Dukungan Indonesia terhadap Rohingya semakin meningkat, namun pemerintah masih terus menyangkal
- keren989
- 0
Menteri Luar Negeri Indonesia mengatakan negaranya telah melakukan lebih dari yang seharusnya dilakukan
JAKARTA, Indonesia – Mulai dari pelajar yang melakukan protes di Aceh hingga anggota parlemen dan netizen, seruan semakin meningkat di kalangan masyarakat Indonesia agar pemerintah membantu Muslim Rohingya yang teraniaya.
Namun pemerintah Indonesia sejauh ini tetap teguh dan tidak bisa menerima lebih dari apa yang sudah ada di wilayahnya.
Di Aceh, sekitar seratus mahasiswa melakukan protes pada Selasa, 19 Mei, meminta pemerintah menyelamatkan migran Rohingya dan Bangladesh.
“Ketika negara lain menolaknya, Aceh menerimanya dengan lapang dada. Mereka umat Islam yang merupakan saudara kita,” kata koordinator Darlis Aziz.
“Bayangkan jika kita atau keluarga kita ada di posisi mereka. Sekarang saatnya untuk membuktikan bahwa kita memiliki rasa kemanusiaan.”
Pada Ubah.orgSebuah petisi yang diluncurkan pada tanggal 17 Maret yang meminta Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk mengizinkan pengungsi Rohingya yang masih berada di laut untuk mendarat di tanah Indonesia telah mengumpulkan lebih dari 13.500 tanda tangan dalam waktu kurang dari dua hari.
Fadli Zon, wakil ketua DPR, juga mengkritik tanggapan pemerintah, dengan menyatakan bahwa Jokowi lebih menunjukkan kepedulian terhadap monyet dibandingkan terhadap Rohingya.
“Pak Jokowi sangat prihatin dengan boneka monyet bertopeng. Sekarang, mereka (migran Rohingya) adalah manusia,” katanya Merdeka.com. Dia merujuk pada langkah Jokowi tersebut melarang pertunjukan boneka bertopeng dari jalanan Jakarta ketika dia menjadi gubernur.
“Sebagai warga dunia, atas nama kemanusiaan, kita wajib memberikan bantuan. Dalam jangka pendek, pemerintah Indonesia harus membantu menyelamatkan ribuan nyawa yang membutuhkan bantuan kemanusiaan,” ujarnya ditambahkan.
Indonesia sudah berbuat cukup banyak?
Namun Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, mengatakan bahwa Indonesia yang bukan merupakan salah satu penandatangan perjanjian tersebut Konvensi Pengungsi 1951telah melakukan lebih dari yang seharusnya dia lakukan.
Data Maret 2015 menunjukkan terdapat 11.941 pengungsi di Indonesia, kata Retno, Selasa. “Jumlahnya signifikan. Mereka menunggu, baik dalam proses verifikasi atau menunggu penempatan di negara ketiga.”
Dalam seminggu terakhir saja, 1.346 migran dari Myanmar dan Bangladesh telah diselamatkan dan ditampung oleh warga Aceh, termasuk mereka yang awalnya ditolak oleh angkatan laut Indonesia.
Gelombang pertama membawa 558 pengungsi ke Lhoksukon, Aceh Utara, sedangkan gelombang kedua yang terdiri dari 3 perahu membawa lebih dari 800 orang ke kota lain yang berjarak empat jam perjalanan, Kuala Langsa di Aceh Timur. (MEMBACA: Rohingya yang Diselamatkan di Aceh: ‘Kami tidak punya rumah’)
Retno mengatakan, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Badan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) untuk menangani mereka. Namun berdasarkan catatan mereka, katanya, mereka hanya bisa merelokasi sekitar 500 orang dalam setahun.
“Jika tidak ada percepatan proses pemukiman kembali, masalah ini akan selesai dalam waktu (lebih dari) 12 tahun,” ujarnya.
Masalah regional, solusi regional
Retno menegaskan permasalahan pengungsi merupakan permasalahan regional sehingga memerlukan solusi regional. (MEMBACA: Filipina membuka tempat perlindungan bagi 3.000 ‘manusia perahu’)
“(Rabu) Saya akan bertemu dengan para menteri luar negeri antara lain Malaysia dan Thailand,” ujarnya.
“Pertama-tama kita perlu mencari tahu apa penyebabnya, apa yang menyebabkan banyaknya ireguler move atau migrasi tidak teratur di Asia Tenggara.
Kedua, kita juga harus bekerja sama dengan UNHCR, IOM dan pihak-pihak terkait, baik negara asal, transit, maupun tujuan.
Namun bagaimana dengan mereka yang sudah berada di wilayah Indonesia?
Retno mengatakan UNHCR dan IOM akan menentukan apakah mereka bisa mendapatkan status pengungsi atau migran ekonomi.
“Kalau mereka migran ekonomi, akan ada repatriasi,” ujarnya.
Adapun Jokowi yang belum berkomentar apa-apa mengenai isu tersebut, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno menyatakan akan menunggu hasil pembicaraan antar menteri luar negeri sebelum memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan. .
Namun Sekretaris Kabinet Andi Widjojanto mengatakan presiden telah memerintahkan pendekatan kemanusiaan untuk mengatasi masalah tersebut.
“Berikan prioritas pada kemanusiaan. Dengan menggunakan prinsip-prinsip global yang ada dalam menangani masalah pengungsi, prioritaskan pendekatan kemanusiaan dalam menangani masalah Rohingya,” katanya kepada wartawan, Senin. – Laporan dari Nurdin Hasan di Aceh dan Haryo Wisanggeni dan ATA/Rappler.com