• November 24, 2024
Sekali lagi seekor gajah sumatera mati di Aceh

Sekali lagi seekor gajah sumatera mati di Aceh

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Setidaknya 11 ekor gajah ditemukan mati di Aceh pada tahun 2014.

BANDA ACEH, Indonesia – Seekor gajah betina sumatera kembali ditemukan mati di pedalaman Aceh, sehingga tahun ini 11 ekor gajah mati di provinsi ujung barat Indonesia tersebut.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Genman Suhefti Hasibuan yang dikonfirmasi di Banda Aceh, Sabtu (22/11), membenarkan adanya bangkai gajah di Desa Alue Meuraksa, Kecamatan Teunong, Kabupaten Aceh Jaya.

Bangkai gajah dewasa berusia 12 tahun ditemukan Rabu (19/11) lalu di kawasan perkebunan kelapa sawit milik warga. Saat ditemukan, organ tubuh gajah sudah mencair dan mengeluarkan bau busuk sehingga tidak bisa lagi diautopsi. Melihat kondisi seperti itu, diperkirakan gajah tersebut mati seminggu sebelumnya.

“Ada dugaan kuat gajah tersebut mati karena tersengat arus listrik yang dipasang untuk menjebak babi. Memang tidak ditemukan di situs tersebut kabel listrik, tapi ada tiang kayu yang dipasang untuk mengalirkan listrik,” ujarnya seraya menambahkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan polisi untuk mengusut kasus tersebut.

Ia menambahkan, dugaan sengatan listrik juga diperkuat dengan teridentifikasinya bangkai tersebut, dimana ditemukan belalai gajah berwarna hitam seperti habis terbakar.

Untuk mencegah terulangnya kasus mati gajah di Aceh, kata Genman, BKSDA bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan konservasi gajah. Rencananya Sampoinite Conservation Response Unit (CRU) akan dibuka kembali di Aceh Jaya pada awal tahun 2015, dengan empat ekor gajah peliharaan.

Hingga saat ini, sudah ada tiga CRU yang dibangun di Aceh, yaitu di Mane, Kabupaten Pidie; Trumon, Kabupaten Aceh Selatan; dan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara. Beberapa kabupaten yang tingkat konflik gajah-manusianya tinggi telah meminta BKSDA membentuk CRU.

“Jika ada gangguan, gajah jinak akan mengejar gajah liar kembali ke habitatnya,” ujarnya.

Genman juga membenarkan adanya bayi gajah berusia 2 tahun yang sakit dan mati pada 26 Oktober saat mendapat perawatan medis di Pusat Pelatihan Gajah (PLG) Saree, Kabupaten Aceh Besar.

Saat ini terdapat 22 ekor gajah peliharaan di PLG Saree yang kerap dibawa ke sejumlah kabupaten di Aceh untuk menggiring gajah liar kembali ke habitatnya. Dengan adanya CRU di berbagai kabupaten, kata dia, gajah liar akan lebih mudah diusir jika mengganggu perkebunan warga.

Dengan kasus kematian gajah betina di Aceh Jaya, setidaknya ada 11 ekor gajah yang ditemukan mati di Aceh pada tahun ini. Dalam tiga bulan terakhir, empat ekor gajah mati di Kabupaten Aceh Timur diduga kuat sengaja diracun untuk diambil gadingnya, dan tiga ekor di Aceh Jaya.

Akhir Agustus lalu, seekor anak gajah ditemukan mati di tepian sungai di Serbajadi, pedalaman Aceh Timur. Belum diketahui penyebab kematian bayi gajah berusia enam bulan tersebut. Sebelumnya, seekor gajah ditemukan mati di pedalaman Kabupaten Aceh Tenggara. April lalu, polisi menangkap sembilan warga yang diduga anggota komplotan pembunuh gajah di Desa Teupin Panah, Kabupaten Aceh Barat.

Populasi gajah sumatera di Aceh tersisa hanya 450 hingga 500 individu. Konflik antara gajah dan manusia cukup tinggi di Aceh dalam beberapa tahun terakhir karena habitat gajah terganggu akibat pembukaan lahan sehingga menyebabkan kawanan gajah memasuki perkebunan warga.

Kasus terbaru, sekitar 10 ekor gajah liar merusak perkebunan warga di Desa Panga Pucok, Kecamatan Panga, Aceh Jaya pada Kamis (20/11). Akibatnya, tiga hektare sawah dan satu hektar perkebunan pisang musnah. Kawanan gajah juga merusak dua gubuk milik petani setempat. –Rappler.com

Result Sydney