• September 23, 2024

Dua mantan pelatih mengaku menyaksikan ‘pengaturan pertandingan’ sepak bola

JAKARTA, Indonesia — Setelah pria berinisial BS dilaporkan ke Bareskrim Mabes Polri terkait pengaturan pertandingan atau pengaturan pertandingan, dua pelatih buka suara soal praktik rekayasa permainan. Hasil pertandingan diketahui sebelum pertandingan digelar.

Kedua mantan pelatih tersebut adalah Agus Yuwono dan Gunawan. Agus sebelumnya menangani Persegres Gresik United sedangkan Gunawan di Persipur Purwodadi. Kesaksiannya mereka ungkapkan pada Rabu malam 17 Juni 2015 di Jakarta.

Mereka mengaku sempat kontak langsung dengan pelaku rekayasa pertandingan. Rekayasa ini merupakan bagian dari praktik sindikat taruhan sepak bola.

Agus bukanlah nama baru dalam hal ini menentukan kecocokan. Namanya santer terdengar karena mengaku dihubungi langsung oleh perantara pembukuan yakni BS alias Bambang Suryo. Bahkan, survei tersebut tersebar luas di masyarakat.

(BACA: Semua Lemah Selidiki Penentuan Skor PSSI)

Dalam kesaksian yang difasilitasi tim Advokasi #IndonesiaVSMafiaBola di kawasan Senopati, Jakarta, Agus kembali mengungkap kisahnya. Namun kali ini, dia menjelaskan lebih detail permintaan perantara bandar untuk mengatur skor.

Terakhir kali ia melatih Gresik United pada tahun 2014. Saat itu, timnya akan menghadapi Persik Kediri dan Barito Putra di laga papan atas sepak bola Indonesia, Indonesia Superliga (ISL) 2014. Ada dua upaya suap.

“Pertama sebelum pertandingan melawan Persik Kediri. Saya didekati seseorang dan ditawari Rp 200 juta. Syaratnya adalah Anda ingin mengikuti keinginannya dalam mengatur permainan. Aku berkata tidak. “Ini pertandingan pertama, saya harus menang,” kata Agus.

Lalu apa jawaban orang tersebut? “Itu mudah baginya mengatakan, tidak akan menang. Karena semuanya sudah diatur. Eh, Sungguh. Hasil pertandingan sesuai dengan keinginan trader, TIDAK menang. Skornya 1-1. Saya berkata kepadanya, ‘Apa yang kamu lakukan dengan tim saya?’ “Dia bilang, ‘Kalau sudah dinyatakan, tidak ada yang bisa dilakukan’,” kata Agus.

Begitu pula pada laga kedua melawan Barito Putra. Orang misterius itu memberi tahu Agus bahwa hasilnya seri. Agus ditawari kerja sama namun ditolak.

“Orang ini bilang hasilnya seri. Saya tidak mau. Saya ditawari Rp 200 juta asalkan saya bersedia mengikuti penawaran tersebut. Tapi, tetap saja aku tidak mau. Ternyata kenapa kami tertipu dan hasilnya sama dengan bandar 2-2, kata Agus.

Kesaksian Gunawan pun tak kalah mengejutkan. Hal itu ia ketahui saat membesut Persipur Purwodadi di kasta kedua sepak bola Indonesia, Divisi Utama, pada 2013. Klub bahkan hidup dari uang yang diperolehnya. menentukan kecocokan.

Yang menikmatinya bukan hanya pemain, tapi juga orang-orang di dalam klub. Bahkan, kelakuan Persipur sudah menjadi rahasia umum. Klub-klub pesaing Persipur sudah mengetahuinya.

“Saat itu kondisi sulit semua klub, termasuk Persipur, semua menikmati uang pengaturan pertandingan Itu. Saat itu, Persipur mendapat sekitar Rp 400 juta per pertandingan. “Pemain bisa mendapatkan Rp10 hingga Rp15 juta,” jelas Gunawan.

