• November 23, 2024

Hanif Dhakiri, putra TKW yang menjadi Menteri Ketenagakerjaan

Menteri Tenaga Kerja Muhammad Hanif Dhakiri memandangi sejumlah catatan di depannya. Sesekali dia merokok. Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memimpin rapat bersama jajaran khususnya di ruang kerjanya di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan, di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin sore (3/11).

Menteri Hanif mengajak saya untuk mengamati pertemuan tersebut. Yang saya kenali di antara lima staf khusus itu adalah Dita Indah Sari, seorang aktivis buruh yang menjadi staf khusus sejak era Menteri Muhaimin Iskandar.

“Pastikan kami menganggapnya serius e-pemerintahan dalam proses perizinan, meninjau kembali efisiensi organisasi, yang seharusnya ditingkatkan statusnya, yang seharusnya dihilangkan karena tidak efektif. “Identifikasi unit-unit yang kurang bermanfaat,” kata Hanif kepada jajarannya.

“Untuk memperluas lapangan kerja, kita perlu lebih fokus pada sektor kelautan, perikanan, dan pertanian. Hal inilah yang menjadi fokus pemerintahan Pak Jokowi. “Coba telusuri kemungkinan-kemungkinan posisi yang bisa meningkatkan penerimaan negara bukan pajak dari kementerian ini.”

Hal itulah yang menjadi salah satu tema pertemuan Menteri Hanif. Ia menghadiri rapat kabinet pada pagi hari yang dipimpin oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Tema yang diangkat berkaitan dengan upaya peningkatan pendapatan dan pendapatan negara.

Hanif juga meminta segera dilakukan audit terhadap pelayanan publik. Begitu pula dengan pelayanan perizinan bagi tenaga kerja asing. “Dari segi prosedur, perizinan harusnya disederhanakan. Durasinya harus dipersingkat. Sebenarnya undang-undang menetapkan 14 hari, dan di zaman Cak Imin bisa 7 hari. Apakah dapat dipersingkat lagi tanpa mengurangi kualitas pelayanan? Saya juga ingin realistis terhadap kemampuan kita, kata Hanif. Cak Imin adalah nama tenar Ketua PKB Muhaimin Iskandar yang juga merupakan pendahulu Hanif.

“Untuk domestik, saya akan lakukan peleraian, Nona Uni. Tapi untuk orang asing saya akan melakukannya, dengan kata lain kemacetan. Seleksi TKA lebih ketat. Biaya izin juga akan dinaikkan. “Tentunya akan kami kaji terlebih dahulu dengan berbagai pihak terkait,” kata Hanif.

Lanjutnya, membatasi jumlah TKA yang akan bekerja di perusahaan lokal sulit dilakukan selama ketersediaan keahlian di dalam negeri tidak mencukupi. Terlebih lagi, ini adalah era keterbukaan dan perdagangan bebas.

Jumlah orang asing yang bekerja di Indonesia cukup besar yakni sekitar 72 ribu orang. Mereka menjadi pesaing bagi masyarakat pencari kerja, khususnya pencari kerja lokal. Penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 akan menjadi ancaman bagi tenaga kerja dalam negeri jika kualitas dan kemampuan tenaga kerja lokal tidak ditingkatkan.

“Selain untuk meningkatkan kualitas Badan Diklat Ketenagakerjaan, program sertifikasi profesi semakin penting untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal,” kata Hanif, kelahiran Semarang, 6 Juni 1972. Dalam pertemuan dengan staf khusus, katanya. . memerintahkan segera dilakukan audit terhadap BLK yang ada.

Anis Hidayah, direktur eksekutif Migrant Care, sebuah organisasi non-pemerintah yang menangani penderitaan pekerja migran, mengatakan bahwa sejauh ini hampir semua layanan bagi pekerja Indonesia disediakan oleh sektor swasta.

“Peran pemerintah sangat minim. Semuanya diserahkan kepada pihak swasta melalui peran Perusahaan Jasa TKI. “PJTKI mempunyai hubungan dekat dengan tokoh-tokoh penting di semua partai politik,” kata Anis saat dihubungi melalui telepon, Selasa pagi (4/11).

Anis berharap Presiden Jokowi menepati janjinya untuk mengambil alih peran pelayanan terhadap pekerja migran. Artinya, tugas tersebut harus dilaksanakan terutama oleh jajaran Kementerian Ketenagakerjaan.

