• November 27, 2024

Koleksi Seragam Militer Jokowi

Pekan ini, hebohnya dunia media sosial dipicu oleh perbincangan Presiden Joko “Jokowi” Widodo yang mengenakan seragam militer saat bertemu dengan Ketua Komite Sentral Muhamadiyah Din Syamsuddin dan pengurus Aisyiah, sayap perempuan organisasi Islam tersebut. , pada 16 Juni.

Pertemuan itu berlangsung pada sore hari di Istana. Presiden Jokowi tidak sempat mengganti seragam militernya. Sebelum menemui rombongan yang dipimpin Din, Jokowi baru saja tiba dari Baturaja, Sumatera Selatan, untuk menyaksikan latihan perang TNI AD. Karena tamunya sudah menunggu lama, sekitar 1 jam, Jokowi tak sempat berganti pakaian.

Seragam yang dikenakan Jokowi saat bertemu dengan pengurus Muhamadiyah dan Aisyiah merupakan seragam yang biasa digunakan pasukan Komando Cadangan Strategis TNI AD lengkap dengan baret hijau. Agak aneh karena baru pertama kali seorang presiden mengenakan seragam militer di Istana, apalagi saat bertemu dengan masyarakat sipil. Jokowi juga dari masyarakat sipil.

Hal inilah yang menuai kritik. Sebelumnya, Jokowi juga mengenakan seragam militer TNI saat dilantik menjadi warga kehormatan TNI pada 16 April 2015.

Banyak yang mengkritik kebiasaan Jokowi mengenakan seragam militer. Mulai dari politikus Partai Demokrat Rachland Nasidik (@ranabaja) hingga pakar militer Dr Salim Said. Namun saya ingin menyoroti penampilan Jokowi berseragam militer dari sudut pandang berbeda. Siapa yang membuat seragam militer?

Sebagian orang mungkin sudah mengetahuinya, sebagian lainnya mungkin belum. Seragam militer yang digunakan Jokowi, serta seragam yang digunakan TNI dan Polri, diproduksi oleh PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Tbk.

Perusahaan ini berlokasi di Sukohardjo, Jawa Tengah. Pendiri Sritex, mendiang Haji Muhamad Lukminto, mendirikan usaha tekstil dan garmen pada tahun 1980-an. Pada tahun 1992, pabrik Sritex diresmikan oleh Presiden Soeharto. Sejak tahun 1992, Sritex telah memproduksi peralatan untuk Tentara Nasional Indonesia (ABRI).

Karena ditulis pada bulan Ramadhan, saya tambahkan informasi bahwa Haji Muhamad Lukminto yang merupakan keturunan Tionghoa, masuk Islam sejak tahun 1995.

Singkat cerita, dari pabrik seluas 10 hektar, kini berkembang menjadi 100 hektar. Sritex tidak hanya memproduksi seragam TNI dan Polri, namun juga memproduksi seragam militer untuk 29 negara lainnya termasuk Amerika, Australia, dan Jerman.

Produk tersebut dinilai memenuhi standar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang beranggotakan pasukan sekutu negara-negara pimpinan AS. Perjanjian dengan NATO ditandatangani pada tahun 1994.

Koleksi Seragam Militer Jokowi

Sabtu pagi 20 Juni saya menghubungi Iwan Setiawan Lukminto, putra kedua pendiri Sritex. Iwan yang merupakan Direktur Utama Sritex saat ini sedang mengikuti Force Short Course (KSA) di Lembaga Pertahanan Negara (Lemhanas). Iwan membenarkan seragam militer yang dikenakan Presiden Jokowi adalah buatan Sritex.

“Ada beberapa seragam yang dikenakannya, yakni seragam Kopassus, Kostrad, TNI, TNI AD. Masing-masing memiliki spesifikasi tertentu yang disesuaikan dengan medan, kata Iwan melalui telepon.