Gunawan mengatakan ada orang Malaysia yang berperan dalam rekayasa permainan tersebut. Dia terlibat dalam jaringan buku sepak bola. Namanya Jawahir Saliman. Gunawan mengaku beberapa kali bertemu Jawahir di Malaysia. Pria bernama Sam itu, kata Gunawan, merupakan mafia sepak bola besar. “Dialah yang menghancurkan sepak bola Indonesia,” kata Gunawan.

Gunawan sebenarnya sudah lama ingin mengungkap permasalahan tersebut. Alhasil, ia menghubungi Djamal Azis, Komite Eksekutif PSSI saat itu. Sayangnya, kata dia, Djamal tidak terlalu antusias.

“Saya menghubunginya melalui telepon. Saya bilang, ‘Bro, tolong hubungi manajer Persipur Purwodadi, saya, dan juga para pemain tentang pengaturan pertandingan.’ Dia menjawab: ‘Ya, ya’. “Saya telpon terus sampai 3 kali, tidak direspon,” kata Gunawan.

Namun, baik Agus maupun Gunawan mengaku tidak memiliki bukti yang kuat. Pasalnya sebagian besar transaksi dilakukan dengan uang tunai. Oleh karena itu, niat mereka untuk melapor ke polisi juga mentah. Namun, mereka siap jika Polri meminta mereka berperan sebagai saksi.

“Saya tidak akan bisa memberikan bukti. Harapan saya menentukan kecocokan ini sudah berakhir akhirdan semuanya terungkap. “Kami siap menjadi saksi,” tegas Gunawan.

Kapolri siap mengusut dugaan ‘pengaturan pertandingan’

Sementara itu, Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Badrodin Haiti meminta masyarakat melapor ke polisi jika mencurigai adanya data. perbaikan pertandingan sepak bola.

“Jika ada yang punya informasi tentang pengaturan pertandingan. Jangan ragu, berani lapor ke polisi, kata Badrodin, Rabu.

Badrodin menjamin para pelapor akan mendapat keamanan dan perlindungan. “Kami menjaminnya. “Pelapor ini pasti kami lindungi,” kata Badrodin.

Soal penangkapan pengaturan skor, Badrodin mengaku pernah melakukan penangkapan dalam kasus yang sama dengan kepolisian Spanyol. Dari kerja sama itu, pelaku menentukan kecocokan yang berada di Indonesia bisa ditangkap dan segera diserahkan ke polisi Spanyol.

“Kasus seperti ini sudah pernah kami tangani sebelumnya. Jika ada bukti, laporkan. Pasti akan ditindaklanjuti, kata Badrodin.

Kapolri berjanji pihaknya akan menindaklanjuti dengan melancarkan penyelidikan. Namun, sebelum melanjutkan ke tahap itu, pihaknya akan memastikan terlebih dahulu ada unsur pidana dalam kasus tersebut.

“Jangan sampai hal ini hanya menjadi isu yang membingungkan di masyarakat. Buktikan, laporkan, akan kami tindak lanjuti, kata Badrodin.

Nyawa BS terancam
Di sisi lain, salah satu kuasa hukum tim Advokasi #IndonesiaVSMafiaBola, M.Isnur mengaku sengaja merahasiakan data pribadi BS. Dia masih dalam proses melengkapi data yang diminta polisi.

Ia khawatir jika tampil di depan umum, BS akan menjadi sasaran. “BS sekarang terancam. Bukan hanya dia, tapi keluarganya. Kenapa dia tidak bisa muncul? Kalaupun kondisinya seperti ini, belum jelas siapa dia, kata Isnur.

Pria yang juga pengacara publik Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta ini mengaku BS berada dalam perlindungan mereka. Peran BS sangat kuat dalam upaya membongkar jaringan mafia pengaturan pertandingan pada tahun 2000 hingga 2015 di sepak bola nasional.

Kesediaan BS untuk menjadi saksi bagi pelaku yang melapor sendiri, kata Isnur, cukup meyakinkan dan karenanya patut mendapat jaminan. BS sendiri juga terancam tuntutan pidana jika nantinya terbukti dan terungkap semuanya.

“Tapi demi sepakbola Indonesia yang lebih baik, BS merasa bersalah. “Jadi dia berani mengorbankan dirinya,” kata Isnur. –Rappler.com

link alternatif sbobet