BPJS Kesehatan mempunyai banyak kekurangan namun banyak pula kelebihannya
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap anggapan MUI yang sebaiknya melarang BPJS Kesehatan?
JAKARTA, Indonesia – Sejumlah masyarakat berbagi cerita tentang pengalamannya menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Meski mengakui masih banyak kekurangan dalam implementasinya, namun mereka sepakat kehadiran BPJS Kesehatan membawa manfaat bagi masyarakat.
(BACA: BPJS Kesehatan Dilarang, MUI Dianggap Konsisten)
Ini adalah kisah mereka.
Fajrin Rasyid (aktor pemula)
Pengalaman saya dengan BPJS Kesehatan secara umum bagus karena itucakupan banyak diantaranya, termasuk yang terbesar untuk operasi ayah saya. Biaya normalnya harusnya ratusan juta rupiah, tapi sekarang menjadi nihil. Keluarga kami hanya perlu mengeluarkan biaya di luar biaya operasional seperti akomodasi.
Terdapat kekurangan dalam penyelenggaraan BPJS Kesehatan namun masih dalam tahap normal seperti proses antrian dan menunggu yang cukup lama dibandingkan saat pembayaran.
Hari Nugroho (dokter di Badan Narkotika Nasional/BNN)
Saya menggunakan BPJS Kesehatan untuk ayah saya. Sakitnya kencing manis tapi juga menjalar ke hal lain yaitu gangguan ginjal dan gangguan batu empedu. Karena parahnya, ayah saya dirujuk ke rumah sakit di kota lain.
Pelayanan peserta BPJS Kesehatan di rumah sakit rujukan mudah. Karena darurat, maka segera diterima dan ditindaklanjuti. Setelah itu saya melakukan administrasi. Mudah, tidak rumit. Jika tanpa-cakupan BPJS, saat itu biayanya bisa mencapai Rp 27 juta.
Kekurangan yang saya lihat berdasarkan pengalaman saya adalah dokter-dokter terkenal tidak mau pasien BPJS, berbeda dengan saat masih VRA. Namun kami tetap menggunakan BPJS. Bagi penderita penyakit kronis seperti ayah saya, tentu sangat bermanfaat.
Rika Rosvianti (akademisi dan ibu rumah tangga)
Sebenarnya pengalaman saya dengan BPJS Kesehatan kurang baik.
Saat itu, tak lama setelah ia mendaftar, dua bulan kemudian ia mengalami sakit mata sehingga ia datang ke klinik dekat rumahnya yang dirujuk oleh BPJS. Di klinik ternyata katanya uangnya belum sampai. Saat saya cek ke kantor, saya diberitahu dana sudah disetor.
Namun terlepas dari permasalahan yang ada, saya tetap menilai BPJS Kesehatan mempunyai manfaat, khususnya bagi masyarakat kelas bawah.
Tidak sesuai syariah
Belakangan ini muncul perdebatan mengenai skema jaminan sosial yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) meyakini ada unsur di dalamnya riba, gharar Dan Jagung.
MUI kemudian menjelaskan, saat ini masyarakat muslim di Tanah Air masih bisa menggunakan BPJS Kesehatan karena situasi tergolong darurat. Namun, menurut MUI, masa darurat ini jangan sampai berlangsung terlalu lama.
(BACA: MUI: Masyarakat Boleh Gunakan BPJS Karena Darurat)
Menanggapi hasil pertemuan sesama ulama MUI, pelaku rintisan Fajrin Rasyid menilai pandangan MUI bisa dijadikan pintu masuk bagi pemerintah untuk mulai merevisi rancangan BPJS Syariah.
“Menurut saya, hal ini bisa dijadikan masukan oleh pemerintah untuk memberikan pilihan kepada masyarakat mengenai BPJS Syariah. “Sama seperti memilih bank syariah,” kata Fajrin.
Sementara itu, Dokter BNN Hari Nugroho mengaku sebagai seorang muslim dirinya bisa memahami pandangan MUI. “Bagi saya jelas bahwa konsep asuransi tidak akan pernah ada syar’i “Dari sudut pandang kajian Islam sehingga saya bisa memahami apa yang ditawarkan MUI,” kata Hari.
Meski begitu, saya mendukung BPJS untuk memperbaiki sistemnya, ujarnya lagi.
Sementara itu, ibu rumah tangga Rika Rosvianti tidak setuju BPJS Kesehatan dianggap MUI sebagai unsur perjudian (Jagung), yang katanya terjadi adalah sistem subsidi silang.
“SSemangatnya memang subsidi silang, membantu yang sakit dari tabungan yang sehat. Wajar jika uang yang kita setorkan tidak ada bisa menikmatinya jika kita tidak melakukannya sakit,” kata Rika. —Rappler.com