Hargai jiwa kebesaran Jokowi dan Prabowo
- keren989
- 0
Pertemuan ini setidaknya bisa menghilangkan dahaga masyarakat, meski hanya sementara, yang mulai kehilangan harapan terhadap arah politik bangsa ini.
Saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Dua tokoh politik paling terkemuka di negeri ini akhirnya bertemu, setelah keduanya melalui pertarungan politik paling fenomenal yang pernah disaksikan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.
Pertemuan ini otomatis menghilangkan keraguan banyak pihak yang mempertanyakan kenegarawanan keduanya.
Pada Jumat pagi (17/10), Presiden terpilih Joko “Jokowi” Widodo datang mengunjungi rumah orang tua Prabowo Subianto di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Didampingi Rini Soemarno, Ketua Tim Transisi dan Andi Widjajanto, Wakil Tim Transisi, kunjungan Jokowi mungkin singkat – tak lebih dari 30 menit – namun memiliki arti yang sangat penting bagi bangsa ini, bagi masyarakat luas, dan bagi masyarakat. Perjalanan demokrasi Indonesia.
Sejarah akan mencatat, baik Jokowi maupun Prabowo membuktikan kepada dunia luas bahwa politik hanyalah arena perjuangan yang tidak harus selalu mengandung persaingan dan kebencian, bahwa keutuhan bangsa dan negara, serta nilai-nilai luhur Pancasila, harus dijunjung tinggi. adalah hal yang paling penting.
Semua pasti sepakat bahwa butuh jiwa besar bagi Jokowi untuk mau mendatangi kediaman Prabowo yang notabene lawan politiknya yang berhasil dikalahkan pada kampanye Pilpres tahun ini.
Sebagai presiden terpilih yang pelantikannya tinggal beberapa jam lagi, tidak ada kewajiban bagi Jokowi untuk mengunjungi Prabowo. Namun karena semangatnya untuk menciptakan kondisi politik Indonesia yang baru, Jokowi memutuskan untuk melawan ego pribadinya.
Melalui pertemuan singkat tersebut, Jokowi berhasil menjaga konsistensinya sebagai pemimpin yang rendah hati dan menghormati tokoh-tokoh senior bangsa. Kemampuannya memposisikan diri seperti itulah yang membuat nama Jokowi tampil tinggi di kancah politik nasional.
Ini bukan pertama kalinya Jokowi melakukan hal seperti itu. Masih segar dalam ingatan kita bagaimana Jokowi yang saat itu sudah menjadi Gubernur DKI Jakarta, pada pelantikan Wali Kota Solo yang baru, mencium tangan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, tipikal orang Jawa. . isyarat untuk menghormati orang yang lebih tua. Kejadian ini menarik karena sebelumnya Jokowi pernah mengalami hubungan kurang harmonis dengan Bibit saat masih menjabat Wali Kota Solo.
Perilaku serupa kembali ditunjukkan Jokowi saat membungkukkan badan untuk membalas rasa hormat yang diberikan Prabowo, tepat di hari ulang tahun Prabowo yang ke-63. Tampaknya bukan suatu kebetulan jika keduanya bertemu di hari ulang tahun Prabowo.
Di mata para pengkritiknya, diplomasi politik yang dilakukan Jokowi hanya bisa dilihat sebagai strategi licik untuk meraih simpati masyarakat, sebuah tindakan palsu demi popularitas. Namun, di mata masyarakat awam, pendekatan politik seperti itu merupakan oase di tengah hiruk pikuk situasi politik nasional yang dipenuhi politisi busuk. Benar atau tidaknya niat Jokowi, biarlah Tuhan yang menilai.
Namun, Prabowo pun tak kalah hebatnya. Kita juga patut memberikan pujian kepada Prabowo setelah ia mengalami kekalahan politik yang begitu menyakitkan.
Bukan rahasia lagi bahwa menjadi presiden telah menjadi cita-cita Prabowo selama bertahun-tahun. Sehingga ketika ia akhirnya harus menerima kenyataan bahwa nasib tidak memberikan apa yang diimpikannya, banyak pihak yang memperkirakan karir politik Prabowo sudah berakhir.
Melalui pertemuan singkatnya dengan Jokowi, Prabowo menunjukkan bahwa karir politiknya belum berakhir, bahkan bisa jadi posisinya dalam menentukan arah bangsa akan semakin strategis dan penting di masa depan. Ia juga mampu menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang negarawan sejati, yang mendahulukan kepentingan rakyat di atas ambisi pribadi atau kelompok. Kita semua bisa sepakat bahwa mereka yang kalah tentu mempunyai beban yang jauh lebih berat dibandingkan mereka yang menang.
Penghormatan ala militer yang diberikan Prabowo kepada Jokowi menjadi bukti bahwa ia tidak selalu merupakan purnawirawan jenderal yang memiliki sifat temperamental. Bahasa tubuh yang dilakukan oleh Prabowo, yang dilakukannya pada Pilpres lalu saat melawan Megawati Sukarnoputri, secara implisit menyampaikan pesan bahwa ia menghormati dan mengakui Jokowi sebagai Presiden Indonesia, membantah tudingan banyak pihak yang selalu mengatakan bahwa Prabowo tidak bisa menerima kekalahannya.
Politik bersifat dinamis dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keinginan masyarakat. Mungkin masih terlalu dini untuk menilai pertemuan Jokowi dan Prabowo merupakan akhir dari pertarungan politik keduanya dengan partai politik pengusungnya. Namun momen ini setidaknya bisa menghilangkan dahaga masyarakat, meski hanya sementara, yang mulai kehilangan harapan terhadap arah politik bangsa ini, di mana para politisi kita seolah hanya menjadikan politik sebagai media untuk memperkaya diri.
Momen istimewa yang melibatkan dua tokoh politik yang berselisih ini semakin istimewa karena perhatian publik selama sepuluh tahun tertuju pada rivalitas tak berujung antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Sukarnoputri yang keduanya belum saling memaafkan. .
Pidato-pidato parau yang kita dengar di masa kampanye, perdebatan sengit yang kita lihat di layar televisi, atau perayaan gembira atas kemenangan Jokowi yang dilakukan para relawan bukanlah momen paling suci bagi demokrasi bangsa tahun ini.
Momen paling sakral terjadi pada Jumat lalu, ketika dua anak terbaik negeri ini bertemu dalam suasana sederhana dan saling memberi penghormatan. Prabowo dengan cepat memberi hormat militernya, sementara Jokowi membungkuk perlahan.
Momen ini akan menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi bangsa ini, khususnya bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa di masa depan. Apapun alasannya, persaingan politik tidak boleh merusak keutuhan dan persatuan bangsa.
Saya yakin pertemuan ini akan dikenang dalam sejarah sebagai contoh, dan akan dibahas di ruang kelas dan di berbagai forum diskusi selama puluhan bahkan ratusan tahun ke depan. —Rappler.com
Tasa Nugraza Barley adalah konsultan komunikasi yang pernah menjadi jurnalis di sebuah surat kabar berbahasa Inggris di Jakarta selama dua tahun. Dia suka membaca buku dan bertualang, dan dia sangat menikmati rasa kopi yang diseduh. Ikuti Twitter-nya @garsbanget