Ada korban meninggal akibat kabut asap, masyarakat Riau minta dievakuasi
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan buatan AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteks, selalu merujuk ke artikel lengkap.
“Kami setiap hari di Riau selama sebulan mengumpulkan racun. Sudah ada 43.386 orang di Riau yang terpapar ISPA (infeksi saluran pernafasan akut).
JAKARTA, Indonesia – Perwakilan masyarakat dan anggota DPRD Riau ke Komnas HAM, Jumat 18 September, mengeluhkan pemerintah Riau yang dinilai lalai melindungi warga Riau dari kabut asap.
“Kami dari Gerakan Rakyat Riau menentang asap masuk ke Komnas HAM karena kami menilai ada pelanggaran terhadap hak hidup bebas dari polusi asap,” kata perwakilan gerakan Helda Khasm di kantor Komnas HAM.
“Kami setiap hari di Riau selama sebulan mengumpulkan racun. Sudah ada 43.386 orang di Riau yang terpapar ISPA (infeksi saluran pernafasan akut).
Keputusan melapor ke Komnas HAM diambil setelah seorang gadis bernama Muhanum Anggriati meninggal dunia karena sesak napas. Dia jatuh saat bermain dan kehilangan kesadaran.
Andra Syafril, Kepala Dinas Kesehatan Riau, mengatakan Hanum meninggal karena meningitis dan gizi buruk, tapi diakuinya merokok bisa memperburuk kondisi penyakitnya.
Helda mengatakan, evakuasi mendesak dilakukan karena indeks baku mutu pencemaran udara sudah berada pada tingkat berbahaya.
“Anak-anak tidak sekolah selama sebulan dan tidak ada pengungsian untuk anak-anak, ibu hamil dan menyusui,” kata Helda.
Menurut Helda, dia berharap bisa dievakuasi ke Bukit Tinggi atau Padang.
“Kami bilang kami bukan korban tsunami atau gempa,” katanya. “Saya bilang kami butuh udara segar dan mereka bilang tidak ada prota (prosedur tetap) jadi kami masih belajar dan saya bilang 18 tahun jadi tidak ada waktu lagi untuk belajar.”
Wakil Ketua Internal Komnas HAM, Siti Noor Laila mengatakan, pihaknya akan mempelajari laporan tersebut terlebih dahulu, baru kemudian memberikan rekomendasi kepada pemerintah.
“Laporan yang diterima Komnas HAM, warga Riau mengungsikan anaknya ke Bukit Tinggi dan tidak didampingi pemerintah,” kata Laila. “Pemerintah harus bertanggung jawab atas evakuasi anak-anak dan ibu, karena tidak memungkinkan kelompok rentan tinggal di sana.” —Rappler.com
BACA JUGA: