• September 8, 2024
Dulunya bercita-cita menjadi PNS, kini pesepakbola tersebut bercita-cita menjadi tentara

Dulunya bercita-cita menjadi PNS, kini pesepakbola tersebut bercita-cita menjadi tentara

Para pesepakbola merasa profesinya penuh risiko dan tidak ada jaminan usia tua. Mereka juga mendaftar secara berkelompok untuk menjadi tentara. Lalu bagaimana karir sepak bola mereka?

JAKARTA, Indonesia – Kompetisi sepak bola yang belum dimulai membuat banyak pemain ketar-ketir. Namun tak sedikit juga yang masih bisa mendapatkan secuil keberuntungan.

Misalnya saja bek kiri Timnas U-23 Indonesia, Abduh Lestaluhu yang baru saja diakuisisi. Abduh ingin mengejar mimpinya di luar sepak bola: menjadi tentara.

Abduh mendapat tawaran menjadi anggota Polisi Militer (POM) TNI. Tawaran itu, kata dia, datang dari seorang petugas di Mabes TNI AD POM. “Ini jalur khusus,” kata Abduh menirukan ucapan petugas.

Karena jalur khusus tersebut, Abduh pun dijamin tetap bisa bermain sepak bola meski berstatus anggota TNI. Hal itu ia konfirmasi dengan menanyakan unit yang akan menerimanya. “Unit akan memberikan izin,” kata Abduh.

(BACA: Garuda Muda mencari angpao lebaran di banyuwangi)

Pemain asal Tulehu, Kabupaten Maluku Tengah itu langsung menerimanya tanpa berpikir dua kali. Karena bekerja sebagai pemain sepak bola mempunyai keterbatasan. Kebugaran dan kondisi fisik mereka akan menurun seiring bertambahnya usia.

Memang, setelah tidak aktif bermain, ia bisa menekuni dunia kepelatihan. Namun Abduh tak tertarik. Sebab menjadi pelatih sepak bola tidaklah mudah. Tidak ada jaminan sukses dan pekerjaan juga tidak permanen. “Terkadang ada juga unsur kecocokannya,” kata Abduh.

Menjadi anggota TNI akan memberinya rasa aman. Ia bisa langsung beralih ke jalur militer begitu fisiknya kelelahan di lapangan hijau. “Ada jaminan hari tua,” kata Abduh.

Pesepakbola berusia 21 tahun itu menilai profesi sepak bola penuh risiko. Di Indonesia, pemain masih sering menjadi pihak yang sering dikorbankan oleh klub. Gaji sering kali menunggak. Bahkan ketika terjadi cedera serius, pihak klub tidak selalu menanggung biaya operasinya.

“Sepak bola seringkali tidak jelas. Saat ini kompetisi sedang kosong. Saya pikir, ingin memilih hal-hal yang lebih baik untuk masa depan saya. “Saya hanya berusaha realistis,” kata Abduh saat dihubungi Rappler awal pekan ini.

Oleh karena itu, selama dua bulan ke depan, Abduh akan fokus mempersiapkan pendaftaran tentara Indonesia.

Selain itu, kata Abduh, menjadi anggota TNI sama saja dengan menjadi atlet. Bersama-sama kita bela negara. Bedanya, jaminan ini lebih baik, kata Abduh.

(BACA: Piala Kemerdekaan dimulai 24 Juli, pertandingan terakhir 15 Agustus)

Hal senada juga diungkapkan gelandang Timnas U-23, Adam Alis. Adam bahkan menganggap itu adalah kesempatan emas. Tidak mungkin datang dua kali. Itu sebabnya dia tidak mau menyia-nyiakannya.

“Aku tidak mau melewatkannya. Ini adalah jaminan untuk masa depan. Banyak orang yang ingin menjadi TNI namun gagal. “Kita diberi kesempatan jalur khusus, kita harus bekerja keras dan tidak duduk diam,” kata Adam.

Adam saat ini sedang mempersiapkan kondisi fisiknya untuk mengikuti pendaftaran Agustus mendatang.

Selain Adam dan Abduh, ada lima pemain Timnas U-23 lainnya yang mendapat tawaran serupa. Mereka adalah Manahati Lestussen, Teguh Amiruddin, Muchlis Hadi Ning, Teguh Amiruddin dan Wawan Febrianto.

Sebenarnya masih ada beberapa nama lain namun belum terungkap.

Rahmad Darmawan sebagai contoh sukses

Jika tidak ada contohnya, pemain pasti akan berpikir dua kali untuk menjadi anggota TNI. Hal itulah yang terlintas di benak Adam saat pertama kali menerima ajakan menjadi anggota TNI.

Namun setelah melihat sosok Rahmad Darmawan, pelatihnya di Persija Jakarta, ia bertekad mengikuti jejaknya. Ya, pelatih yang akrab disapa RD ini memang aktif menjadi anggota marinir berpangkat mayor.

Rahmad sendiri bahkan memberikan masukan kepada pemain muda Indonesia yang tergabung di Timnas U-23. Menurutnya, kondisi sepak bola saat ini membuat wajar jika pemain berpindah haluan.

“Dengan kondisi sepak bola saat ini, para pemain mulai berpikir seperti era persatuan. “Mereka tidak hanya bermain sepak bola, tapi juga punya pekerjaan lain,” kata Rahmad yang bekerja di Lantamal III Jakarta.

Ia yakin pemain tidak akan kesulitan dalam menyesuaikan diri. Apalagi saat Anda sedang menjalani pendidikan terkait kemampuan fisik. Sebagai seorang pesepakbola, kedisiplinan dan kemampuan fisik sang pemain justru akan bermanfaat ketika ia terjun ke dunia militer.

Rahmad pun yakin hal itu akan menjadi jaminan ketika pemainnya menua. “Pemain butuh kepastian di usia tua. “Itu sebagai bentuk kepastian,” kata Rahmad. —Rappler.com

judi bola online