Sesuai amanat atasannya, kabinet Jokowi diminta segera ikut serta. Persaingan kerja terus berlangsung, ditandai dengan rapat konsolidasi kementerian yang intensif dan kunjungan lapangan. Menteri Hanif melakukan inspeksi mendadak di Kantor Tenaga Kerja Indonesia dan Bandara Soekarno-Hatta. Ia juga berangkat ke Solo untuk menghadiri bursa kerja penyandang disabilitas, sekaligus mampir ke Pondok Pesantren Al Muayyad. Di SMA di lingkungan Al Muayyad ini, Hanif, anak sulung dari lima bersaudara, menyelesaikan pendidikan SMA-nya pada tahun 1991.

anak-anak TKW

Saat berkunjung ke Solo, Hanif mampir mengunjungi rumah orang tuanya di kawasan Bonorejo Blotongan, Salatiga. Ibu Hanif, Ny. Hafsoh, memeluknya. Air matanya menetes karena emosi.

“Sejak saya diangkat menjadi menteri, ibu saya sering menelepon saya sambil menangis. Antara emosi, bangga dan khawatir. Soalnya dia suka nonton televisi dan mengikuti berita politik. “Suasana politiknya begini, ibu saya khawatir,” kata Hanif.

Usai pertemuan dengan staf khusus, kami berpindah tempat duduk, berbincang di meja beliau, di ruang menteri.

Menteri Hanif punya cerita pribadi soal ketenagakerjaan. “Ibu saya seorang TKI di Arab Saudi,” ujarnya.

Saat Hanif masih duduk di bangku SMA, ibunya mengadu nasib di Arab Saudi. Periode pertama dua tahun, lalu kembali ke Salatiga setahun.

Pada periode kedua Ibu Hafsoh bekerja sebagai asisten rumah tangga selama empat tahun. Beruntung ibu Hanif menemukan majikan yang baik dan memenuhi perjanjian kerjanya. Banyak yang tidak seberuntung Ny. Hafsoh tidak. Keluarga Van Hanif juga bekerja sebagai buruh migran. Beberapa diantaranya terdampar di tempat penampungan selama berbulan-bulan.

“Saya masuk ke shelter di kawasan Tangerang untuk menyelamatkan keluarga,” kata Hanif.

Saat itu, ia menjabat staf khusus pada era Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Soeparno, pada era pertama kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Masa kecil Hanif dilalui dengan keterbatasan. Ibunya mula-mula tamat SD dan melanjutkan pendidikan melalui program kelompok belajar, kini setara SMA.

Ayah Hanif, KH Zuhri Maksum, adalah seorang guru sekolah dasar. Statusnya adalah Pegawai Negeri Sipil. Ayah Hanif lulusan Pendidikan Guru Keagamaan yang kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Universitas Darul Ulum Islamic Center Ungaran, Semarang.

“Ayah dan Ibu sangat peduli dengan pendidikan. Ibu saya menjadi TKI karena ingin anak-anaknya mengenyam pendidikan tinggi. Penghasilan Abah tidak cukup, kata Hanif.

Hanif membantu ibunya mengangkut singkong untuk membuat tapioka. Keluarga ini pernah tinggal di sebuah kamar di sebelah kandang sapi. Saat itu, Hanif belum memiliki adik.

Rumah keluarga di kawasan Bonorejo Blotongan ini masih dipertahankan kondisinya seperti semula. “Saya belum merenovasinya, padahal saya pernah menjadi anggota DPR,” kata mantan anggota Komisi X periode 2009-2014 itu. Rumah itu penuh kenangan. Dibangun oleh Abah Hanif dengan tangannya sendiri, dibantu oleh Hanif dan adik keduanya yang seorang perempuan.

“Kami membuat batu bata sendiri. Ayah saya membangun, saya dan saudara laki-laki saya membantu mencampur semen dan pekerjaan lainnya. Selain menjadi guru, Abah melakukan segala macam pekerjaan untuk menambah penghasilannya. Dia sebagian besar adalah seorang tukang bangunan, kata Hanif, mengenang masa kecilnya.

Hanif merupakan lulusan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. “Tidak lulus,” katanya sambil tersenyum.

Beberapa media menyebutkan dia merupakan lulusan UI. Ia menerima diploma pascasarjana dari sebuah sekolah di Universitas Nasional. Kini ia sedang mengejar gelar doktor di sebuah universitas di Malaysia. Kenapa di Malaysia? “Karena judulnya PhD,” kata Hanif sambil tertawa.

Sehari-harinya ia selalu tampil mengenakan kemeja putih agak ketat dengan sedikit motif sebagai variasi pada kancing depan. Keempat adik Hanif juga merupakan lulusan universitas.

