• October 5, 2024
Chelsea 1-2 Crystal Palace: Semakin banyak keraguan mempertahankan gelar

Chelsea 1-2 Crystal Palace: Semakin banyak keraguan mempertahankan gelar

JAKARTA, Indonesia – Sejak Premier League musim 2008-2009, belum ada klub Premier League yang mampu mempertahankan gelar juara. Semuanya selalu berakhir di musim berikutnya.

Pelatih terakhir yang mampu melakukan hal tersebut bisa dibilang hanya Sir Alex Ferguson ketika memimpin Manchester United sukses dalam tiga musim: 2006-2007, 2007-2008, dan 2008-2009.

Musim ini, “tradisi” kegagalan sang juara bertahan semakin mendekati kenyataan. Chelsea memulai kompetisi dengan tidak meyakinkan. Dari empat laga pertama mereka hanya mengumpulkan 4 poin dari satu hasil imbang, satu kemenangan dan sisanya kalah.

Terbaru, Chelsea dikalahkan 1-2 oleh Crystal Palace pada Sabtu 29 Agustus. Bahkan, mereka sedang memperingati laga kandang ke-100 Chelsea bersama Mourinho saat itu. Tak tanggung-tanggung, kekalahan memalukan itu terjadi tepat di hadapan suporternya di Stamford Bridge, kandang mereka.

Tujuannya hanyalah boneka Biru -julukan Chelsea- dicetak pada menit ke-79 oleh striker Radamel Falcao. Palace unggul terlebih dahulu melalui Bakary Sako pada menit ke-65, kemudian Joel Ward mencetak gol kemenangan sembilan menit menjelang pertandingan usai.

Hasil tersebut membuat Chelsea menjadi tim dengan performa pertahanan terburuk. Mereka menjadi tim yang paling banyak kebobolan (9 gol) setelah Sunderland (10 gol). Keadaan ini sangat kontras dengan prinsip dasar manajer Chelsea Jose Mourinho dalam mengelola tim: pertahanan yang kuat.

Padahal, saat menjuarai liga musim lalu, Chelsea menjadi tim dengan pertahanan terbaik. Mereka hanya kebobolan 32 gol. Dibandingkan dengan penerus Manchester City kebobolan hingga 38 kali.

Kali ini keadaannya justru berbalik. Duo Manchester, City dan United, bersatu lembar bersih alias nol kebobolan. City sebenarnya mengawali liga dengan sempurna. Klub asuhan Manuel Pellegrini itu memenangkan seluruh pertandingan dan mengoleksi 12 poin dengan tingkat produktivitas gol yang cukup tinggi, 10 gol dalam 4 pertandingan.

Pada hari yang sama ketika Chelsea kalah, City mengalahkan Watford 2-0 di kandang mereka, Stadion Etihad.

Meski demikian, Pellegrini enggan berpikir terlalu jauh soal perburuan gelar. Menurut dia awal buruk belum menggambarkan hasil akhir musim ini. Ia mencontohkan seperti apa timnya musim lalu roller coaster di awal kompetisi.

City turun ke peringkat 6 saat liga baru berjalan 5 pertandingan. Namun, pada Januari lalu Vincent Kompany dkk punya koleksi poin yang sama dengan Chelsea. Karena itu, Pellegrini tak mau terlalu memikirkan nasib Chelsea.

“Menciptakan jarak dari tim favorit memang penting, tapi ini baru permulaan musim. Kami hanya ingin berpikir dari satu pertandingan ke pertandingan berikutnya dan tidak memikirkan lawannya.” kata Pellegrini.

Akibat kurang antusiasnya bursa transfer

Mengapa belum ada klub Liga Inggris yang mampu mempertahankan gelar sejak musim 2008-2009? Kolumnis ESPN Miguel Delaney sebutkan banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut yaitu faktor klub dan faktor pelatih atau manajer.

Sejak era Premier League, sebenarnya hanya tiga tim yang mampu mempertahankan gelar juara. Mereka adalah United, City, dan Chelsea. Tim lain baru bisa kembali meraih kemenangan setelah jeda satu musim, seperti Arsenal yang menjadi juara pada 2001-2002 dan baru bisa mengulanginya pada 2003-2004.

Jika “statistik” direduksi menjadi level manajer, hanya dua orang yang bisa melakukannya: Sir Alex Ferguson dan Jose Mourinho. Delaney mengatakan persaingan di Liga Inggris begitu ketat sehingga mempertahankan gelar hanya bisa dilakukan oleh klub tertentu dengan pelatih tertentu.

Namun yang tidak disebutkan Delaney adalah upaya membangun tim. Setiap pergantian musim, klub-klub juara kehilangan pemain kuncinya. Meski tidak kalah, mereka tidak membangun tim yang lebih solid.

Di era sepakbola modern, yang dimaksud dengan membangun tim yang lebih solid tentunya (dengan cara yang cepat) dan agresif di bursa transfer.

Ketika gagal mempertahankan gelar pada musim 2003-2004, United kehilangan David Beckham yang pindah ke Real Madrid. Situasi serupa terjadi pada musim 2009-2010 saat Chelsea meraih gelar juara dari United. Klub berjuluk Setan Merah itu kehilangan Cristiano Ronaldo yang hengkang ke klub yang sama.

Di awal musim ini, Chelsea memang tak banyak menambah pemain baru. Pembelian terbaik mereka hanya Pedro yang dibeli dari Barcelona seharga EUR 30 juta (Rp 473 miliar). Pemain baru lainnya seperti bek Baba Rahman, kiper Asmir Begovic, dan striker Radamel Falcao hanya bertugas sebagai pelapis tim utama. Artinya, Chelsea sudah bertindak terlalu jauh bertanya dengan tim utama yang mereka miliki.

Bandingkan dengan penantang gelar Manchester City. Musim ini mereka suka berbelanja pemain. Setelah membawa masuk sayap Raheem Sterling, mereka membeli gelandang serang Kevin De Bruyne dari Wolfsburg. Baik Sterling maupun De Bruyne adalah pemain level tim utama.

Terbukti, Sterling langsung dijamin mendapat tempat reguler di sayap kiri City menggantikan Sergio Aguero yang dipasang di jantung serangan. Sedangkan De Bruyne akan memberikan persaingan bagi David Silva.

Transfer musim panas baru berakhir pada 2 September. Chelsea masih punya waktu jika ingin membeli pemain. Apalagi Mourinho masih ingin membeli bek tengah. Incaran Chelsea, John Stones sepertinya tak akan melepas klubnya, Everton.

Usai laga melawan Palace, Mourinho ditanya wartawan. Apakah ia bakal mengeluarkan dana besar agar transfer Stones dan Paul Pogba (pemain Juventus yang juga diincar Chelsea) sukses? Dia menolaknya.

“Saya harap tidak. “Saya tidak suka melakukan hal-hal seperti itu,” kata Mourinho. —Rappler.com

BACA JUGA:

Pratinjau Liga Inggris 2015-2016: Ramai Geng Chelsea

Arsenal 1-0 Chelsea: Kemenangan tanpa jabat tangan

Manchester City vs Chelsea: Tim tamu mencari keamanan


agen sbobet