Saatnya menyelamatkan Sungai Citarum
- keren989
- 0
BANDUNG, Indonesia – Gelar Citarum sebagai sungai terkotor di dunia sepertinya patut dijunjung tinggi. Pasalnya, sungai yang panjangnya 280 kilometer itu ternyata menampung sekitar 100 ton kotoran manusia setiap harinya.
“Dihitung rata-rata 4 kilogram feses per orang per hari, kalau dijumlahkan sesuai jumlah warga yang tidak punya (fasilitas) cuci toilet (MCK), totalnya bisa mencapai 100 ton feses. ” dikatakan. Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar saat memperingati Hari Air Sedunia di Cikapundung Promenade Babakan Siliwangi Bandung, Minggu 22 Maret 2015.
Limbahnya hanya satu, yaitu feses, ternyata Citarum banyak membuang limbahnya ke dalam perutnya. Sungai terpanjang dan terbesar di provinsi ini Jawa barat Ia menerima aliran limbah yang telah diolah dari sekitar 500 pabrik yang beroperasi di tepiannya.
Diketahui, 71 pabrik mencemari Sungai Citarum dari kilometer 0 hingga 20 karena tidak melakukan pengolahan limbah sekalipun.
Awal tahun lalu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengumpulkan pabrik-pabrik tersebut dan memberikan ultimatum untuk melakukan perbaikan, menekankan bahwa mereka akan mengambil tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas pencemaran sungai.
“Tidak ada lagi toleransi. 71 industri dan lainnya yang tidak tercatat harus segera mengoperasikan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang memenuhi standar. Kalau tidak, polisi akan membawanya ke pengadilan, kata Heryawan awal tahun lalu.
Selamatkan Sungai Citarum
Untuk memastikan penegakan hukum terhadap industri yang mencemari Sungai Citarum konsisten, Heryawan mengatakan, Pemprov akan membuat kesepakatan khusus dengan Polda Jabar.
Menurutnya, berbagai upaya yang dilakukan selama ini belum maksimal untuk mengurangi tingkat kerusakan lingkungan di daerah aliran sungai (DAS) Sungai Citarum. Limbah industri, perikanan, dan domestik terus memenuhi DAS.
Pada pertengahan tahun 2014, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencanangkan Gerakan Citarum Bestari (Bersih, Sehat, Lestari dan Indah).
“Pengelolaan DAS Citarum mulai tahun 2014 akan dilakukan secara terpadu. Program dari berbagai instansi, mulai dari pusat hingga kabupaten/kota, serta lembaga swasta dan masyarakat akan digabungkan. “Sekarang akan langsung dikoordinasikan oleh pemerintah provinsi,” jelas Gubernur.
Penyelamatan DAS Citarum, kata Heryawan, akan dilakukan dari hulu yang terbagi dalam lima segmen. Targetnya dari kilometer 0 hingga kilometer 77. Penanganan terpadu 20 kilometer pertama pada tahun 2014 kemudian dilakukan secara bertahap hingga 77 km diharapkan selesai pada tahun 2018.
Oleh karena itu, kami fokus pada bagian paling krusial sepanjang 77 kilometer, dari titik nol hingga kilometer 77, yakni sampai ke Waduk Saguling, kata Heryawan.
Heryawan menjelaskan, langkah terpadu tersebut antara lain penanganan lahan kritis, perubahan penggunaan lahan, pencemaran sampah, permasalahan sosial ekonomi warga sekitar, serta perbaikan titik sumber air.
Yang bisa menyelamatkan Citarum hanyalah warganya
Sementara itu, Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat Anang Sudarna mengungkapkan strategi perbaikan DAS Citarum, yakni dengan meningkatkan kapasitas kelembagaan dan partisipasi masyarakat ramah lingkungan.
“Hal ini didukung dengan fasilitasi dan pendampingan Eco-Village, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dengan pemberian pembinaan dan pemantauan industri serta program Dekonsentrasi dan binwasdal (pembinaan, pengawasan dan pengendalian),” jelas Anang.
Penegakan hukum yang konsisten dengan memantau dan menyelesaikan kasus pencemaran/kerusakan lingkungan hidup di Jabar juga menjadi salah satu strateginya, tambahnya.
Selain Citarum, sungai-sungai lain di Jabar juga sangat tercemar. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat mencatat baku mutu air sungai yang masuk kategori D sangat buruk dan kritis.
“Standar kualitas air sangat memprihatinkan, kami menyikapinya dengan melakukan verifikasi dan identifikasi sumber air,” kata Andri Heryanto, Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Dinas PSDA Jabar, Kamis 19 Maret 2015.
Andri menjelaskan, banyak hal yang menyebabkan baku mutu air sungai di Jabar sangat buruk, salah satunya adalah masalah pencemaran.
“Banyak industri dan rumah tangga yang membuang limbahnya ke sungai sehingga merusak baku mutu air sungai,” ujarnya.
Pencemaran sungai di Jabar, lanjut Andri, terjadi di sekitar kawasan industri seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, dan Bekasi. Ia mengaku sudah beberapa kali melakukan upaya untuk mengatasi rusaknya baku mutu air sungai di Jabar. Namun itu bukanlah hal yang mudah.
“Upayanya tidak semudah membalikkan tangan, bagaimana airnya bisa bersih dan normal kembali, dulu mandinya enak, sekarang mandi di sungai sudah tidak bisa diterima lagi,” ujarnya.
Ia menekankan perlunya kerja keras dan keterlibatan semua pihak, khususnya pelaku industri, untuk meningkatkan kualitas air sungai di Jabar.
“Sampai saat ini banyak industri yang membuang limbah pabrik ke sungai tanpa diolah dengan bantuan IPAL sehingga mencemari lingkungan dan air sungai,” ujarnya.
Di Citarum, penduduknya menyatakan
Sementara program penyelamatan Citarum belum rampung, warga tampak tak peduli dengan kondisi sungai yang dilabeli sampah itu. Wagub Deddy mengungkapkan, masyarakat justru mencemari dirinya dengan mandi di sungai.
“Ada yang pernah berendam di Sungai Citarum dan mandi dengan kotoran sebanyak 100 ton. Sehat TIDAK? “Kami pulang dan menggaruk,” katanya.
Lantas, adakah saran bagi pemerintah dan warga Jabar agar Citarum bisa kita selamatkan bersama? —Rappler.com