• October 21, 2024

Bayern kian dominan, Juventus kian melemah

Josep Guardiola telah menambahkan satu lagi gelandang ke dalam skuadnya. Padahal, pasokan pemain menengah sudah melimpah.

Arturo Vidal hengkang ke Bayern Munich dengan biaya transfer sekitar EUR 37 juta atau setara Rp 541 miliar. Langkah tersebut membuat banyak pihak menilai Bayern justru lebih bertenaga. Musim depan, klub berjuluk Die Roten bakal semakin dominan.

Hal itu diungkapkan General Manager Borussia Dortmund Hans-Joachim Watzke. “Vidal adalah kombinasi mentalitas seorang pejuang dan bakat sepak bola yang luar biasa,” kata Watzke. Olahraga Mol.

Namun kisah kepindahan Vidal tak hanya soal kabar baik di Bayern, tapi juga kesedihan di klub yang ditinggalkannya, Juventus.

Kepindahan pemain Chile berusia 28 tahun itu melengkapi kepergian sejumlah pemain kunci Juve. Sebelumnya, Andrea Pirlo memutuskan pindah ke Amerika Serikat untuk memperkuat New York City FC. Kemudian penyerang utama La Vecchia Signora (julukan Juve) Carlos Tevez ingin pulang ke Argentina.

Hilangnya tiga pemain utama Juve tak hanya melemahkan Juve. Namun hal itu justru membuat identitas bermain klub berjuluk Bianconeri itu hilang. Sejauh ini, umpan kunci terbanyak datang dari jenderal lini tengah Andrea Pirlo. Vidal menjadi wakilnya.

Statistik berikut menjelaskan bahwa Pirlo dan Vidal pemasok umpan matang Mereka adalah penghubung dari lini tengah ke lini ofensif.

Tak sekadar pengumpan, Pirlo juga menjadi metronom Juve. Ia mengontrol alur permainan klub asal Turin tersebut.

Statistik di atas juga menunjukkan hal itu uraian Tugas Tevez adalah seorang striker, ia sering turun langsung mengambil bola dari lini tengah. Alhasil, ia bisa berpasangan dengan striker mana pun yang dimiliki Juve, mulai dari Fernando Llorente hingga Alvaro Morata. Sebab, dia adalah tipe orang yang suka memberi membantu meski dia juga marah saat mendapat kesempatan.

Bukti keganasan Tevez adalah perolehan golnya yang tertinggi di antara para striker Juve. Jumlahnya mencapai 20 gol atau hampir 30 persen dari total gol Juve di Serie A.

Jadi, bisa dibayangkan tiga pemain penentu nasib “hidup dan mati” Juve harus hengkang. Tidak ada lagi penyedia umpan, tidak ada lagi striker. Jadi siapa yang bisa diandalkan?

Klub milik konglomerat keluarga Agnelli itu mendatangkan empat pemain baru. Mereka adalah Sami Khedira, Mario Mandzukic, Paulo Dybala, dan Simone Zaza. Dari empat pemain baru tersebut, hanya Dybala dan Zaza yang memiliki pengalaman di Italia. Ini kali pertama Khedira dan Mandzukic pindah ke negeri pizza.

Kehadiran Zaza tak menambah banyak kekuatan di lini depan Juve. Terlepas dari catatan golnya yang tidak terlalu impresif di Serie A (hanya 11 gol), Zaza termasuk tipenya pembuat gol alias pencetak gol. Ia bukan tipe pembawa bola yang bisa melakukan servis umpan seperti Tevez. Tipe permainannya sama dengan penyerang Juve lainnya yakni Llorente dan Morata yang lebih banyak menunggu di kotak penalti.

Lain halnya dengan Dybala. Kemampuan menggiring bolanya bisa disejajarkan dengan Tevez. Namun usianya masih 21 tahun.

Allenatore Massimiliano Allegri dari Juve harus segera membiarkan mereka mencapai level yang ditinggalkan pemain lamanya. Dan itu membutuhkan waktu. Oleh karena itu, tak salah jika banyak pihak yang meragukan kemampuan Juve kembali ke final Liga Champions musim ini—dan musim-musim berikutnya.

Gelandang mubazir di Bayern Munich

Jadi apa yang bisa dibawa Vidal ke Bayern Munich?

Raksasa Jerman itu sudah punya banyak gelandang. Vidal hanya menambah ketatnya lini tengah yang sudah menjadi pekerjaan Xabi Alonso, Thiago Alcantara, Javi Martinez, Philipp Lahm, David Alaba, Gianluca Gaudino, Sebastian Rode, Pierre Hojbjerg, dan Juan Bernat.

Beberapa pemain tersebut kerap bekerja di lini belakang. Namun Josep “Pep” Guardiola kerap menempatkan mereka di lini tengah.

Kolumnis sepak bola Jonathan Wilson menyebut kehadiran Vidal memperkuat obsesi Guardiola terhadap penguasaan bola. Khususnya, permainan sendiri Apa yang dimainkan Bayern kurang cepat dalam hal umpan terobosan. Bastian Schweinsteiger tidak bisa menjadi Xavi Hernandez dari Bayern, menurut Wilson.

Faktanya, Pep tidak hanya menginginkan penguasaan bola tetapi juga umpan-umpan terobosan yang mengejutkan lawan.

Vidal tidak bisa diharapkan bermain seperti Xavi. Tapi dia bisa menambah energi tekanan Bayern. Dan Vidal tidak sulit untuk dilakukan.

Vidal merupakan pemain andalan Chile yang menjuarai Copa America 2015. Vidal terbiasa bermain dengan tuntutan untuk tampil tekanan ketat Karena, pelatih

Jorge Sampaoli dari Chili adalah penggemar berat Marcelo Bielsa. Bielsa sendiri adalah “guru” Guardiola.

Musim lalu, Vidal mampu merebut kembali penguasaan bola lawan dengan rasio intersepsi yang sangat tinggi, 4,7 per laga di Serie A. Sedangkan Schweinsteiger hanya 3,1.

“Vidal akan melakukannya permainan tekanan lebih intens. Mungkin tak banyak perubahan mencolok dari pola Guardiola. Namun kehadiran Vidal akan menambah agresi. “Itu membuat Bayern lebih efisien,” kata Wilson. —Rappler.com

pragmatic play