• November 22, 2024
Joshua Oppenheimer menerima Penghargaan Tasrif 2015

Joshua Oppenheimer menerima Penghargaan Tasrif 2015

JAKARTA, Indonesia—Joshua Oppenheimer, sutradara film “Jagal” dan “Senyap” yang berkisah tentang pembantaian tahun 1965, meraih Penghargaan Suardi Tasrif 2015 dari Aliansi Jurnalis Independen Indonesia, Jumat, 4 September.

Anonymous, sutradara Indonesia yang membuat film bersama Joshua, juga mendapat penghargaan ini. Keduanya diberi imbalan Anugerah Suardi Tasrif yang mengungkap tragedi 1965-1966 dari sudut pandang pelaku, suatu hal yang tidak bisa dipungkiri dan belum pernah dilakukan sebelumnya.

“Tanpa pengungkapan fakta pembantaian 1965-1966, proses rekonsiliasi tidak mungkin terjadi. “Pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa rekonsiliasi tidak akan pernah tercapai jika kebenaran tidak diungkapkan dan diakui,” kata juri.

Juri pun menyebut karya Joshua merupakan upaya mengingatkan masyarakat Indonesia akan peristiwa pelanggaran HAM terbesar pada tahun 1965, di tengah semakin sepinya pemberitaan topik tersebut.

Joshua mendedikasikan penghargaan untuk para korban

“Kami mendedikasikan penghargaan ini kepada jurnalis, pelajar, aktivis hak asasi manusia, guru, akademisi, seniman, pekerja dan anggota masyarakat, yang menyelidiki penyelenggara dan khalayak yang menolak untuk tunduk pada ancaman dan tekanan untuk menciptakan iklim demokrasi yang sehat dan mereka yang membuka diri terhadap ancaman dan tekanan. ruang untuk berdiskusi pendapat tanpa paksaan dan kekerasan,” ujarnya melalui video.

Joshua berhalangan hadir dalam acara Tasrif Award di Gedung Film Usmar Ismail. Memang dia menyatakan pada media bahwa dia tidak akan kembali ke Indonesia.

Pidato lengkap Yosua melalui video berdurasi 3 menit 33 detik:

Suatu kehormatan bagi kami menerima Suardi Tasrif Award tahun 2015. Penghargaan ini sangat berarti karena merupakan kali pertama kami menerima penghargaan dari Indonesia.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada AJI atas penghargaan ini. Dan tidak mungkin kami dapat menerima penghargaan ini tanpa dukungan dari teman-teman yang telah mendukung kami dalam pembuatan dan pendistribusian kedua film kami.

Maka izinkan kami membagikan penghargaan ini kepada orang-orang yang telah bekerja sama memperjuangkan kebebasan pers, kebebasan berpendapat dan berekspresi, serta kebebasan memperoleh informasi di Indonesia.

Penghargaan ini kami persembahkan kepada para korban dan penyintas pelanggaran HAM. Kepada mereka yang berani terus berjuang menyampaikan kebenaran dalam kisahnya.

Mereka yang terus menyuarakan keadilan, dan menghentikan pembantaian massal dan genosida agar tidak terjadi lagi.

Penghargaan ini kami persembahkan kepada para jurnalis, pelajar, aktivis hak asasi manusia, guru, akademisi, seniman, pekerja dan masyarakat, yang memilih penyelenggara dan penonton yang menolak tunduk pada ancaman dan tekanan untuk menciptakan iklim demokrasi yang sehat dan mereka yang memberikan ruang terbuka. diskusi pendapat tanpa paksaan atau kekerasan.

Tasrif Award 2015 dan perjalanan pendistribusian kedua film kita di Indonesia semoga juga menjadi pengingat bahwa kebebasan berekspresi dan akses informasi masih panjang dan perjuangan yang tiada akhir.

Kebebasan berekspresi dan kebebasan memperoleh informasi sangat penting di tengah kuatnya aliran propaganda dari pihak penguasa yang bertahan dengan berusaha menyembunyikan kejahatannya dari pengetahuan masyarakat umum dan menikmati impunitas dengan menghindari sejarah.

Harapan kami, Tasrif Award 2015 dapat menjadi pengingat bagi masyarakat luas bahwa kebenaran belum terungkap, keadilan belum ditegakkan, permintaan maaf negara belum dilakukan, korban belum direhabilitasi, apalagi mendapat ganti rugi. untuk semua yang diambil dari mereka.

Diskriminasi terhadap penyintas, korban, dan keluarga korban masih terus berlanjut, sementara sejarah yang diajarkan di sekolah masih bungkam atas kekejaman yang menimpa jutaan masyarakat Indonesia.

Kami berharap penghargaan Tasrif ini dapat memacu semangat untuk melanjutkan segala upaya pengungkapan kebenaran, penegakan hukum, keadilan dan rekonsiliasi. Terima kasih.

Film “Jagal” yang menceritakan kesaksian para pelaku pembantaian di Sumatera Utara tahun 1965-1966, tayang pada tahun 2013 dengan versi bahasa Inggris berjudul “The Act of Killing”. Sedangkan “Senyap” yang menceritakan kesaksian para korban terbit pada tahun 2014 dengan versi bahasa Inggris berjudul “The Look of Silence”. Kedua film ini sudah banyak meraih penghargaan di luar negeri, namun baru kali ini mendapat penghargaan dari Indonesia.

Juri Suardi Tasrif Award 2015 terdiri dari Pemimpin Redaksi Merdeka.com Didik Supriyanto, Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Arif Zulkifli, dan salah satu pendiri ICT Watch Donny BU.

Suardi Tasrif, Bapak Kode Etik Jurnalistik Indonesia, tidak pernah menyerah dalam memperjuangkan kebebasan pers sepanjang hidupnya. Suardi Tasrif gigih memperjuangkan kebebasan berekspresi, sebuah hak konstitusional yang selalu disebut-sebut sebagai hak fundamental yang menjadi sarana pemenuhan berbagai hak asasi manusia lainnya.

AJI Indonesia melanggengkan namanya sebagai penghargaan bagi individu maupun kelompok atau lembaga yang gigih memperjuangkan kebebasan pers dan kebebasan berpendapat pada umumnya. Penghargaan Suardi Tasrif dimulai pada tahun 1998, dan Munir, koordinator gugus tugas Contras, menjadi penerima pertama Penghargaan Tasrif. —Rappler.com

Baca juga:

game slot pragmatic maxwin