• October 6, 2024
Mediasi Ahok dan DPRD berakhir dengan sindiran

Mediasi Ahok dan DPRD berakhir dengan sindiran

Perdebatan dipicu saat Ahok bertanya kepada Wali Kota Jakarta Barat soal pengadaan UPS, lalu salah satu anggota DPRD berteriak: ‘Gubernur atau preman?’

JAKARTA, Indonesia – Mediasi antara Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) terkait penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2015 yang diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri, tidak membuahkan hasil. hasil. Keduanya bahkan terlibat adu mulut.

Sebelumnya, Ahok dan DPRD sempat berselisih paham mengenai besaran anggaran belanja daerah yang dilaporkan ke Kementerian Dalam Negeri. Ahok menuding ada yang janggal dalam laporan penyajian anggaran setelah dikoreksi DPRD.

Menurut Ahok, anggota dewan diduga memasukkan anggaran fiktif hingga Rp12,1 triliun. Dengan mengubah kembali nomenklatur anggaran, dan memotong anggaran kegiatan antara 10% hingga 15%, dan memasukkannya ke dalam kegiatan baru.

Salah satunya untuk pembelian perangkat pasokan listrik yang tidak terputus (UPS) untuk kantor kelurahan dan kelurahan yang mencapai Rp 4,2 miliar. (BACA: Polemik APBD 2015: DPRD DKI Jakarta Ancam Akan Tuntut Ahok)

Argumen tidak bisa dihindari

Dalam mediasi tersebut, Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Yuswandi A. Temenggung mengatakan kedua lembaga masih teguh pada pendiriannya masing-masing. (BACA: Ahok Vs DPRD DKI Jakarta Lawan Korupsi Bagian 1)

Yuswandi mengatakan keributan sudah reda sebelum pertemuan. Tepat setelah pendapat akhir disampaikan. (BACA: Pertarungan Anti Korupsi Ahok Vs DPRD DKI Jakarta, Bagian 2)

Saefullah, Sekretaris Daerah DKI Jakarta, menambahkan pernyataan Yuswandi. Menurut dia, sebelum pertemuan berakhir, Ahok sempat menanyakan kepada Wali Kota Jakarta Barat Anas Effendi soal akuisisi UPS. (BACA: Ahok Vs DPRD DKI Jakarta Lawan Korupsi Bagian 3)

Pertanyaan ini terkait dengan temuan pengadaan UPS di seluruh kelurahan dan kelurahan di Jakarta Barat dalam APBD yang disiapkan DPRD. Sedangkan perolehan tersebut tidak dapat ditemukan di daerah lain.

Berdasarkan pantauan Rappler di lokasi, Wakil Ketua DPRD Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Abraham ‘Lulung’ Lunggana dan Wakil Ketua DPRD Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Triwisaksana adalah dua dari beberapa orang yang keluar dari lokasi. ruang rapat lebih awal, setelah diputuskan bahwa mediasi terhenti.

Cerita Ahok soal keributan itu

Usai mediasi, Ahok menjelaskan versinya mengenai penyebab kebuntuan tersebut. Ia mengaku menolak kompromi dengan DPRD. Sikap ini membuat marah anggota dewan.

Salah satu anggota dewan yang protes, kata Ahok, adalah Lulung.

Lulung menyebut Pemprov DKI melanggar hukum dengan mengirimkan versi berbeda ke Kemendagri. “Kami setuju e-anggaran“Tapi kenapa hanya APBD versi gubernur yang dikirim ke Kementerian?” ujar Ahok mengutip Lulung di balai kota, Kamis 5 Maret.

Ahok pun langsung menanggapi Lulung dan angkat suara soal akuisisi UPS di Jakarta Barat.

Ahok bertanya kepada Wali Kota Jakarta Barat Anas Effendi tentang proses hingga pengadaannya masuk APBD. Sebab, menurutnya, pengadaan UPS senilai Rp4,2 miliar itu terdapat di setiap kelurahan dan kelurahan di Jakarta Barat dan tidak terdapat di wilayah lain.

Sebelum Anas menjawab, seorang pejabat di Pemerintahan DKI yang enggan disebutkan namanya mengatakan, terdengar reaksi dari jajaran anggota dewan atas pertanyaan Ahok. “Apakah itu gubernur atau preman?” ucap pejabat itu menirukan suara salah satu anggota dewan. Pernyataan inilah yang diduga kuat mengaburkan keadaan. Akhirnya rapat ditutup.

Setelah itu, Ahok mengatakan suasana ruang rapat tiba-tiba memanas. Beberapa anggota dewan meneriakkan kata-kata kotor. “Saya sempat mendengar ada yang berteriak ‘anjing’,” kata Ahok.

Geger versi DPRD

Di luar ruang rapat, Lulung pun membeberkan versinya tentang keributan tersebut. Dia menilai, sikap Ahok yang menekan satuan kerja daerah tidak etis. Menurut dia, akuisisi UPS telah melalui pembahasan komisi dan disahkan melalui rapat pleno. Gubernur marah, tidak pantas kalau gubernur seperti itu, kata Lulung.

Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Selamat Nurdin membenarkan kericuhan yang terjadi dalam pertemuan tersebut. Selamat mengatakan, kemarahan anggota dewan berkobar saat Ahok menyinggung persoalan UPS. Alasannya, dewan menilai Ahok sombong karena menunjuk satuan kerja perangkat daerahnya dalam rapat formal.

Namun Selamat membenarkan ada anggota dewan yang melontarkan hinaan dalam pertemuan tersebut. Sayangnya, dia enggan membeberkan siapa saja anggota dewan tersebut.

Mediasi akan kembali digelar

Karena mediasi tidak berhasil, Kementerian Dalam Negeri memutuskan untuk mengadakan pertemuan serupa lagi pada 17 Maret 2015. (BACA: Ahok melaporkan dugaan korupsi APBD Jakarta 2015 ke Komisi Pemberantasan Korupsi)

Sekda DKI Saefullah menambahkan, Kementerian Dalam Negeri juga akan mengeluarkan keputusan evaluasi APBD dalam waktu 15 hari setelah Pemprov DKI mengirimkan rancangan Perda APBD 2015 pada 13 Februari. Selanjutnya, Pemprov DKI akan kembali membahas perda tersebut dengan Badan Anggaran DPRD sebelum diterbitkan.

Namun jika kesepakatan masih belum terwujud, kata Saefullah, kepala daerah akan membuat peraturan gubernur yang menyatakan Pemprov DKI akan menggunakan APBD tahun 2014 dengan persetujuan Menteri Dalam Negeri.

“Prosesnya akan kami ikuti,” kata Saefullah.—Rappler.com


link alternatif sbobet