Masa mudanya terlibat aktif dalam kegiatan ketenagakerjaan, seni, dan komunitas kota. Ia aktif di Partai Rakyat Demokratik (PRD). Hanif merupakan aktivis yang kuat dan matang dalam tradisi organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Ia pun merilis album musik bertajuk “Gerimis: Jejak Hati yang Patah” yang dimaksudkan untuk merayakan pesta demokrasi pemilu 2014. Album ini berisi 11 lagu yang ditujukan untuk memberikan semangat kepada generasi muda agar tidak golput dalam memilih.

“Musik ini diharapkan dapat membujuk pemilih baru untuk berhenti bersikap anti partai, dan tidak selalu menganggap partai politik (parpol) itu kotor. politik itu indah seru, “Dan menariknya, jika politik itu kotor, musik bisa membersihkannya,” ujarnya.

“Cak Imin berpesan, asal jadi menteri, jalan lurus saja,” kata Hanif. Menjadikan langkahnya ringan, meski masalah yang dihadapi sangat berat. Kritik dan keraguan terhadap kemampuannya juga tidak sedikit.

“Mbak Uni juga ragu ya?” katanya sambil tersenyum.

Ibunya yang menjadi buruh migran tidak menjamin dia akan serius memperjuangkan perlindungan buruh migran, kata Anis Hidayah. Aktivis buruh migran ini mengatakan, sejumlah pejabat tinggi dan politisi di Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki keluarga yang bekerja sebagai buruh migran di Malaysia.

“Mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk meningkatkan pelayanan selama pemberangkatan dan penempatan serta perlindungan terhadap pekerja migran,” kata Anis kepada saya. Tapi saya tetap percaya kepada Presiden Jokowi, untuk serius memantau dan memastikan menteri-menterinya bekerja dengan baik, kata Anis.

Menurut Anis, permasalahan ketenagakerjaan dalam negeri yang paling mendesak adalah outsourcing dan upah yang layak. Sementara bagi pekerja migran, permasalahan yang cukup besar adalah ketenagakerjaan dan perlindungan.

Revisi UU Pekerja Migran mendesak untuk dilakukan karena hanya ada delapan pasal yang memuat perlindungan. Sisanya pasal-pasal yang didominasi kepentingan bisnis, kata Anis

Menjadi pekerjaan rumah bagi Menteri Hanif untuk membuktikan kinerjanya sesuai harapan pemangku kepentingan. Harapan besar itu membuat ibunya begitu khawatir. “Dia tidak bahagia,” kata Hanif.

Bukan dalam rasa menyesal, ia tetap peduli dengan situasi sulit yang dihadapi anak sulungnya. Abah Maksum berpesan kepada Hanif: “Mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena dengan begitu akan menghindarkanmu dari kesesatan.”

Jalan yang salah berpotensi membuat Menteri Hanif terpeleset. Kritik masyarakat terhadap kinerja Kementerian Ketenagakerjaan sangat tinggi.

Dalam pertemuan dengan pimpinan PKB menjelang kongres lalu, saya mengomentari Cak Imin, Ketua Umum. “Ketum PKB ini jarang tampil di depan umum, kenapa? “Salah satunya karena Cak Imin khawatir ditanya soal ketenagakerjaan oleh media.”

Cak Imin dan jajaran PKB tersenyum kecut. Hanif juga ada disana.

Menteri Hanif membahas banyak agenda dalam pertemuan dengan staf khusus Senin sore itu. Sebagian besar belum bisa dikomunikasikan kepada publik.

“Saya harus berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait, termasuk pihak swasta dan pekerja,” ujarnya.

Ia berpesan kepada jajarannya: “Saya ingin menjalankan agenda yang dicanangkan pemerintahan Jokowi. Jika ada regulasi yang dinilai menjadi kendala, jangan jadikan agenda tersebut menjadi mustahil. Biarkan saya berkoordinasi dengan instansi lain dan menyampaikannya kepada Presiden.

Salah satu hal yang beberapa waktu lalu ramai diperbincangkan adalah perluasan kesempatan kerja. Untuk karyawan yang diberhentikan, perempuan dan, inilah yang saya senangi, para penyandang disabilitas. —Rappler.com

Uni Lubis adalah mantan pemimpin redaksi berita dan terkini di ANTV. Ikuti Twitter-nya @unilubis

Artikel ini sebelumnya telah diterbitkan di blog pribadinya di unilubis.com.


pengeluaran sgp pools