• September 25, 2024
Cara Bertahan Hidup Setelah Keguguran: Cerita dari 3 Wanita

Cara Bertahan Hidup Setelah Keguguran: Cerita dari 3 Wanita

Kisah 3 wanita yang mengalami keguguran dan bagaimana mereka bisa bangkit kembali.

Menurut beberapa data statistik, sebanyak 1 dari 5 kehamilan berakhir dengan keguguran. Inilah sebabnya mengapa kehamilan merupakan momen yang membahagiakan sekaligus mencemaskan.

Mari kita dengar bagaimana tiga wanita yang pernah mengalami keguguran menghadapinya.

1. Memiliki perlindungan finansial

Rina (36) mengalami keguguran tanpa disadari hamil untuk kedua kalinya. Saat itu, anaknya masih berusia satu tahun dan masih memberikan ASI eksklusif sehingga ia tidak menyangka akan hamil lagi. Ia hanya mengira menstruasinya normal, namun terasa aneh karena kontraksi terjadi setiap beberapa menit.

Setelah diperiksa, Rina mengetahui dirinya sedang hamil 2 bulan dan melakukan aborsi tidak tuntas. Artinya, masih ada sisa jaringan di dalam rahim yang perlu diangkat.

“Kantung janin sudah pecah sehingga menyebar ke rahim dan perlu disembuhkan agar tidak terinfeksi atau menjadi sel abnormal; potensi tumor atau kanker,” kata Rina.

“Biayanya hampir sama dengan melahirkan, untung saja saat itu ditanggung oleh asuransi kesehatan kantor saya,” ujarnya.

Pasangan suami istri sebaiknya mulai menganggarkan kehamilan dan kelahiran segera setelah mereka memutuskan untuk memiliki anak, apalagi jika keduanya tidak ditanggung oleh asuransi perusahaan. Anggaran ini harus terpisah dari dana darurat yang sudah dimiliki keduanya.

Bagi Anda yang berniat memiliki asuransi kesehatan perorangan, ada baiknya memilih asuransi yang dilengkapi dengan perlindungan terhadap komplikasi selama kehamilan.

2. Jangan menyalahkan diri sendiri

Devina (26) mengaku sangat terguncang saat mengalami keguguran anak pertamanya yang telah dinantikannya selama 2,5 tahun. Saat itu janin berusia 3,5 bulan.

Devina bahkan tidak mau menonton TV dan enggan keluar rumah karena setiap melihat anak kecil atau ibu hamil, dia langsung sedih dan bisa menangis.

“Sekitar satu bulan bagi saya mati, terus menerus merasa bersalah karena tidak mampu mempertahankan kehamilan. Aku juga khawatir aku tidak akan mampu hamil lagi,” kata Devina.

Bagi wanita yang mengalami keguguran, perasaan sedih, marah, duka, bingung, dan lelah seringkali bercampur menjadi sesuatu yang dapat berujung pada depresi.

Menurut Devina, hal terpenting dalam proses pemulihan psikologis pasca keguguran adalah berhenti menyalahkan diri sendiri. Dalam hal ini suami dan orang tua Devina juga berperan sangat penting dengan selalu memberikan dukungan moril.

“Saya diingatkan bahwa siapa pun bisa mengalami keguguran. Mereka tidak menyalahkan saya, dan saya berhenti menyalahkan diri sendiri,” jelas sang ibu, yang kini memperkirakan putranya akan lahir dalam beberapa minggu ke depan.

3. Kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang positif

Ketika seorang wanita menghadapi keguguran, mereka perlu mengingat bahwa suaminya juga turut berduka atas kehilangan tersebut. Inilah saatnya untuk saling terbuka dan mendukung. Hindari orang-orang yang akan membuat Anda mengasihani diri sendiri.

Berbagi cerita dengan mereka yang pernah mengalami keguguran atau menemui konselor juga bisa membantu meringankan beban Anda.

4. Memulihkan kesehatan secara keseluruhan

Wiwiek (42) mengalami keguguran berulang kali dalam sepuluh tahun terakhir. Keguguran pertamanya dialaminya saat berusia 29 tahun dan sudah memiliki 2 orang putra. Saat hamil 2 bulan, ia mengalami flek, sehingga dokter memberikan obat kehamilannya selama sebulan. Namun flek tersebut semakin banyak dan akhirnya janin tidak dapat dipertahankan sehingga harus dilakukan kuretase.

Wiwiek mengalami keguguran kedua dan ketiga saat berusia 32 dan 34 tahun; keduanya terjadi saat kehamilan memasuki bulan ketiga.

Mengalami tiga kali keguguran tak membuat Wiwiek patah semangat. Di usianya yang ke-39, ia berhasil hamil kembali dan bertekad untuk merawat janin dalam kandungannya sebaik mungkin, antara lain berkomitmen untuk tidak berhubungan seks selama 5 bulan pertama kehamilannya, menggunakan alat kontrasepsi hingga 4 bulan, dan menghentikan semua aktivitas di luar pekerjaan – termasuk pertemuan sosial dan jalan-jalan. Usahanya tidak sia-sia karena ia dan suaminya dikaruniai anak ketiga yang kini berusia 3 tahun.

“Pemulihan setelah kuretase sama dengan setelah melahirkan, perlu istirahat total di rumah selama seminggu. “Harus ada masa nifas 40 hari, tidak boleh lelah atau mengangkat barang berat, bahkan tidak boleh hamil,” jelas Rina.

Siklus menstruasi biasanya akan kembali dalam waktu 4-6 minggu, namun Anda perlu memulihkan seluruh stamina dan kekuatan tubuh sebelum siap untuk hamil kembali – setidaknya 2-3 bulan. Oleh karena itu, sebaiknya gunakan kontrasepsi segera setelah keguguran. —Rappler.com

Tips di atas berasal dari Zaitun Langsungsebuah website yang membekali perempuan Indonesia dengan pengelolaan keuangan pribadi.

Togel Singapore Hari Ini