• October 6, 2024
Siswa CSU menyalakan lilin untuk teman sekolahnya Rosanna Sanfuego

Siswa CSU menyalakan lilin untuk teman sekolahnya Rosanna Sanfuego

Beberapa siswa mengangkat spanduk bertuliskan nama Rosanna Sanfuego, yang dilaporkan bunuh diri karena kesulitan membayar biaya sekolah

CAGAYAN, Filipina – Mahasiswa Universitas Negeri Cagayan (CSU) mengikuti upacara penyalaan lilin untuk mengenang teman sekolahnya Rosanna Sanfuego yang gugur pada Jumat malam, 6 Maret.

Persatuan Pelajar Nasional Filipina (NUSP) Cagayan memulai peringatan tersebut untuk menarik perhatian terhadap nasib buruk Filipina Sanfuego, yang bunuh diri di rumah mereka pada 25 Februarididuga tentang masalah pembayaran biaya sekolah.

Dekan Julius Capili dari CSU College of Allied Health Science (CAHS) mengaku beberapa mahasiswanya “dipaksa” untuk menghadiri acara tersebut.

Melalui pesan teks, Capili mengatakan para mahasiswa yang bergabung dalam aksi tersebut tampaknya digiring untuk percaya bahwa mereka menghadiri acara menyalakan lilin dan presentasi secara rutin untuk mengenang mahasiswa tersebut, namun terkejut ketika mereka diminta untuk memegang “spanduk”.

“Sepanjang waktu mereka dituntun untuk beriman sudah Persembahan Natal itu saja untukmu Rosanna (Sepanjang waktu mereka dituntun untuk percaya bahwa itu hanyalah persembahan Natal untuk Rosanna). Tapi mereka disuruh memegang spanduk dan diambil fotonya,” kata Capili.

Capili mengatakan para siswa yang “ketakutan” melaporkan kejadian tersebut kepada guru mereka yang berada di ruang fakultas.

“Sangat disayangkan hal-hal seperti ini terjadi dan ada pihak lain yang menambah pemicu masalah ini,” katanya.

Capili tidak menyebutkan nama siswa tersebut atau berapa jumlahnya, maupun guru yang diduga mereka adu, namun mengatakan salah satu siswa tersebut adalah anak dari seorang dosen.

Tidak ada paksaan

Femie Galapon dari NUSP Cagayan, salah satu yang memulai aksi salat tersebut, membantah tuduhan tersebut.

“Kami tidak, dalam bentuk apapun, memaksa siswa untuk mengikuti pertemuan doa. Kami menjelaskan kepada mereka apa yang akan terjadi dan mereka bersimpati dengan Rosanna,” kata Galapon.

Seorang siswa yang mengikuti acara tersebut mengatakan bahwa mereka melakukannya secara sukarela.

Kami tidak dipaksa, kami melakukannya untuk Anda Rosanna (Kami tidak dipaksa pergi. Kami melakukannya demi Rosanna),” kata mahasiswa yang enggan disebutkan namanya itu.

Liana Acuzar dari College Editors Guild of the Philippines-Cagayan Valley mengatakan sekitar 50 mahasiswa CSU mengikuti acara yang “hanya (upacara) penyalaan lilin dan bukan unjuk rasa”.

“Ini bukan unjuk rasa. Hanya sekedar upacara penyalaan lilin yang dilakukan para pelajar untuk menunjukkan rasa simpati terhadap korban. Yang mereka punya hanyalah nama Rosanna dan penyataan sudah (Mereka hanya membentangkan spanduk bertuliskan nama Rosanna dan keterangannya),’Nyalakan lilin untuk Rosanna.’ Tidak ada lagi. Tidak kurang,” kata Acuzar.

Klarifikasi tanggal ujian

Capili menjelaskan, ujian tengah semester Sanfuego dilakukan pada 23-24 Februari, beberapa hari sebelum dia bunuh diri.

Pengacara Honorato Carag, kepala administrasi kampus, juga mengatakan sebelumnya bahwa Sanfuego meninggal sebelum masa ujian, menghilangkan spekulasi bahwa dia bunuh diri karena tidak mengikuti ujian. (BACA: Pastor mengutuk CSU yang ‘tidak menyesal’ atas bunuh diri mahasiswanya)

Carag juga menjelaskan bahwa Rosanna membayar uang muka untuk mengikuti ujiannya.

Sanfuego dilaporkan berhenti menghadiri kelas pada 20 Februari.

Ibu Sanfuego, Sophiya, berulang kali mengatakan bahwa menurut putrinya, dia tidak akan diperbolehkan mengikuti ujian jika tidak mampu membayar biaya sekolah.

Dalam wawancara eksklusif, Sophiya mengenang percakapan terakhirnya dengan putrinya.

Kamu masih berbicara ah. Beritahukan kepada mereka bahwa Anda akan membayar ketika bibi Anda dapat mengirimkannya (Bicaralah kepada mereka untuk mengizinkanmu sementara ini. Katakan pada mereka bahwa kamu akan membayarnya setelah kamu menerima uang saku dari bibimu),” kenang Sophiya kepada putrinya.

Sekitar awal bulan Februari, Sanfuego memberi tahu ibunya bahwa dia tidak memiliki cukup uang untuk membayar biaya makan, persyaratan laboratorium, dan biaya sekolah, sehingga memaksanya untuk meninggalkan semua mata pelajaran dan pulang.

Dia mengirim pesan, dia bilang dia tidak punya uang saku. Dia sangat lapar sehingga dia tidak punya apa-apa untuk dimakan,” dia berkata. (Dia terus mengirimiku pesan bahwa dia kehabisan uang saku, bahwa dia sering kali sangat lapar karena dia tidak punya cukup uang untuk makan.)

Konsultasi

Perwakilan Bayan Muna Neri Colmenares dalam forum di Tuguegarao mengatakan, dirinya akan memasukkan kasus Sanfuego ke dalam agendanya di DPR.

Sementara itu, Dewan Bupati CSU belum memutuskan pengembalian biaya sekolah, artinya sekolah akan mempertahankan kebijakan “tidak ada biaya sekolah”. (BACA: ‘Siswa Tidak Mampu Membayar Pengembalian Biaya Pendidikan CSU’)

Bupati Siswa Ronel Alcasoda mengatakan dalam wawancara telepon hari Jumat bahwa pihak administrasi sekolah masih perlu mengajukan proposal.

“Belum ada usulan karena proses konsultasinya belum selesai,” ujarnya.

Memorandum Komisi Pendidikan Tinggi 03-2012 menginstruksikan universitas negeri dan perguruan tinggi untuk memasukkan hasil konsultasi pemangku kepentingan sebelum menyetujui dan melaksanakan biaya tersebut. – Rappler.com

Keluaran Sidney