaimana nasib pemesanan makanan di tengah maraknya salah satu properti Go-Jek yang memiliki model bisnis serupa, Go-Food?

Sebelum anda membaca artikel ini, perlu anda ketahui bahwa saya tidak memihak dan tidak bermaksud untuk mempromosikan atau semacamnya kepada satu atau banyak pihak.

Siapa yang tidak kenal dengan aplikasi tersebut diskusi Transportasi Go-Jek? Nampaknya hampir semua orang yang mengikuti perkembangan teknologi mengetahuinya rintisan yang didirikan oleh Nadiem Makarim.

Disini saya mencoba mengangkat topik yang mudah luput dari pandangan kita. Takdir rintisan memesan makanan di tengah maraknya salah satu properti Go-Jek yang memiliki model bisnis serupa, Go-Food.

Bagi mereka yang belum pernah mendengarnya sebelumnya rintisan pesan makanan, penjelasannya sederhana. Mereka yang menggeluti model bisnis ini biasanya bermitra dengan restoran-restoran di berbagai kota sehingga bisa memesan makanan melalui websitenya.

Kemudian makanan yang dipesan konsumen akan diantar oleh layanan pesan antar atau delivery service restoran tersebut rintisan diri sendiri. Sederhana, bukan?

Beberapa contoh rintisan Pemesanan makanan yang aktif di Indonesia adalah Klik-Eat, FoodPanda, Raja-Makan dan Pumasera.

Mengancam Go-Food?

Lalu bagaimana kehadiran Go-Food dapat mengancam model bisnis tersebut?

Pada dasarnya Go-Food memiliki model bisnis yang sama. Go-Food bekerja sama dengan restoran dan kios makanan di kota tempat mereka beroperasi. Pengguna kemudian dapat memesan makanan langsung dengan aplikasi tersebut.

Kenapa saya bisa bilang Go-Food yang jelas bisa mengancam pemain baru di bidang ini? Jumlah pedagang jawabannya.

Sejujurnya, saya belum pernah menggunakan layanan ini rintisan memesan makanan on line itu. Bukan karena saya lebih memilih Go-Food atau tidak ingin mengeluarkan uang lebih untuk ongkos kirim. Tapi karena tidak ada pedagang yang bekerjasama di dekat tempat tinggal saya.

Alhasil, saya mencoba Go-Food untuk pertama kalinya. Saat memilih menu, saya dihadapkan pada banyak pilihan makanan. Mulai dari makanan cepat saji yang sudah punya nama, hingga ayam goreng tepung di pinggir jalan yang hanya diketahui warga sekitar.

Meski begitu banyak pilihan makanan yang tersedia, terkadang saya kesulitan menemukan driver Go-Jek yang bersedia membelikan makanan saya. Karena memang di wilayah Tangerang jumlah pengemudi Go-Jek tidak sebanyak di Jakarta.

Kembali ke topik, Go-Food bisa menjadi ancaman rintisan memesan makanan on line karena mereka punya pedagang apa yang lebih. Dari nama besar hingga kios masih berbasis UMKM. Selain itu, kesadaran Masyarakat merasa Go-Jek jauh lebih besar rintisan memesan makanan on line itu.

Menurut saya dua hal ini perlu lebih ditekankan rintisan memesan makanan on line Hal ini agar mampu bersaing dengan Go-Food.

Menurut Anda, apakah Go-Food benar-benar bisa menjadi ancaman nyata bagi manusia? rintisan memesan makanan on line Dia? —Rappler.com

Artikel ini sebelumnya telah diterbitkan di Teknologi di Asia

BACA JUGA:

situs judi bola