• November 24, 2024
Tidak ada satu pun jurnalis yang layak menerima Penghargaan Udin

Tidak ada satu pun jurnalis yang layak menerima Penghargaan Udin

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Komunitas pers dipandang semakin kompromis dan tidak sepenuhnya menentang pembungkaman kebebasan pers

JAKARTA, Indonesia—Sudah 8 tahun digelar, namun masih belum ada pemenang Udin Award. Juri mengatakan tidak ada seorang pun yang layak dan pantas menerima penghargaan ini.

Komunitas pers semakin cenderung berkompromi dan belum sepenuhnya menentang penindasan terhadap kebebasan pers, kata anggota Juri Udin Awards 2015, Ging Ginanjar, di Gedung Film Usmar Ismail, Jumat, 4 September.

Ging Ginanjar mengatakan, absennya peraih penghargaan Udin 2015 bukan menjadi indikasi jurnalis tidak lagi mengalami ancaman dan kekerasan. Namun justru sebaliknya. “Calon kuat peraih penghargaan Udin 2015 misalnya, tidak mempertahankan keputusan redaksionalnya yang sebenarnya sesuai kaidah jurnalistik, karena mendapat tekanan,” ujarnya lagi.

Penghargaan Udin merupakan penghargaan yang diberikan kepada jurnalis atau kelompok jurnalis yang menghadapi ancaman atau menjadi korban kekerasan dalam menjalankan tugasnya.

Penghargaan ini diberikan oleh Aliansi Jurnalis Independen Indonesia sejak tahun 1997, dan pemenang pertama adalah tim Wit Kijang.

Tim Kijang merupakan sekelompok jurnalis dari berbagai media yang bekerja di Yogyakarta yang gigih melakukan investigasi bersama untuk mengungkap kasus pembunuhan Udin.

Tahun ini, juri menerima pengajuan tiga kandidat Udin Award. Namun mereka memutuskan tidak ada calon peraih Udin Award 2015.

Keputusan juri tersebut pun langsung menuai pujian dari warganet. Mereka sepakat bahwa tidak ada seorang pun yang layak menerima penghargaan Udin.

Kasus pembunuhan Udin gagal

Fuad Muhammad Syafruddin alias Udin merupakan jurnalis yang pemberitaannya kritis terhadap Pemerintah Kota Bantul, Yogyakarta.

Pada 13 Agustus 1996, ia ditemukan oleh istrinya, Marsiyem, berlumuran darah di pintu masuk rumahnya di Bantul. Wartawan Harian Bernas itu pergi setelah ada pria yang datang dan mengatakan ingin bertemu dengannya.

Saat Marsiyem keluar, orang itu sudah tidak ada lagi. Hanya Udin yang terluka. Udin kemudian dilarikan ke RS Bethesda, Yogyakarta. Tiga hari kemudian, 16 Agustus 1966, Udin meninggal dunia.

Polisi pernah menetapkan Dwi Sumaji alias Iwik sebagai tersangka pembunuhan Udin. Pada tanggal 3 November 1997, Jaksa Penuntut Umum Iwik di Pengadilan Negeri Bantul, Amrin Nalim, menuntut agar pria tersebut dibebaskan karena tidak cukup bukti.

Pada 27 November 1997, majelis hakim pun memutuskan membebaskan Iwik karena tidak terbukti bersalah. Setelah itu, polisi tak lagi mencari tersangka baru dalam kasus tersebut.

Sayangnya kasus Udin akhirnya kandas pada Agustus 2014. —Rappler.com

Baca juga:


Pengeluaran SGP hari Ini