• October 7, 2024

‘Presiden Jokowi Menerima Pengungsi Rohingya’

JAKARTA, Indonesia – Tekanan terhadap pemerintah Indonesia untuk menampung pengungsi etnis Rohingya dari Myanmar semakin meningkat.

Hal ini didukung oleh petisi di Change.org yang ditandatangani oleh lebih dari 12.000 orang.

“Pengungsi Rohingya tidak akan selamat jika tidak segera diperbolehkan mendarat di wilayah Indonesia, apalagi jika negara lain menolaknya,” tulis penggagas petisi Marco Kusumawijaya.

Pekan lalu, ribuan warga Bangladesh dan Myanmar terdampar di Aceh Utara. Kebanyakan dari mereka adalah warga Rohingya yang mencari suaka di Malaysia karena perlakuan tidak manusiawi di negara asal mereka.

Lebih baik kami mati di pelukan saudara-saudara Muslim kami Aceh (di sini), alih-alih menerima penyiksaan setiap hari dari militer dan pejabat pemerintah Burma,” demikian kalimat dalam bahasa Inggris terpatah-patah yang diucapkan oleh salah satu pencari suaka Rohingya, seperti dikutip tribunnews.com.

Kebanyakan pengungsi Rohingya adalah perempuan dan anak-anak yang ingin bertemu dengan suaminya yang sudah mendapatkan pekerjaan di Malaysia.

(BACA: Potret Sedih Anak-anak Rohingya di Aceh)

Namun perahu kayu yang mengangkut mereka terapung di laut selama kurang lebih 3 bulan tanpa bekal makanan dan minuman.

Saat ini, Komite Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dan Organisasi Migrasi Internasional (IOM) sedang mendata dan mendaftarkan pengungsi di kamp pengungsian di Kuala Langsa dan Kuala Cangkoi, Aceh.

Marco mengingatkan Jokowi bahwa Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) harus menunjukkan kepemimpinan dalam bidang kemanusiaan dan kemurahan hati. Apalagi tahun 2015 merupakan tahun dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC), dimana negara-negara anggota ASEAN saling berintegrasi.

Ia juga mengingatkan Jokowi pada sila kedua dalam Pancasila: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Tekanan dari tokoh politik

Pemerintah Indonesia juga mendapat tekanan dari anggota Majelis Nasional Indonesia (DPR) mengenai masalah ini.

“Saya menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk mengambil inisiatif bekerja sama dengan Malaysia dan Thailand, dua negara lain yang juga menampung banyak pengungsi. “Ini sudah menjadi isu ASEAN, bukan lagi sekedar masalah internal Myanmar,” kata Irine Roba, anggota Komisi I DPR RI yang menangani urusan luar negeri.

“Pada awal April, saya mengunjungi Myanmar sebagai bagian dari misi ASEAN Parliamentarians for Human Rights (APHR) dan melihat arus pengungsi akan terus meningkat, mengingat ketidakadilan terhadap Muslim Rohingya masih terus terjadi hingga saat ini,” kata PDI ini. . . -Politisi Perjuangan.

(BACA: Pengungsi Rohingya dan Impian Bertemu Keluarga di Malaysia)

Wakil Ketua DPR Fadli Zon pun mendesak agar Jokowi memperhatikan nasib pengungsi Rohingya. Menurutnya, hal Hal terpenting yang harus dilakukan adalah keselamatanjangan menolak perahu yang terdampar.

“Kita harus menyelamatkan nyawa manusia terlebih dahulu, termasuk memperlakukan pengungsi Rohingya di Indonesia dengan baik. Proses berikut akan kami susun sesuai mekanisme yang ada. “Kita harus membantu secara kemanusiaan,” kata Fadli yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu, Senin.

Dukungan terhadap penerimaan pengungsi Rohingya juga disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.

“Ada ketentuannya, tapi saya pribadi sangat senang etnis Rohingya di Myanmar bisa diterima di Indonesia karena kebetulan mereka tidak memiliki kewarganegaraan dan juga beragama Islam. Indonesia bangga karena masih banyak pulau yang belum berpenghuni, kata Din, Senin, 18 Mei.

Panglima TNI dikritik karena tidak mengizinkan pengungsi masuk ke wilayah Indonesia

Sebelumnya, TNI diberitakan menolak kapal pengangkut pengungsi masuk wilayah Indonesia.

Bagi suku Rohingya, selama melintasi Selat Malaka, mereka patut dibantu jika menemui permasalahan di laut. Kalau ada kekurangan air atau makanan, kami bantu karena ada kaitannya manusia. “Tapi kalau mereka masuk wilayah kita, tugas TNI menjaga kedaulatan,” kata Panglima TNI Jenderal Moeldokopada tanggal 15 Mei.

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) dikutuk dalam siaran pers Pernyataan Moeldoko yang menyatakan pengungsi dan pencari suaka tidak diperbolehkan masuk wilayah Indonesia.

KontraS menyayangkan menurunnya penghormatan pemerintah Indonesia terhadap hak asasi manusia dan kemanusiaan melalui pernyataan dan sikap TNI yang tidak mengindahkan dan tidak menaati prinsip-prinsip kemanusiaan. non-bantahan sebagai hukum kebiasaan internasional,” tulis Koordinator KontraS Haris Azhar dalam siaran persnya.

KontraS juga menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk “berkoordinasi antar kementerian dan lembaga untuk memastikan bahwa hak asasi pengungsi dan pencari suaka dihormati dengan baik sesuai dengan standar minimum yang terkandung dalam Konvensi 1951 dan Protokol 1967 tentang Penanganan Pengungsi dan Pengungsi.” pencari suaka.”

Jokowi: Pastinya dengan kemanusiaan

Imigran Rohingya asal Myanmar dan Bangladesh tidur di tempat penampungan darurat di Gedung Olah Raga (GOR) Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Selasa, 12 Mei 2015. Foto Nurdin Hasan/Rappler

Sementara itu, Sekretaris Kabinet Andi Widjojanto mengatakan Presiden Jokowi telah memberikan arahan mengenai penanganan pengungsi Rohingya, yakni dengan pendekatan kemanusiaan.

“Kemanusiaan diprioritaskan. “Gunakan prinsip global untuk masalah pengungsi, utamakan kemanusiaan dalam menangani masalah Rohingya,” kata Andi, Senin.

Andi mengatakan, sebelumnya sudah ada komunikasi bilateral antara pemerintah Indonesia dan Myanmar. Indonesia juga berupaya berkomunikasi dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. —Dengan laporan dari Haryo Wisanggeni/Rappler.com

Keluaran SGP