• October 6, 2024

Dalam hal pembangunan ketenagalistrikan di Indonesia, AS menikam Tiongkok

Kontroversi mega proyek pembangunan listrik 35.000 megawatt belum mereda. Tanda tanya besar terhadap kemampuan pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam merealisasikan proyek ketenagalistrikan ini bahkan datang dari Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, sehari setelah ia bergabung di Kabinet Jerja Jokowi.

Namun rekan Rizal Ramli di kabinet, Menko Polhukam Luhut Panjaitan, membantahnya. Ia mengatakan, listrik yang akan disalurkan sebesar 35.000 MW.

“Sebagian 10.000 MW sudah dalam proses pengembangan oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara). “Yang 25.000 MW itu akan dibangun oleh IPP dan persiapannya sudah berjalan,” kata Luhut saat ditemui pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada Selasa, 1 September.

Pihak yang berminat menjadi IPP atau produsen listrik independen yang menjual listrik ke PLN bukan hanya Tiongkok saja. Pada hari Rabu tanggal 2 September, Menteri Perekonomian dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said menandatangani perjanjian kerja sama untuk membangun kelompok kerja ketenagalistrikan (kelompok kerja kekuasaan).

Amerika Serikat diwakili oleh Duta Besar untuk Indonesia, Robert Blake. Menurut Blake, perjanjian tersebut memfasilitasi kerja sama antara swasta Amerika dan Indonesia di bidang ketenagalistrikan.

Kerja sama tersebut meliputi pemanfaatan teknologi emisi batubara, optimalisasi energi baru dan terbarukan, pertukaran pengalaman terkait kebijakan energi, termasuk pengurangan penggunaan solar untuk pembangkit listrik.

“Proyek 35.000 MW bukanlah tugas yang mudah dan memerlukan dukungan sejumlah pihak, termasuk negara-negara yang mempunyai kepentingan dan kemampuan. “AS punya kemampuan di bidang ketenagalistrikan,” kata Sudirman saat penandatanganan yang berlangsung di kantor PLN, Rabu.

Indonesia dan AS juga akan bekerja sama untuk membangun ketenagalistrikan di daerah terpencil dan teknologi terkini di bidang ketenagalistrikan.

Belum lama ini, Sudirman berkunjung ke Amerika untuk mencari investor di sektor energi dan mineral. Ia mengunjungi Laboratorium Energi Terbarukan Nasional. “Untuk mempelajari pengembangan energi terbarukan,” kata Sudirman.

Blake mengatakan, pemerintah AS telah mengumpulkan 52 perusahaan AS dan 11 lembaga yang akan bekerja sama dengan Kementerian ESDM dan PLN. “Mulai dari perusahaan listrik swasta, perusahaan energi bersih, perusahaan konstruksi hingga perusahaan keuangan akan terlibat dalam kolaborasi tersebut,” kata Blake.

Bulan lalu, pemerintah China menyatakan siap ikut serta dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 1 x 1.000 megawatt (MW) di Cilacap, Jawa Tengah. Proyek yang masuk dalam program 35.000 MW Presiden Jokowi ini akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

“Dalam tujuh tahun terakhir, kerja sama di bidang ketenagalistrikan antara Indonesia dan Tiongkok semakin erat,” kata Economic and Business Counsellor Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia, Wang Liping, pada peresmian PLTU Celukan Bawang di Buleleng, Bali, 11 Agustus lalu.

Direktur Kerjasama Internasional Shenhua Gouhua Power, Huang Zhonghua mengatakan, pihaknya tertarik untuk ikut serta dalam proyek listrik 35.000 MW tersebut. Salah satu perusahaan pembangkit listrik terbesar di Tiongkok sedang menjajaki pengembangan ketenagalistrikan di Kalimantan Timur bekerja sama dengan pihak swasta Indonesia.

“Saat ini kami memiliki proyek di Sumsel yang berjalan dengan baik,” kata Zhonghua akhir Juli lalu di kantornya di Beijing.

Jepang menerima bagian dari kerja sama yang mendalam kemitraan publik-swasta (KPBU) untuk proyek PLTU di Batang, Jawa Tengah. PLTU Batang merupakan proyek ketenagalistrikan terbesar di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Proyek listrik berkapasitas 2 x 1.000 MW senilai Rp 54 triliun ini sempat tertunda selama empat tahun.

Pada peresmian proyek PLTU Batang, Presiden Jokowi berjanji akan mengatasi permasalahan penting dalam pembangunan infrastruktur, termasuk pembangunan ketenagalistrikan. Perizinan menjadi kendala yang juga harus diatasi.

“Kita tidak ingin ada lagi proyek yang terhenti, terhenti dan tidak bisa selesai karena izin, karena pembebasan lahan, tidak, ini bukti pemerintah bisa menyelesaikan masalah, bukti pemerintah Indonesia bisa menyelesaikannya. masalah masalah “Ada, jangan ada yang ragu lagi, tidak ada lagi investor yang ragu,” jelas Jokowi dalam pidatonya di peresmian PLTU Batang.

Bupati Bantaeng, Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah, sepakat pemerintah segera menyederhanakan perizinan dan mempercepat pembebasan lahan.

“Di Bantaeng sudah ada investor dari China dan Singapura yang siap membangun proyek listrik 4 x 150 MW,” kata Nurdin kepada Rappler, Kamis pagi, 3 September.

Menurut pengamat ketenagalistrikan Fabby Tumiwa, pembiayaan menjadi isu penting untuk mewujudkan listrik 35.000 MW. Fabby yang juga Direktur Eksekutif Institute of Essential Service Reform mengatakan perkiraan total investasinya sekitar Rp 1.200 triliun.

“Ini mencakup semuanya mulai dari pembangkitan, transmisi dan distribusi,” kata Fabby kepada Rappler.

Untuk pembangkitan listrik sendiri sekitar Rp950 triliun dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp14.000.

Fabby menghitung, kebutuhan pembiayaan listrik sebesar 35.000 MW setiap tahunnya berkisar US$ 20-25, dan hal ini sulit dipenuhi oleh perbankan nasional. Di sini diperlukan pembiayaan dengan bunga murah dari pihak swasta, termasuk bank multilateral.

“Khusus untuk transfer. “Yang cocok adalah pinjaman dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan Bank Jepang untuk kerjasama internasional,” kata Fabby. Dana yang tersedia di perbankan nasional sebesar Rp 400 triliun. —Rappler.com

BACA JUGA:

Uni Lubis adalah jurnalis senior dan Eisenhower Fellow. Dapat dihubungi di @UniLubis.