Gubernur di seluruh Indonesia gugup dan percaya diri pada Jokowi
- keren989
- 0
Bertemu 34 Gubernur, Presiden Joko “Jokowi” Widodo bak bertemu rekan kerja. Suasana itulah yang dirasakan saat kepala daerah yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) bertemu Presiden di Istana Bogor, Senin (24/11). Jokowi menjadi anggota asosiasi ini hingga dua bulan lalu, saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Selain berfoto bersama sambil duduk santai di tangga Istana, suasana diskusi juga berbeda dibandingkan era presiden sebelumnya. Pembahasan dua arah kali ini relatif berimbang.
Jokowi memberi kesempatan kepada setiap gubernur untuk menyampaikan aspirasi daerah secara singkat. Sesi “kepercayaan” kepada gubernur berlangsung sekitar 3-4 menit. Dampaknya, antara lain, gubernur berharap ada kewenangan yang lebih besar dalam mengelola daerah tingkat kedua. Hingga saat ini, dengan berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemerintahan daerah berada pada tingkat kedua yaitu kabupaten dan kota. Jika gubernur tidak mempunyai kewenangan, maka bupati dan walikota biasanya beralih ke pemerintah pusat dan mengabaikan gubernur. “Padahal gubernur adalah pejabat yang berhubungan langsung dengan presiden dan menteri dalam negeri,” kata Syahrul Limpo, Gubernur Sulawesi Selatan yang juga menjabat sebagai Ketua APPSI.
Gubernur juga angkat bicara soal pengungkapan kasus dugaan korupsi. Gubernur berharap tidak ada paparan kasus yang mendahului pemeriksaan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) atau BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan), kata Syahrul lagi. “Kita sudah kehilangan legitimasi kewenangan pemerintahan, padahal hal itu belum tentu menjadi masalah,” lanjutnya.
Presiden Jokowi meresponsnya dengan berjanji akan berkoordinasi dengan Kapolri dan Jaksa Agung. “Setiap pemeriksaan kepala daerah harus diperiksa oleh BPK, BPKP dan APIP (Aparat Pengawasan Internal Pemerintah). Tahapan-tahapan itu harus kita lalui, jangan sampai kita sebut sedikit demi sedikit, kata Jokowi. Hal ini tidak berlaku pada kasus penangkapan yang biasa dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Blusukan tanpa koordinasi
Soal kebiasaan menteri kabinet kerja yang “blusukan” tanpa memberi tahu kepala daerah juga turut dibahas. Ketua APPSI mewakili rekan-rekannya berharap Menteri berkoordinasi sebelum berangkat ke kabupaten tersebut. “Kalau semua langsung turun, nanti Pak Gubernur bingung mau berbuat apa, takut ketinggalan kereta,” keluh Syahrul. Sebagai Ketua Umum APPSI, ia mendapat ruang bicara yang cukup luas. Rupanya sebelum pertemuan dengan Presiden, ada aspirasi yang dikoordinasikan untuk menjadi isu bersama.
Saya menganggap ketidakpastian para gubernur merupakan fenomena yang sudah berlangsung lama. Ingat pembahasan kontroversi revisi Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (UU Pilkada) yang digelar di Dewan Pers September lalu. Dhaniel Dhakidaer, Pemimpin Redaksi Majalah Prisma yang juga pakar politik, mengatakan jika ada pengujian undang-undang pilkada, sebaiknya pilgub dilakukan secara tidak langsung. “Konstitusi kita mengatakan gubernur adalah perpanjangan tangan pemerintah pusat atau presiden,” kata Dhaniel. Hal ini juga sesuai dengan semangat UU Otonomi Daerah.
Persoalan pengaduan blusukan tanpa koordinasi merupakan salah satu bentuk ketidakpastian. Menurut saya, inti dari “blusukan” adalah pemeriksaan mendadak yang hanya boleh dikomunikasikan kepada segelintir orang saja, sehingga petugas yang memeriksa tidak mendapatkan informasi yang sebenarnya di lapangan. Blusukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu akan diakhiri dengan upacara.
Bukankah itu yang selama ini kita kritik? Taman kota yang baru ditanam sehari sebelum kunjungan presiden, warung-warung yang lantainya baru ditutup semen karena ingin dikunjungi presiden, pasar yang baru dibersihkan karena akan menerima kedatangan presiden, pedagang kaki lima dan preman yang sudah ada. disuruh untuk sementara waktu menyingkir dari kunjungan para pengelola pasar, terminal dan pelabuhan, pada saat kunjungan presiden. Juga kunjungan menteri.
