Rupiah terus melemah, namun diperkirakan tidak akan menimbulkan krisis
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Bank Indonesia menyatakan siap melakukan intervensi untuk menghindari pelemahan lebih lanjut
Jakarta, Indonesia – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika mencapai titik terendahnya sejak tahun 1998. Pada perdagangan hari Jumat, Rupiah diperdagangkan pada Rp13.297 per dolar AS, melemah dibandingkan penutupan hari sebelumnya Rp13.281 per dolar AS.
Apa penyebabnya?
Menurut Kepala Riset PT Daewoo Securities Indonesia Taye Shim, pelemahan rupiah disebabkan percepatan penjualan aset investor asing yang berujung pada repatriasi dana.
“Saat ini pelemahan rupiah sebagian besar didorong oleh kombinasi pelemahan ekonomi dan arus keluar modal yang berkepanjangan,” kata Taye. CNN IndonesiaJumat 5 Juni.
Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia, mengatakan kepada Reuters bahwa rupiah terdepresiasi akibat tingginya permintaan dolar untuk pembayaran utang dan kekhawatiran pasar terhadap krisis di Yunani. Ia juga mengatakan dunia sedang mencermati isu terkait kenaikan suku bunga The Fed.
Intervensi pemerintah
Bank Indonesia menyatakan siap melakukan intervensi untuk menghindari pelemahan lebih lanjut.
“Bank Indonesia akan memantau dan selalu berada di pasar untuk menenangkan fluktuasi nilai tukar mata uang asing dan harga obligasi,” kata Peter Jacobs, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, seperti dikutip. media.
Tak hanya melonggarkan aturan transaksi mata uang asing, mulai 1 Juli larangan penggunaan dolar AS untuk transaksi lokal akan diterapkan.
Akankah krisis ini terulang kembali?
Data perekonomian perdagangan menunjukkan tren depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Namun situasi tersebut diperkirakan tidak akan membawa Indonesia kembali ke krisis tahun 1998 dan 2008.
Sumber: perdaganganekonomi.com
“Rupiah sedang mengalami tren depresiasi yang cukup persisten. Bahkan mungkin akan terus melemah setelah berakhirnya stimulus moneter yang diberi makan (Bank Sentral Amerika Serikat) pada kuartal ketiga tahun ini,” kata Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal.
“Namun jika melihat data, depresiasi rupiah masih terkendali. Berbeda dengan apa yang kita alami pada tahun 2008 dan 1998, dimana terkejut apa yang terjadi cenderung tidak terduga.”
Selain itu, menurut Fithra, industri perbankan dan keuangan Indonesia saat ini lebih siap menghadapi fluktuasi perekonomian.
“Industri perbankan dan keuangan kita kalau dilihat dari indikatornya lebih baik dibandingkan masa krisis sebelumnya. “Saya kira BI (Bank Indonesia) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) telah menerapkan kebijakan makroprudensial yang memadai,” kata Fithra.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahazil Nazara sepakat situasi ini tidak akan mengakibatkan krisis terulang kembali.
“Indonesia masih tumbuh di angka 4,7%, inflasi sejauh tahun ini hanya 0,42%, S&P saja menguat prospek Indonesia dari stabil itu positif, apakah ini waktunya membicarakan krisis?” kata Suahazil.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah siap mengantisipasi dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, salah satunya terkait potensi kenaikan bahan bakar minyak yang dapat menimbulkan inflasi, terutama menjelang Ramadhan.
(BACA: Kementerian Keuangan Siap Hadapi Potensi Kenaikan Harga BBM di Bulan Ramadhan) — Rappler.com