Agung Laksono memenangi kompetisi internal Golkar
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia akhirnya mengakui kepemimpinan Agung Laksono di Partai Golkar. Kubu Aburizal Bakrie tak tinggal diam.
JAKARTA, Indonesia – Persaingan dua kubu di tubuh Partai Golkar akhirnya mencapai titik akhir dengan pengakuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly kepada kubu Agung Laksono sebagai ketua partai yang sah.
“Setelah mempelajari dan mendalami putusan Mahkamah Partai, kami memutuskan sebagaimana Mahkamah Partai memerintahkan untuk secara selektif mengabulkan hasil Munas Ancol di bawah kepengurusan Agung Laksono kepada DPP (Dewan Pimpinan Pusat) Partai Golkar, selektif sekali, belum sepenuhnya,” kata Yasonna dalam konferensi pers di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), Selasa, 10 Maret.
Menurut Yasonna, keputusan itu berdasarkan pasal 32 ayat 5 UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik dimana permasalahan internal partai harus diselesaikan oleh pengadilan partai dan hasilnya bersifat final dan mengikat.
Yasonna sebelumnya sempat menolak mengambil keputusan terkait kisruh internal kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung. Dia menegaskan, semua permasalahan internal harus diselesaikan secara internal tanpa campur tangan pemerintah.
(BACA: Ketertarikan Jokowi pada Konflik Golkar)
Pengadilan Partai akhirnya mengambil keputusan dan mengukuhkan Kongres Jakarta dan kubu Agung sebagai pimpinan partai pada 3 Maret. Kongres Bali yang digelar sebelumnya dan mengangkat kembali Aburizal Bakrie sebagai ketua umum dinilai tidak transparan, tidak demokratis, dan tidak menampung aspirasi anggota partai.
Diakui Yasonna, bukan hal mudah untuk akhirnya mengambil keputusan dan memihak kubu Agung Laksono.
“Bagi saya itu bukan masalah yang mudah karena keduanya adalah teman baik saya, baik Pak Aburizal, Pak Azis Syamsuddin, Pak Bambang Susatyo, Pak Idrus Marham. Ada Pak Agung dan Pak Priyo. Bagi saya itu Ini adalah keputusan yang sangat sulit. Saya sangat tidak menikmati keputusan ini. Tapi saya sebagai Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia harus mengambil keputusan,” tambah Yasonna.
Dalam jumpa pers di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Pusat, Agung Laksono menyambut baik pengakuan Yasonna terhadap kepengurusan kubunya.
Kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya karena telah mengesahkan kepengurusan DPP Partai Golkar sesuai dengan putusan Mahkamah Partai, kata Agung, seperti dikutip dari Antara. Kompas.com.
Pada 4 Maret, Agung mengirimkan daftar pengurus eks partai ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, namun Yasonna meminta Agung mengirimkan satu lagi susunan kepengurusan baru yang menampung kader kedua partai, lengkap dengan akta notaris.
Kami meminta kepengurusan Golkar di bawah Agung Laksono segera mengirimkan nama-nama untuk menampung seluruh kader Golkar yang memenuhi kriteria, kata Yasonna, dikutip dari Laju.
Sementara kubu Bakrie sedang mempersiapkan gugatan yang akan diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Kata Bendahara Golkar versi Kongres Bali, Bambang Soesatyo Laju Selasa sore itu kubunya akan menggugat Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia jika surat keputusan pengesahan kepengurusan kubu Agung Laksono akhirnya keluar.
“Jika Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengeluarkan keputusan pengesahan DPP Golkar yang diusulkan Agung dalam waktu dekat, Aburizal akan mengajukan gugatan ke PTUN Jakarta meminta keputusan tersebut dibatalkan,” kata Bambang.
Tinggalkan Koalisi Merah Putih
Golkar yang dipimpin Aburizal Bakrie bergabung dengan Koalisi Merah Putih (KMP), partai pendukung mantan calon presiden Prabowo Subianto pada Pilpres 2014.
Pasca keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang menyatakan Agung Laksono sebagai ketua umum Partai Beringin, Golkar memutuskan keluar dari KMP. “Kami nyatakan keluar dari Koalisi Merah Putih,” kata Agung, seperti dikutip Tempo.co.
Oleh karena itu, Partai Golkar, lanjut Agung, akan mendukung pemerintahan Presiden Jokowi, meski tidak otomatis bergabung dengan Koalisi Indonesia Raya, kumpulan partai pendukung Jokowi pada pemilu lalu.
“Jangan bergabung dengan koalisi. “Kami hanya ingin menciptakan iklim politik yang kondusif dengan bergabung bersama pemerintah,” kata Agung. —Rappler.com