• October 5, 2024
Dosen di Australia meminta mahasiswa Indonesia keluar kelas, memprotes eksekusi tersebut

Dosen di Australia meminta mahasiswa Indonesia keluar kelas, memprotes eksekusi tersebut

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Dosen meminta maaf. Dia mengatakan tidak ada niat untuk mendiskriminasi siapa pun.

JAKARTA, Indonesia – Seorang dosen di Swinburne University, Melbourne, Australia, dikabarkan meminta mahasiswa Indonesia untuk tidak masuk kelas sebagai bentuk protes atas eksekusi duo Bali Nine.

Julian Oldmeadow, dosen Swinburne University, mendapat kritik setelah mengutarakan pendapatnya atas eksekusi Andrew Chan dan Myuran Sukumaran di Indonesia pada Rabu 29 April tahun lalu.

Menurut laporan Daily Mail Australia, Oldmeadow meminta siswa asal Indonesia untuk tidak menghadiri kelas di hari yang sama setelah Chan dan Sukumaran dieksekusi.

Oldmeadow meminta maaf atas perilakunya. Ia beralasan hanya ingin meluapkan kesedihan dan kemarahannya atas eksekusi tersebut.

(BACA: Indonesia mengeksekusi 8 narapidana narkoba)

“Saya memilih untuk menyalurkan (kesedihan dan kemarahan saya) dengan mengutarakan pendapat saya di kelas dan meminta siswa dari Indonesia untuk tidak menghadiri kelas saya hari itu,” ujarnya dalam pesan yang diterima Surat Harian Australia.

Menurutnya, protes tersebut hanya bersifat politik dan tidak ada kaitannya dengan latar belakang atau ras apa pun.

“Indonesia adalah negara demokratis dan mahasiswa Indonesia mempunyai kepentingan dalam menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin negara selanjutnya dan kebijakan yang didukungnya,” tulisnya.

“Dengan menyampaikan pesan perlawanan kepada mereka, kita dapat mempengaruhi suara mereka di masa depan. “Itu sama sekali bukan hukuman,” lanjutnya

Ia pun menyayangkan komentar dan tindakannya yang dikecam banyak orang.

“Saya minta maaf karena meminta siswa Indonesia untuk tidak menghadiri kelas hari itu. “Jawaban kita harus jelas, meskipun kita tidak setuju dengan pilihan pemerintah dan presidennya, kita tidak akan menyalahkan atau memberikan energi negatif kepada mahasiswa asal Indonesia,” ujarnya.

“Saya menyesal telah mengatakan hal itu dan tindakan saya dianggap diskriminatif.”

Salah satu siswa yang mengikuti kelas tersebut, Jennifer Stargatt, memberikan pernyataan.

“Saya sangat terkejut,” kata Stargatt seperti dikutip Australia Ditambah. “Saya sebenarnya muak, sangat tidak nyaman.”

“Saya merasa sangat menakutkan dan apa jadinya jika ada pelajar Indonesia di kelas tersebut,” tambahnya. Namun setelah dilakukan penyelidikan, tidak ada siswa asal Indonesia yang mengikuti kelas psikologi yang diajar oleh Oldmeadow.

Universitas Swinburne mengonfirmasi kejadian tersebut melalui pernyataan yang diberikan kepada ABC.

“Universitas menanggapi semua keluhan mahasiswa dengan serius dan kami secara resmi menyelidiki masalah ini,” kata pernyataan itu. “Jelas bahwa Swinburne University menyambut semua mahasiswanya, yang harus dihormati dan didukung dalam upaya akademis mereka.”

Sementara itu, Anggota Majelis Nasional Indonesia (DPR RI) Irine Roba, alumnus salah satu universitas di Melbourne, menyayangkan kejadian tersebut. “Saya mengecam keras pernyataan-pernyataan yang keluar dari kalangan akademisi yang bermuatan politik dan merusak iklim pendidikan,” jelas lulusan Master of Arts dari Monash University, Melbourne ini.

Ia menambahkan, kejadian ini dikhawatirkan akan mengancam kenyamanan dan keselamatan pelajar Indonesia di Australia. “Sebagai alumni yang pernah tinggal di Melbourne, saya mengenang warga Melbourne yang ramah dan sangat menghormati pendatang,” lanjut politikus PDI-Perjuangan itu.

Ia juga mengimbau KBRI dan KJRI memberikan perlindungan kepada WNI di Australia.—dengan laporan dari Abdul Qowi Bastian/Rappler.com

sbobet88