Apakah kita akan bosan dengan hukuman ‘nyeleneh’ Ridwan Kamil?
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia — Tidak hanya kreatif untuk melakukan perubahan Dalam pemerintahan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil juga memiliki cara-cara kreatif untuk menertibkan masyarakat.
Media sosial dihebohkan dengan foto yang diunggah Ridwan Kamil, Rabu, 22 Juli. Dalam foto tersebut, Kang Emil, begitu ia biasa disapa, menghukum seorang pelanggar lalu lintas.
Ia juga menyebutkan bahwa tingkat pendidikan seseorang belum tentu mencerminkan perilaku yang baik. Padahal, menurut Ridwan, pelanggar lalu lintas yang dihukum merupakan sarjana ekonomi dari universitas ternama di Kota Kembang itu.
//
Aksi ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat yang sudah lelah dengan maraknya perilaku serupa di jalanan.
“Sangat cemburu hanya, saya tinggal di Jakarta sangat berbeda. Anda beruntung masyarakat Bandung punya pemimpin seperti dia. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melindunginya,” tulis seorang pengguna Facebook bernama Reza Vai.
Ini bukan kali pertama Ridwan Kamil melakukan aksi ‘nyeleneh’ untuk menghukum para pelanggar aturan. Berikut beberapa kejadian yang lalu :
1. Push-up untuk Pria Perak
Bagi yang rutin berkunjung ke Bandung, pasti sudah tidak asing lagi dengan keberadaan Manusia Perak. Tidak, bukan Spanduk Manusia Milenium. Mereka adalah pengemis yang sering di lampu merah. Meski dilarang, mereka masih sering muncul dan mengemis dari pengendara yang melintas.
Kesal dengan mereka, Ridwan menghukum tiga Pria Perak yang menginap di Cihampelas pada malam 17 Agustus 2014, dengan push-up 50 kal.
“Mereka suka memaksa, kalau tidak diberikan ya diderek mobilnya,” ujarnya Ridwan pada media Keesokan harinya.
Setelah dihukum, mereka direkrut menjadi petugas kebersihan jalan pemerintah kota Bandung agar tidak kembali mengemis.
2. Mengembalikan suara knalpot mobil kepada pemiliknya
Pada September 2014, Polres Bandung mengamankan 724 knalpot bising selama satu minggu. Untuk menggunakan sepeda motor, pemilik harus membawa knalpot asli dan memasangnya.
Ridwan yang saat itu menyaksikan penyitaan tersebut memutuskan untuk memberi pelajaran kepada para pelaku. Dia menyalakan mesin sepeda motor yang disita dan menyuruh pemiliknya untuk mendengarkan dengan seksama suara tersebut.
“Bagaimana kamu nyaman atau tidak?” tanya Ridwan kepada seorang pemilik sepeda motor, seperti dikutip media. Mereka yang ditanya hanya bisa tersenyum malu-malu.
3. Selfie mengarah ke push-up di depan umum
Fadilah Simeray (23) hanya ingin mengambil selfie keren Ia lantas bergaya sambil berdiri di bangku taman di Jalan Asia Afrika.
Siapa sangka tindakannya itu akan memicu kemarahan walikota yang telah bersusah payah mempersiapkan daerahnya untuk KTT Asia Afrika?
Foto Fadilah tersebar di media sosial hingga sampai ke meja Ridwan.
“Kemudian foto itu menyebar dan ramai di media sosial. Padahal, di media massa banyak diberitakan termasuk fasilitas yang merugikan,” kata Ridwan media1 April tahun lalu.
Kusnadi, fotografer lainnya, juga melakukan hal yang sama saat hendak memotret.
Keduanya kemudian meminta maaf kepada Ridwan melalui media sosial. Namun, mereka tidak pergi tanpa pelajaran. Mereka mendapat penalti 60 push-up.
Di akun Instagramnya, Fadilah juga terlihat membersihkan kota Bandung sebagai bentuk bakti sosial karena selfie yang diambilnya.
Jabatan publik dan ‘aksi publik’
Jika dicermati, Ridwan bukanlah satu-satunya PNS yang melakukan hal tak biasa tersebut.
Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri pernah melompati pagar untuk memaksa dirinya masuk ke tempat penampungan TKI. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi juga mencoba masuk ke dalam rumah untuk menemui orang tua angkat korban pembunuhan Angeline yang sebenarnya tidak masalah terkait kapasitasnya.
Ada yang senang, tapi tak sedikit pula yang mencemooh. Ketika Joko “Jokowi” Widodo populer dengan blusukannya, banyak yang mengatakan itu hanya pencitraan. Hanif, Yuddy bahkan Ridwan mendapatkan hal yang sama.
(BACA: Masih Jualan Kecap Nomer Satu, Jok?)
Lalu pertanyaannya: apakah masyarakat Indonesia tidak malu dengan gestur seperti itu?
“Jadi ada dua sudut pandang untuk melihat manuver kepemimpinan seperti ini. Ada yang bilang itu hanya pencitraan yang dibesar-besarkan dan tidak penting, cari variasi pemberitaan saja. Tapi di sisi lain, itu menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya dinilai dari sisi kebijakan, ada contoh, keteladanan dan kontrol langsung,” ujar pengamat politik Charta Politika, Yunarto Wijaya.
“Implikasinya bisa berupa perubahan mentalitas masyarakat yang melihat pemimpinnya memberi contoh langsung, yang tidak jauh. Jadi, bagi saya, trik pemasaran Dan efek wah seperti ini masih diperlukan untuk mengubah masyarakat,” ujarnya.
Namun, Yunarto melihat gestur seperti itu tidak bisa berlaku untuk semua pejabat publik. Semuanya kembali pada karakter masing-masing individu.
“(Apa yang dilakukan Ridwan Kamil) berkorelasi dengan gaya kepemimpinannya dari bawah ke atas, yang memberdayakan masyarakat. Ia juga bukan seorang birokrat, dan ini sesuai dengan karakternya sebelum menjadi walikota. Jadi saya lihat masih positif dan tidak berlebihan,” ujarnya.
Yunarto pun membandingkan gaya kepemimpinan Ridwan dengan gaya kepemimpinan Presiden Jokowi saat menjadi kepala daerah, dan Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama.
“Seperti Jokowi, sampai kita tidak bisa menghentikannya untuk menggertak dan mengontrol langsung, karena sisi kuatnya langsung ke lapangan. Jokowi, Ahok, Ridwan Kamil, punya ciri khas masing-masing. Kalau Ahok marah, itu gayanya,” kata Yunarto.
“Tapi saya yakin publik bisa membedakan mana yang syok, mana yang sensasional, dan mana gaya yang seperti itu,” katanya. —Rappler.com