• November 24, 2024
Djohar Arifin yang disetujui seumur hidup oleh PSSI menilai hal itu hanya bercanda

Djohar Arifin yang disetujui seumur hidup oleh PSSI menilai hal itu hanya bercanda

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Djohar Arifin menganggap sanksi PSSI tidak mempunyai kekuatan hukum. Sebab PSSI bukanlah organisasi berbadan hukum. Mereka tidak diakui oleh pemerintah dan FIFA.

JAKARTA, Indonesia – Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebelum skorsing, Djohar Arifin Husin, diberhentikan secara tidak hormat dari jabatannya sebagai anggota Dewan Kehormatan PSSI. Dia juga dilarang melakukan aktivitas sepak bola seumur hidup.

Sanksi terhadap Djohar tertuang dalam keputusan Komite Etik PSSI nomor 001/KEP/KE/PSSI/VII-15. Djohar tidak boleh aktif dalam aktivitas sepak bola di PSSI, AFC, dan FIFA seumur hidupnya, kata Ketua Komite Etik PSSI TM Nurlif.

Hukuman tersebut mulai berlaku pada Rabu 8 Juli. Namun Djohar diberi waktu hingga 14 hari untuk mengajukan banding.

Sanksi tersebut dijatuhkan Komite Etik PSSI karena Djohar memenuhi panggilan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi pada 23 Juni lalu.

Saat itu Komisi X DPR RI memerintahkan Menpora untuk berkomunikasi dengan PSSI. Alih-alih menunjuk La Nyalla Mattalitti sebagai Ketua Umum PSSI akibat kongres luar biasa 18 April, Menpora malah memanggil Djohar Arifin. Pasalnya, Djohar merupakan Ketua Umum PSSI terakhir sebelum PSSI disuspen oleh Menteri Pemuda dan Olahraga pada 17 April lalu.

Bagaimana reaksi Djohar?

Djohar tak mau menganggapnya serius. Ia justru menuding komite etik PSSI menjadi alat La Nyalla untuk membalas dendam. Ia merasa tak bisa dihukum karena mengundurkan diri dari PSSI mulai 24 Juni lalu.

(BACA: Djohar Arifin Mundur, PSSI Masih Proses Sanksi)

“Sanksi ini seperti kepala sekolah yang menghukum anak yang bukan muridnya. Saya bukan lagi pengurus PSSI dalam kepengurusannya. Kok bisa orang yang sudah tidak jadi pengurus bisa dipecat?” kata Djohar.

“Saya diundang Kemenpora sebagai Ketua Umum PSSI 2011-2015. Bisakah manajemen saat ini menghukum manajemen sebelumnya? Lihat sudah bisa yang tidak paham hukum,” kata Djohar.

Djohar mengaku belum pernah menerima undangan resmi sidang etik. Selain itu, ia menilai PSSI saat ini sudah tidak mempunyai kekuatan hukum lagi.

“Pengelolaan La Nyalla liar di mata pemerintah. Mereka tidak lagi diakui oleh pemerintah. “Mereka juga tidak diakui lagi oleh FIFA karena sudah disetujui,” kata Djohar.

Alhasil, Djohar yakin tidak ada akibat hukum yang akan menimpanya. Djohar juga tidak akan mengajukan banding. Menurut Djohar, sanksi dari organisasi yang tidak diakui keberadaannya tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Djohar juga mempertanyakan manajemen PSSI, khususnya Ketua Komite Etik TM Nurlif yang melanggar statuta FIFA. Sebab, TM Nurlif merupakan mantan narapidana dan pernah dihukum negara.

“Ketua Komite Etik adalah mantan narapidana, apakah ini dibenarkan oleh statuta FIFA? Keputusan ini penuh dengan balas dendam. Namun, saya akan tetap bergerak memajukan sepakbola Indonesia, kata Djohar. – Rappler.com

Togel Singapura