• November 25, 2024

36 orang tewas dalam bentrokan sebelum perundingan damai

(Pembaruan ke-3) Setidaknya 31 pemberontak Muslim dan 5 tentara tewas dalam bentrokan di Mindanao menjelang dimulainya kembali perundingan damai antara pemerintah dan MILF di Malaysia

COTABATO CITY, Filipina (pembaruan ke-3) – Sedikitnya 31 pemberontak Muslim dan 5 tentara tewas dalam bentrokan menjelang dimulainya kembali perundingan damai yang bertujuan mengakhiri pemberontakan yang telah berlangsung satu dekade, kata militer pada Minggu, 7 Juli.

Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro (BIFF), sebuah kelompok gerilyawan sempalan, menyergap sebuah truk tentara dan menyerang sebuah kamp tentara pada hari Sabtu, 6 Juli, komandan militer setempat Mayor. Jenderal. kata Romeo Gapuz.

Pertempuran itu terjadi sebelum pemerintah Filipina dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF), pasukan gerilyawan Muslim terbesar di negara itu, dijadwalkan melanjutkan perundingan di negara tetangga Malaysia pada Senin, 8 Juli.

BIFF bertekad menggagalkan perundingan damai (Filipina-MILF) dengan melancarkan serangan serentak terhadap instalasi sipil dan militer, kata Gapuz dalam keterangan tertulisnya.

BIFF meledakkan bom pinggir jalan ketika sebuah truk militer melintas di daerah pedesaan Datu Piang, menewaskan 3 tentara, kata para pejabat.

Para pemberontak secara bersamaan menyerang sebuah unit tentara di bagian lain kota itu, menewaskan dua tentara lainnya, kata sebuah laporan militer.

Gapuz mengatakan angkatan bersenjata mengejar para penyerang.

Kolonel Dickson Hermoso, juru bicara divisi 6 angkatan darat, mengatakan melalui telepon bahwa tentara memasuki Ganta di Shariff Saydona Mustapha, benteng BIFF, yang mengakibatkan banyak korban di pihak musuh.

“Ancaman terhadap proses perdamaian terbatas. Benteng mereka, tempat mereka bertemu dan merencanakan cara melancarkan serangan, telah direbut oleh tentara kita,” kata Hermoso.

Ada laporan bahwa 6 warga sipil, termasuk seorang anak berusia 2 tahun, terkena mortir, namun Hermoso mengatakan mereka masih melakukan penyelidikan.

Operasi militer

Abu Misry, juru bicara BIFF, membenarkan bahwa kelompoknya berada di balik serangan hari Sabtu itu.

“Kami akan melanjutkan serangan gerilya terhadap militer sampai mereka meninggalkan Maguindanao,” kata Misry kepada stasiun radio lokal DXMS yang dikelola Katolik dalam sebuah wawancara.

Ghazali Jaafar, wakil ketua urusan politik MILF, mengatakan kepada jaringan televisi ABS-CBN bahwa kelompoknya memantau dengan cermat operasi militer melawan BIFF.

“Operasi ini bisa meluas ke wilayah yang lebih luas. Kami sangat khawatir karena tidak ingin hal ini terjadi,” ujarnya.

Jaafar mengatakan MILF tidak menghubungi BIFF setelah serangan hari Sabtu dan tidak berencana melakukan hal tersebut, karena kelompok tersebut tidak lagi menerima perintah dari organisasinya.

Namun, ia mengatakan MILF telah menerima jaminan bahwa tentara akan menyelesaikan operasinya dalam sehari.

“Saya kira hal itu tidak akan mempengaruhi perundingan besok,” tambah Jaafar.

BIFF dipimpin oleh Ameril Umra Kato, seorang ulama lulusan Arab Saudi yang memimpin unit elit MILF.

Dia dan unitnya disalahkan atas serangkaian penggerebekan di Mindanao pada tahun 2008 yang menewaskan hampir 400 orang dan membuat ratusan ribu orang mengungsi.

Umbrakato diskors oleh MILF pada tahun 2011 karena sikap kerasnya terhadap negosiasi perdamaian.

Pembicaraan damai

MILF akan melanjutkan perundingan di Malaysia pada hari Senin, kata Jaafar dan seorang pembantu perunding pemerintah Filipina pada hari Minggu.

Namun, kedua belah pihak menolak membahas rinciannya.

Perundingan damai tersebut bertujuan untuk menciptakan wilayah otonom bagi minoritas Muslim di Mindanao, sepertiga bagian selatan dari negara berpenduduk 100 juta jiwa yang mayoritas beragama Katolik.

Kedua belah pihak menandatangani perjanjian awal pada bulan Oktober yang menguraikan ketentuan umum perjanjian damai yang akan ditandatangani pada tahun 2016.

Pemerintah Filipina sebelumnya mengatakan bahwa perundingan yang tersisa bertujuan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai isu-isu utama seperti pembagian kekayaan dan kekuasaan, serta melucuti senjata dan mendemobilisasi MILF.

MILF yang beranggotakan 12.000 orang telah melancarkan perang gerilya untuk mendirikan negara Islam terpisah di Mindanao sejak tahun 1970an yang telah memakan korban jiwa sekitar 150.000 orang. – dengan laporan dari Jeoffrey Maitem dan Agence France-Presse/Rappler.com

HK Prize