Sekali lagi, sekitar 400 orang Rohingya diselamatkan oleh nelayan Aceh
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Masih ada sekitar 300-400 pengungsi yang dievakuasi dari tengah laut oleh nelayan.
BANDA ACEH, Indonesia (UPDATED) – Sebanyak 433 warga etnis Rohingya, termasuk perempuan dan anak-anak, kembali diselamatkan oleh nelayan tradisional Aceh saat hanyut di Selat Malaka pada Rabu dini hari, 20 Mei.
Panglima Laot Kuala Julok, Teuku Nyak Idrus mengatakan, perahu kayu yang membawa ratusan manusia perahu dalam kondisi lemah dan sakit itu terdampar di dekat Kuala Julok, Kabupaten Aceh Timur sekitar pukul 02.00 WIB.
“Kemudian para nelayan yang melihat mereka meminta pertolongan segera menolong orang-orang tersebut dan mengangkutnya bersama-sama kapal nelayan ke Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Kuala Julok,” kata Idrus.
Sebanyak 102 pengungsi kelompok pertama berhasil diselamatkan dini hari tadi, selebihnya ditolong nelayan pada pagi harinya.
Dari total 433 orang yang berhasil diselamatkan hari ini, 44 diantaranya adalah perempuan dan 46 lainnya adalah anak-anak
Hal ini dibenarkan oleh anggota Search and Rescue (SAR) Langsa, Khairul Nova, yang menyatakan sekitar ratusan pencari suaka asal Myanmar diselamatkan dari Selat Malaka oleh nelayan Julok.
“Saya mendapat kabar masih ada sekitar 300 hingga 400 orang yang dievakuasi dari tengah laut oleh nelayan, namun saya belum mendapat informasi lebih lanjut,” kata Khairul.
Sebagian besar manusia perahu yang diselamatkan dikatakan berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan karena tidak makan dan minum selama beberapa hari. Banyak dari mereka juga yang sakit.
Tim kesehatan sudah berada di lokasi dan mulai merawat yang sakit. Kebanyakan dari mereka jatuh sakit karena tidak makan dan dehidrasi.
“Saya sekarang mengumpulkan ikan dari nelayan dan beras dari warga untuk dimasak bagi mereka,” kata Idrus.
Idrus menambahkan, nelayan Julok sedang menarik perahu yang membawa ratusan pengungsi ke Kuala Julok.
“Daripada dibiarkan di laut, nanti tenggelam. Itu sebabnya kami mengambil inisiatif untuk menarik kapal itu untuk mendarat,” katanya.
Begitu pengungsi dibawa ke darat, ratusan nelayan setempat langsung menyediakan air mineral dan makanan. Mereka membagikan pakaian kepada warga Rohingya yang kondisinya sangat memprihatinkan dan hanya mengenakan sarung.
“Banyak laki-laki yang tidak lagi mengenakan pakaian saat dibawa ke sini,” katanya seraya menambahkan bahwa para pengungsi mengakui beberapa di antara mereka tewas di laut. Namun jumlah korban meninggal belum diketahui secara pasti.
Belum jelas apakah kapal yang kandas di Kuala Julok merupakan kapal yang terlihat di perairan Thailand pada Kamis 14 Mei. Saat itu, angkatan laut Thailand melarang kapal berisi orang itu berlabuh di darat, namun hanya memberikan bantuan.
Sementara itu, Juru Bicara Tentara Nasional Indonesia (TNI) Fuad Basya melarang nelayan membantu pengungsi yang terdampar di wilayah Indonesia kecuali kapal yang mereka tumpangi tenggelam.
“Jangan sampai nelayan kita membawa mereka (pengungsi Rohingya) ke luar batas laut kita, lalu turun dari kapal dan masuk ke kapal nelayan lalu masuk ke wilayah kita. Ini yang kami larang, kata Juru Bicara TNI Fuad Basya seperti dikutip BBC Indonesia.
Menurut Fuad, TNI tidak melarang upaya penyelamatan di darat jika “kapal tenggelam atau terapung di laut dan tidak ada kapal”.
“TNI mempunyai kewajiban menjaga kedaulatan wilayah Indonesia, termasuk di laut,” ujarnya.—Rappler.com