Keluar dari rumah sakit, aktivis pertambangan Tosan mengkhawatirkan keselamatan di rumah
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Menurut LPSK, mengamankan Tosan di dalam negeri akan lebih sulit. Tidak menutup kemungkinan ada pihak yang sengaja ingin merugikan para pegiat pertambangan tersebut
MALANG, Indonesia – Kondisi aktivis pertambangan Tosan yang sempat dianiaya di Lumajang beberapa waktu lalu, kini sudah membaik dan sudah diperbolehkan keluar rumah sakit. Namun, dia mengkhawatirkan keselamatannya jika harus kembali ke rumahnya.
Hingga Senin, 12 Oktober, Tosan dinyatakan membaik dan diperbolehkan meninggalkan RS Saiful Anwar Malang. Meski demikian, dokter masih menunggu rekomendasi dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan pihak kepolisian mengenai jaminan keamanan Tosan dalam perjalanan pulang dan di kediamannya di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. .
“Kondisi saya sehat. Saya mau pulang saja,” kata Tosan, Senin.
Pada Senin sore, dia keluar dari ICU dan dipindahkan ke ruang rawat inap. Mengenakan kaos hitam dan sarung, ia menebar senyum kepada awak media yang menunggu di luar ruangan.
Ia mengaku kepada wartawan masih mengkhawatirkan keselamatannya. “Saya hanya ingin perjalanan pulang yang aman. “Kami akan aman ketika sampai di rumah,” katanya.
Ia mengaku sudah tidak sabar untuk pulang dan bertemu dengan aktivis lain di desanya. Ia berharap kejadian yang menimpa rekannya, Salim alias Kancil, yang terbunuh pada 26 September lalu, tidak menyurutkan semangat pemuda desa lainnya dalam memperjuangkan kebenaran.
“Saya akan terus memantau karena perjuangan ini tidak boleh disia-siakan. Salim Kancil yang malang. Saya harus memimpin generasi muda dan membuang pemikiran-pemikiran kuno,” kata Tosan.
Sebelumnya, Tosan dan Salim sempat dianiaya oleh sekelompok masyarakat pendukung penambangan liar di Desa Selok Awar-Awar. Malangnya bagi Salim, ia meninggal di Balai Desa dan jenazahnya ditinggalkan di jalan menuju pemakaman. Sementara itu, Tosan harus menjalani perawatan selama berminggu-minggu di ICU.
Pria berusia 52 tahun itu berharap kejadian serupa tidak terulang kembali dan penambangan liar di wilayahnya segera dihentikan karena merusak lingkungan.
“Kami ingin kejadian seperti yang terjadi di rumah kami tidak terjadi lagi. “Ini merusak lingkungan,” kata Tosan.
Namun ia meminta maaf kepada media dan warga desa lainnya karena hasil perjuangannya selama ini belum maksimal.
“Saya berterima kasih atas dukungan Anda semua. Saya minta maaf, ini adalah kemampuan saya untuk membela negara. Saya bangga ada Anda semuanya,” katanya.
Dikhawatirkan masih ada pihak yang ingin berbuat jahat
Menurut tim dokter rumah sakit, kondisi Tosan sudah membaik. Saat ini, ia tidak perlu lagi memakai alat bantu pernapasan dan alat makan.
“Masih agak lemah, tapi secara fisik bagus. “Obatnya hanya dimakan, tidak ada suntikan,” kata kepala instalasi rawat inap RSSA, dr. Muhammad Niam, Senin.
Saat dilarikan ke rumah sakit, perut Tosan robek sepanjang 10 cm. Namun setelah menjalani operasi, dokter mengatakan fungsi tubuh Tosan kembali berfungsi dengan baik.
Sementara LPSK masih menyusun rekomendasi kepulangan Tosan.
“Kami masih menunggu kepastian apakah Tosan mau pulang atau tidak,” kata Wakil Ketua LPSK Lili Pintauli, Senin.
Lili khawatir dengan kondisi Tosan yang akan semakin lelah jika berada di rumah. Kunjungan tamu atau jurnalis dikhawatirkan berdampak buruk bagi kesehatannya.
“KSaat pulang, ia dilarang menerima tamu, teman, kerabat, termasuk jurnalis. Kesehatan itu lebih penting, bukan apa-apa, demi kesehatannya dan kepentingan memberikan keterangan kepada penyidik, kata Lili.
Menurutnya, melindungi Tosan di rumah akan lebih sulit. LPSK juga tidak menutup kemungkinan ada pihak yang sengaja ingin merugikan Tosan.
“Di rumah kamu tidak tahu siapa teman, orang asing atau mungkin ada yang ingin mengambil nyawamu,” kata Lili.
Polisi menetapkan 38 orang sebagai tersangka kasus penganiayaan Tosan dan Salim Kancil, serta keterlibatan mereka dalam penambangan liar di Lumajang. Kepala Desa Selok Awar-Awar Haryono menjadi salah satu tersangka.
—Rappler.com
BACA JUGA: