Dua petugas intelijen TNI tewas saat menyelidiki GAM
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Dua petugas intelijen TNI ditemukan tewas dengan sejumlah luka tembak di sekujur tubuh. Keduanya mencari informasi tentang kelompok Din Minimi, mantan gerilyawan GAM
BANDA ACEH, Indonesia—Pencarian dua perwira intelijen Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang diculik telah berakhir. Sertu Indra dan Sertu Hendri dari Komando Distrik Militer (Kodim) 0103 ditemukan tewas dengan luka tembak di sekujur tubuh.
Pada Selasa pagi, 24 Maret 2015, keduanya ditemukan tim pencarian gabungan Polri dan TNI di pedalaman Kecamatan Nisam Antara, Aceh Utara.
“Saat ditemukan di kawasan hutan tak jauh dari tempat penculikan, kedua korban dalam kondisi tertelungkup,” kata Kepala Penerangan Kodam Iskandar Muda, Letkol. Infanteri Machfud, kata.
Ditemukan 12 selongsong peluru AK-47 dan 3 selongsong M-16 di sekitar lokasi. Mereka ditemukan bertelanjang dada dengan tangan terikat.
Kelompok bersenjata di Aceh masih ada
Tokoh masyarakat setempat M. Daud mengatakan, sebelum menghilang, Indra dan Hendri mendatangi rumahnya dengan berpakaian sipil pada Senin sore, 23 Maret.
Mereka menanyakan kepada Daud tentang kelompok Din Minimi, mantan gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang masih membawa senjata di Aceh Timur. Tidak jelas apakah kelompok ini juga aktif di Aceh Utara.
Daud mengatakan, keduanya kemudian mendapat telepon dari komandannya. Keduanya lalu berpamitan dan berangkat dengan mobil. Sesampainya di perbatasan Kota Alue Mbang Barat dan Alue Papeun, mobil mereka dicegat oleh kelompok bersenjata yang diperkirakan berjumlah 15 orang. Mereka berdua membawa keduanya ke Desa Sido Mulyo, Kecamatan Kutammakmur, Aceh Utara.
Pada Senin sore, warga mendengar 3 kali suara tembakan dari arah Waduk Paya Peunjot, Bate Pila, Nisam Antara. Tak lama kemudian, mobil kapsul Toyota Kijang yang digunakan keduanya ditemukan kosong di kawasan hutan Alue Papeun.
Meski belum jelas apa yang terjadi pada tahap itu, warga yang khawatir memilih berdiam diri di rumah. Suasana Nisam menjadi mencekam.
Meskipun terdapat perjanjian damai antara pemerintah Indonesia dan GAM pada bulan Agustus 2005, kelompok pemberontak tersebut tidak pernah hilang sepenuhnya dari Aceh.
Ansyaad Mbai, pengamat teror, mengatakan meski GAM sudah tidak ada lagi, namun masih ada kelompok bersenjata yang beroperasi.
“Mereka bergerak secara individu atau kelompok kecil,” kata Ansyaad seperti dikutip CNN IndonesiaSelasa 24 Maret.
Kader Partai Aceh juga diduga diculik
Kelompok bersenjata juga diduga melakukan penculikan kader Partai Aceh bernama Mahmudsyah di Desa Kito, Aceh Utara, pada Minggu, 22 Maret.
Menurut Suadi Sulaiman, juru bicara Partai Aceh, Mahmudsyah sedang sibuk membeli rokok di toko depan rumahnya pada Minggu malam. Sebuah Toyota Avanza mendekat, dan 5 orang bersenjata meminta Mahmudsyah ikut bersama mereka.
Setelah Mahmudsyah masuk, mobil diarahkan ke Jungka Gajah, Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara. Polisi masih menyelidiki kasus ini.
“Tetapi kami masih belum mengetahui motif penculikan tersebut. Mereka menghubungi keluarga korban dan menginformasikan bahwa dia bersama pelaku. Tapi, tiba-tiba sambungan telepon terputus, kata Suadi.
Menurut Suadi, Mahmudsyah tidak pernah mendapat ancaman. Selain menjadi kader Partai Aceh, ia juga merupakan Komandan Muda Komite Peralihan Aceh (KPA), sebuah organisasi tempat para mantan pejuang GAM mengungsi.
“Kami meminta semua pihak, baik pemerintah Aceh, kepolisian, dan TNI, serius dalam mengungkap kasus ini dan juga penculikan dua petugas intelijen Kodim Aceh Utara,” ujarnya. —Rappler.com