Saya menulis ini dari Banda Aceh. Mengingat percakapan Wali Kota Banda Aceh, Illiza Saadudin Djamal yang mengaku kerap menggerebek restoran atau tempat hiburan di hotel-hotel yang tampak menyediakan pemutaran film khusus dewasa. “Dari luar kaca jendela yang ditampilkan adalah acara olah raga. “Masuk, mereka memutar film dewasa,” kata Illiza.
Setiap kali dia melakukan pemeriksaan, dia memilih untuk tidak memberi tahu media. “Saya khawatir dengan kebocoran,” katanya. Apakah ini sebanding dengan gaya pemeriksaan pejabat pusat dan daerah yang diberitakan media?
Blusukan sendiri adalah merek Presiden Jokowi sejak menjabat Wali Kota Solo. Tak terkecuali pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, saat berkunjung ke Jakarta bulan lalu, penasaran dengan pola komunikasi Jokowi. Zuckerberg diajak Jokowi mengunjungi pasar grosir Tanah Abang.
Menteri di era Soeharto yang terkenal dengan inspeksinya adalah Prof. JB Sumarlin yang sebelumnya menjabat Menteri Keuangan dan sebelumnya Menteri Penertiban Aparatur Negara. Saat menjabat MenPAN dan Ketua Bappenas era Kabinet Pembangunan II, Sumarlin pernah bertugas dengan menyamar sebagai “Pak Sidik” untuk mengungkap praktik pungutan liar di sebuah instansi pemerintah. Tidak ada yang mengenali penyamaran Sumarlin. Mereka yang mengetahui rencana tersebut sangat terbatas.
Sumarlin juga bukan tipe pejabat yang suka diliput media. Jadi, dia bebas melakukannya “pemeriksaan yang tepat”. Bagi Sumarlin, tidak penting apakah hal itu diliput media. Yang penting adalah hasilnya. Dari pemeriksaan tersebut, dibentuklah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai badan pengawasan internal pemerintah.
Setelah menjadi presiden, tidak mudah bagi Presiden Jokowi untuk melakukan kunjungan yang tidak direncanakan. Hari ini hingga lusa dia akan mengunjungi Lampung, Bengkulu, bahkan Riau. Di media massa terdapat jadwal dan tujuan acara di masing-masing daerah. Sebuah hotel di Bengkulu bahkan telah mengosongkan 40 dari 80 kamar yang dimilikinya untuk berjaga-jaga jika dibutuhkan untuk rombongan presiden. Faktor protokol dan keamanan membuat pemeriksaan yang tidak direncanakan menjadi lebih sulit bagi seorang presiden. Tapi, bukan berarti Anda tidak bisa.
Potong anggaran departemen
Kembali ke pertemuan Jokowi dengan gubernur, yang juga perlu diperhatikan, pesan Jokowi adalah memotong anggaran pelayanan hampir 50 persen menjadi sekitar Rp25 triliun. Kurangi perjalanan bisnis.
Sebagai mantan kepala daerah, Wali Kota Solo, Jokowi tentu paham bahwa salah satu hal yang membuat kepala daerah semakin banyak berkeliaran di Jakarta adalah rekrutmen anggaran dari pusat untuk daerahnya. Jika Jokowi bisa memangkas birokrasi, apalagi praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam proses pencairan anggaran dari pusat, kepala daerah tentu tak punya alasan kuat untuk rutin datang ke Jakarta. Melampaui hobi studi banding yang sudah menjadi penyakit kronis para pejabat dan politisi.
Dalam pertemuan kemarin, Jokowi juga merevisi rencana pembangunan bendungan dari 30 menjadi 49. Hal ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan daerah. Sumber anggarannya masih dari APBN 2015-2019. Jokowi meminta gubernur kembali ke daerah dan menghitung ulang kebutuhan pembangunan infrastruktur di masing-masing daerah.
Sinkronisasi dengan rencana pemerintah pusat akan dilakukan dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan. Misalnya, Gubernur Papua meminta agar wilayahnya menjadi pusat pengembangan industri. Jokowi meminta Papua menyiapkan lahan seluas 2.000 hektar untuk kawasan industri.
Pola komunikasi egaliter yang ditunjukkan Jokowi membawa angin segar. Bandingkan hal ini dengan pola pidato panjang lebar yang sering ditunjukkan oleh para pemimpin di masa lalu. Presiden sebelum Jokowi adalah tokoh dari “pusat”, dalam berbagai format.
Balon harapan menggantung di kepala Presiden Jokowi. Kita tidak ingin balon harapan meledak karena banyak janji yang tidak terealisasi. Saya kira itu juga pesan pertemuan Jokowi dengan Gubernur. Dua arah. —Rappler.com
Uni Lubis, mantan Pemimpin Redaksi ANTV, menulis blog tentang 100 hari pemerintahan Jokowi. Ikuti Twitter-nya @unilubis dan membaca blog pribadinya unilubis.com.