Untuk mencegah makar, aktivis Islam Bandung berdemonstrasi untuk membekukan kelompok Syiah
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Ajaran Syiah dinilai semakin masif dan berorientasi revolusioner sehingga mengancam keutuhan NKRI.
BANDUNG, Indonesia — Sekitar seratus orang yang tergabung dalam Aliansi Aksi Muslim Indonesia menggelar aksi damai pada Selasa, 19 Mei, bertema “Selamatkan Indonesia dari Makar Syiah”, di depan Gedung DPRD Jawa Barat, Bandung.
Massa yang mengenakan ikat kepala berwarna putih bertuliskan “Syiah Ancaman Bagi NKRI” meneriakkan bahaya Syiah yang dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka juga membagikan pamflet bertuliskan “12 bahaya dan ajaran sesat Syiah”.
Dalam aksi tersebut, sejumlah perwakilan massa melakukan audiensi dengan anggota DPRD Jabar. Sementara massa di luar sedang berorasi dan membentangkan spanduk yang salah satunya bertuliskan: “Waspadalah terhadap Bahaya Laten Kaum Syiah, Ancaman Bagi Indonesia.”
“Kami mohon kepada pemerintah untuk membatasi ruang gerak gerakan Syi’ah, kalaupun bisa dengan mencabut kitab-kitabnya, terutama yang mengkritik kerabat Nabi, istri-istri Nabi, kemudian mengkafirkan sebagian sahabat Nabi dan mengatakan bahwa Al-Qur’an tidak ada. lagi asli. ,” kata koordinator lapangan Hasan Faruqi di sela-sela aksi.
Selain itu, massa juga meminta pemerintah tidak memberikan izin terhadap aktivitas kelompok pemeluk agama seperti Syiah, Ahmadiyah, liberalisme, dan kelompok lain yang melakukan penodaan dan penodaan agama terhadap keyakinan umat Islam.
(BACA: Puluhan Pelaku Penyerang Az Zikra Ditetapkan Sebagai Tersangka)
Awal Februari tahun ini, sekelompok warga Syiah menyerang kompleks perumahan Islam Az Zikra di Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Hal ini disebabkan oleh pemasangan spanduk provokatif yang menentang ajaran Syiah. Akibat penyerangan tersebut, 34 warga Syiah ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi.
Menuntut pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran
Pemerintah juga diminta memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, negara yang dianggap menyebarkan paham Syiah secara besar-besaran ke negara-negara Muslim dan berpotensi melakukan makar tingkat tinggi seperti yang terjadi di Irak, Suriah, Afghanistan, Lebanon, dan Pakistan.
Bahayanya bukan hanya ajaran Syi’ah yang menyimpang dari kesejatian ajaran Islam, tetapi juga orientasi politiknya terhadap negara kesatuan Republik Indonesia, karena mereka mempunyai orientasi revolusioner. “Syiah semakin masif ketika terjadi revolusi Syiah di Iran pada tahun 79,” jelas Hasan.
Bukti lain masifnya gerakan Syiah, menurut Hasan, adalah tokoh agama yang leluasa masuk ke ranah birokrasi, seperti Jalaluddin Rakhmat. Sejumlah organisasi masyarakat Syiah, seperti Ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) yang diketuai Jalaluddin Rakhmat, dinilai Hasan leluasa melakukan kegiatan yang mempromosikan ajaran Syiah.
“Hal seperti itu bisa menjadi pertimbangan untuk dijadikan payung hukum agar perkembangan Syiah tidak terjadi di kemudian hari,” kata Hasan.
Panggilan telepon dan pesan singkat kepada perwakilan IJABI belum dijawab hingga tulisan ini dibuat.
Demonstrasi anti-Syiah juga dihadiri oleh mantan penyanyi Rocket Rocker Noor Al Kautsar atau yang akrab disapa Ucay. Ia merasa perlu terlibat karena ajaran Syiah mulai merambah generasi muda, khususnya komunitas band.
“Yang pasti generasi muda paling potensial menyebarkan pemahaman satu sama lain, banyak interaksi sosialnya. “Kelompok Syiah mendekati kelompok ini adalah strategi mereka untuk mendapatkan massa yang lebih masif,” kata Ucay.
Menurut Ucay, ideologi Syiah merupakan bahaya yang harus diwaspadai masyarakat karena pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahaya Syiah. Pemuda berjanggut itu pun turut ambil bagian dalam aksi tersebut dengan menyebarkan brosur dan menyebarkan artikel tentang bahayanya kaum Syi’ah di media sosial.
“Hal ini harus dicegah dengan mengedukasi masyarakat tentang apa itu ajaran sesat Syiah dengan cara menyebarkannya pamflet seperti ini dan menulis artikel di media sosial dan sebagainya,” kata Ucay. —Rappler.com