• November 22, 2024

Sebuah pesan hoax diduga menjadi penyebab kebakaran gereja di Bantul

Beredar informasi di media sosial bahwa GBI Saman akan dimasukkan ke dalam gereja terbesar di Bantul

BANTUL, Indonesia — Klaim bahwa pembakaran Gereja Baptis Indonesia di Saman berkaitan dengan pembakaran musala di Papua mungkin salah. Menurut pihak gereja, aksi pembakaran tersebut diduga disebabkan oleh pesan hoaks yang beredar di media sosial.

Sebelum gereja dibakar oleh orang tak dikenal pada Senin 20 Juli dini hari, sekelompok orang yang mengatasnamakan ormas Islam datang ke gereja pada 5 Juli.

Jadi ada informasi di media sosial, saya malah tidak tahu, yang mengatakan bahwa kita akan membangun gereja terbesar di Bantul, kata pendeta GBI Saman Joni Teguh Haryadi kepada Rappler, Selasa, 21 Juli.

Salah satu anggota ormas Islam itu menyuruh Joni mengurungkan niatnya untuk mengajukan izin mendirikan bangunan (IMB) gereja tersebut. Joni tak langsung menurutinya, namun ia membantah tudingan tersebut.

“Kami mengurus IMB setelah mendapat imbauan dari Pemerintah Kabupaten Bantul agar tempat ibadah harus memiliki IMB. Karena gereja kami tidak mempunyainya, saya kemudian mengurus izin mendirikan bangunan gereja yang ada ini. “Saya tidak mau membangun lagi,” kata Joni.

Benarkah Gereja Saman yang terbesar di Bantul?

Joni menjelaskan, bangunan gereja saat ini hanya berukuran 20 x 5 meter dengan luas tanah 300 meter persegi, sehingga pemberitaan pembangunan gereja terbesar di Bantul jelas tidak masuk akal.

“Lihat saja ukurannya, bangunannya hanya 20 x 5 meter. “Dulu tanah itu sumbangan dari anggota jemaah kami,” ujarnya.

Selain tudingan akan membangun gereja terbesar, GBI juga dituding melakukan intimidasi terhadap warga sekitar gereja agar memberikan tanda tangan sebagai bukti persetujuan pembangunan gereja tersebut.

“Kami tidak melakukan intimidasi apa pun, gereja kami sudah ada sejak tahun 1992, dan kami tidak pernah ada masalah dengan warga. Syarat untuk mendapatkan IMB adalah meminta persetujuan penduduk yang dibuktikan dengan tanda tangan. Ada warga yang menolak, tapi tidak banyak, kata Joni.

Bukan kali ini saja GBI Saman didatangi ormas Islam. Pada tanggal 14 Juli, sekelompok orang yang mengatasnamakan Front Jihad Islam juga mengunjungi gereja tersebut lagi. Mereka meminta pihak gereja tidak menggunakan gedung gereja untuk beribadah sampai mereka mendapatkan IMB.

Mereka gagal masuk ke halaman gereja karena dihadang polisi.

Komunitas gereja dan warga hidup berdampingan

Sebelum gereja dibakar oleh orang tak dikenal, komunitas gereja dan warga setempat hidup berdampingan dengan damai. Bahkan, tak jauh dari gereja terdapat masjid milik warga sekitar.

Ratno, warga Saman yang rumahnya bersebelahan dengan gereja, mengaku tidak pernah keberatan dengan keberadaan gereja tersebut. Berdasarkan pengalamannya selama ini, kehadiran gereja tidak mengganggu lingkungan sekitar.

TIDAK ada masalah, saya pendatang, ketika saya pindah kesini, gereja ini sudah ada. “Tidak pernah ada masalah, aman,” jelasnya.

Selain itu, jemaat gereja tidak pernah memiliki masalah dengan warga sekitar. Mereka rukun dengan warga yang mayoritas beragama Islam.

Hal senada juga disampaikan Uge Musrianto, warga sekitar yang tergabung dalam jemaah GBI Saman. Dalam pergaulan sehari-hari tidak pernah ada masalah dengan warga. Ia juga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan seperti patroli dan kegiatan lainnya.

“Saya sempat berpatroli bersama warga sebelum kejadian. Malah mereka bilang, kenapa rombongan seperti itu datang, hanya warga TIDAK masalah. “Mereka menyayangkan kenapa hal seperti ini harus terjadi,” ujarnya.

Uge menjelaskan, saat gereja terbakar, yang memadamkannya adalah warga sekitar.

“Rumah saya berjarak sekitar 100 meter dari gereja, namun kejadian tersebut baru saya ketahui pada pagi hari. “Yang memadamkan adalah warga sekitar gereja,” imbuhnya.

Polisi sedang mencari pelaku pembakaran gereja

Kabid Humas Polda DIY AKBP Anny Pudjiastuti mengatakan, polisi saat ini masih mendalami keterangan saksi di TKP yang mengaku melihat pelaku pembakaran. Dari keterangan saksi, pelaku diduga lebih dari satu orang.

Menyikapi kejadian tersebut, Polda DIY meningkatkan pengamanan melalui patroli 24 jam di seluruh wilayah. Ia pun mengharapkan kerja sama masyarakat untuk mengungkap kasus tersebut.

“Tingkatkan keamanan perlindungan diri, sistem keamanan, dan jangan terprovokasi dengan kejadian yang ada. “Kami berharap jika melihat sesuatu yang mencurigakan segera melaporkannya ke kantor polisi terdekat,” kata Anny.—Rappler.com

demo slot