PH ‘menghabiskan’ segala cara untuk menyelamatkan Mary Jane
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
(DIPERBARUI) Menteri Luar Negeri Albert del Rosario juga meyakinkan keluarga Mary Jane Veloso bahwa pemerintah Filipina memberikan perhatian penuh terhadap kasus ini dan siap memberi mereka semua bantuan yang diperlukan.
JAKARTA, Indonesia (DIPERBARUI) – Pemerintah Filipina telah berjanji untuk melakukan “segala cara” untuk menyelamatkan terpidana kurir narkoba asal Filipina, Mary Jane Fiesta Veloso, meskipun permohonan banding awalnya untuk peninjauan kembali oleh Mahkamah Agung Indonesia ditolak.
“Kami akan terus mengerahkan segala upaya diplomatik dan hukum untuk menyelamatkan nyawa Mary Jane,” kata Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario dalam pernyataannya pada Jumat, 27 Maret.
Del Rosario menambahkan: “Kami ingin meyakinkan keluarganya bahwa pemerintah Filipina memberikan perhatian penuh pada kasus ini dan siap memberikan semua bantuan yang mungkin mereka perlukan.”
Pejabat senior Filipina membawa Veloso di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan di Yogyakarta pada 24 Maret, dalam unjuk rasa dukungan tingkat tinggi terhadap terpidana mati. (BACA: Menteri Luar Negeri PH Kunjungi Filipina untuk Korban Tewas)
DFA mencatat bahwa sejak penangkapan Veloso pada bulan April 2010, DFA, melalui Kedutaan Besar Filipina di Jakarta dan Kantor Wakil Menteri Urusan Pekerja Migran (OUMWA), “secara aktif memantau kasus ini dan memberikan semua bantuan yang diperlukan kepada Ms. Veloso mengabulkan. dan keluarganya.”
Bantuan tersebut termasuk menyewa pengacara swasta untuk membantu Veloso melakukan peninjauan hukum atas kasusnya, kata DFA.
Wakil Presiden Filipina Jejomar Binay juga menegaskan kembali seruannya kepada Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo untuk meringankan hukuman mati Veloso.
“Saya meminta ini, dengan ikatan persaudaraan dan persahabatan terdalam dari rakyat kita, ikatan yang saya percaya hanya akan tumbuh lebih kuat di tahun-tahun mendatang.”ujarnya dalam keterangannya kepada media, Jumat.
Veloso, seorang ibu tunggal berusia 30 tahun dan memiliki dua anak yang meninggalkan Filipina untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Kuala Lumpur, telah dipenjara di Yogyakarta, Indonesia, sejak tahun 2010 – tahun dimana ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati karena mencoba melakukan 2.6 untuk menyelundupkan kilogram heroin ke dalam negeri.
Namun Mahkamah Agung Indonesia pada hari Kamis mengumumkan bahwa mereka telah menolak permintaan Veloso untuk melakukan peninjauan kembali atas kasusnya, sehingga dia selangkah lebih dekat dengan eksekusi oleh regu tembak. (BACA: Pengadilan Indonesia menolak banding hukuman mati Filipina)
Indonesia sejauh ini mengabaikan semua seruan tersebut, meskipun ada tekanan internasional yang meningkat terhadap Jokowi untuk menghentikan eksekusi tersebut. Australia, khususnya, yang telah menjatuhkan hukuman mati kepada dua terpidana, telah membuat kesal para pejabat Indonesia dengan permohonan berulang kali dan ancaman akan dampak diplomatik jika eksekusi tetap dilakukan. (BACA: Warga Indonesia Protes Penarikan Bantuan Abbott, Kumpulkan Koin untuk Bayar Australia)
‘Dia adalah korban’
Binay, yang merupakan penasihat presiden untuk masalah pekerja Filipina di luar negeri, menekankan dalam pernyataannya bahwa Veloso bukan bagian dari sindikat narkoba terorganisir dan dia juga merupakan korban.
Veloso mengatakan kepada keluarga dan pengacaranya bahwa dia ditipu oleh sesama warga Filipina – saudara perempuan baptisnya, orang Filipina yang sama yang membawanya ke Kuala Lumpur – untuk membawa sebuah koper berisi narkoba yang tampaknya disembunyikan bersamanya ke Yogyakarta. Dia bersikeras dia bahkan tidak tahu ada obat-obatan yang disembunyikan di lapisan koper. (MEMBACA: Kematian yang lambat bagi keluarga Filipina di dunia bawah tanah Indonesia)
“Dia tanpa sadar dieksploitasi oleh seseorang yang telah dia percayai sepenuhnya ketika orang tersebut memintanya untuk membawa koper berisi obat-obatan terlarang,” kata Binay.
Namun, Veloso tidak dapat membela diri dengan baik pada persidangan pertamanya karena pengadilan hanya menyediakan seorang siswa untuk menerjemahkan proses hukum dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris. Veloso, yang baru berhasil melewati tahun pertama sekolah menengah atas, hampir tidak bisa berbahasa Inggris.
Binay juga menulis surat kepada Jokowi awal bulan ini untuk “menyampaikan kepada (Widodo) harapan dan doa (Filipina) bahwa Mahkamah Agung Indonesia akan dengan baik hati dan penuh kasih memperhatikan keadaan seputar kasus (Veloso).”
Selama kunjungan kenegaraan Jokowi ke Filipina pada tanggal 9 Februari, Presiden Benigno Aquino III mengangkat kasus Veloso, menurut sumber pemerintah yang hadir pada pertemuan tersebut. Namun Jokowi mengeluarkan selimut penolakan seluruh permohonan grasi dari narapidana narkoba yang divonis hukuman matimengutip krisis narkoba di Indonesia, meskipun tekanan internasional semakin meningkat dan menyerukan agar Indonesia mempertimbangkan setiap kasus berdasarkan manfaatnya masing-masing.
Kepala pengacara Veloso di Indonesia, Agus Salim, mengatakan kepada Rappler bahwa mereka akan melakukannya membahas kemungkinan langkah selanjutnya setelah mereka menerima salinan keputusan Mahkamah Agung.
“Harus dicek dulu apakah penolakan itu berdasarkan alasan administratif atau substantif,” ujarnya. – Rappler.com
Cerita terkait