Iwan mengatakan, motif seragam yang digunakan Jokowi saat bertemu dengan PP Muhamadiyah sebenarnya sudah lama digunakan Kostrad. Nuansanya agak “internasional” menurut saya jika dibandingkan dengan motif lama yang memiliki nuansa hijau tua yang kental.

Melihat motif seragam militer Jokowi membuat saya serasa melihat barisan prajurit yang bertugas di pusat komando sekutu di medan perang. Tentu saja saya melihatnya di televisi.

Motif TNI sudah ada sejak lama dan sebelumnya mengadopsi motif garis Malvinas, kata Iwan.

Motif garis-garis, kata Iwan, tidak mudah diubah. Kalaupun ada perubahan, hal itu dilakukan setelah melalui proses panjang dan penelitian serta uji lapangan yang ketat.

Iwan juga mengatakan, jaket dengan nama “Mitra TNI” juga diproduksi oleh Sritex. Sejumlah pemimpin redaksi juga menerima jaket tersebut pada pekan ini atas undangan Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Bos TNI ini rajin membagikan jaket TNI.

Ekspansi Sritex ke pabrik rayon

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan Sritex merupakan salah satu contoh industri unggul yang berhasil memenangkan pasar ekspor karena kualitas produknya. Ekspansi manufaktur garmen yang dijalankan Sritex dengan membangun pabrik serat rayon menjadi solusi untuk mengurangi impor. Selain itu, struktur industri menjadi lebih kuat karena kebutuhan bahan baku dapat dipenuhi dari dalam negeri.

“Mereka gencar memasuki rayon dan ini merupakan bentuk upaya pasti untuk mengurangi impor. “Tidak hanya menghemat devisa, tapi juga membuat kita mandiri,” kata Saleh saat meninjau proyek pembangunan pabrik PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis sore, 11 Juni.

RUM merupakan anak perusahaan PT Sritex yang berlokasi di Plesan, Nguter, Sukoharjo, sekitar 15 km dari Kota Surakarta. Serat rayon (kapas sintetis) ini harus memenuhi kebutuhan lini bisnis utama Sritex yaitu garmen.

Menurut Menperin, produksi rayon melengkapi alur industri sandang dari hulu hingga hilir. Selain itu, Sritex juga akan memiliki perkebunan kayu putih sendiri di Kalimantan sebagai bahan bakunya bubur yang kemudian diolah menjadi rayon.

Iwan mengatakan, perusahaannya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi garmen sambil mencari bahan baku sendiri. Hingga saat ini, Sritex harus mengimpor sekitar 50-60 persen kebutuhan rayonnya.

“Tujuan lebih luas dari pabrik ini adalah ketahanan pangan bagi kami. “Kita secara bertahap mengurangi ketergantungan kita pada luar negeri,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Sritex telah membangun dua unit pabrik rayon di atas lahan seluas 60 hektar. Unit pertama yang berkapasitas 80 ribu ton per tahun ini ditargetkan selesai pada Desember 2015 dan akan disusul pembangunan unit kedua. Total kapasitasnya mencapai 120 ribu ton per tahun. Investasi yang disiapkan Sritex sebesar USD 300 juta.

Gegernya penggunaan seragam militer oleh presiden sipil sebenarnya merupakan momentum untuk mengingatkan masyarakat akan posisi presiden yang dalam konstitusi kita adalah pemimpin tertinggi selama empat generasi.

Jadi, meski tanpa berseragam militer, Jokowi adalah komando tertinggi TNI dan Polri. Sebaliknya, kalau Jokowi mau mengoleksi jenis-jenis seragam militer, tidak bisa dilarang, bukan? Namanya juga presiden.

Setidaknya ketika saya melihat fotonya beredar viral dengan beberapa komentar, saya ingin tahu siapa yang membuat desain seragam tersebut? — Rappler.com

Uni Lubis adalah jurnalis senior dan Eisenhower Fellow. Dapat disambut di @UniLubis.


slot demo pragmatic