Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Negara-negara besar masih terpecah mengenai apa yang harus dilakukan terhadap Suriah karena mereka gagal mencapai kesepakatan pada KTT G20 di Rusia. Sebuah sumber diplomatik mengatakan kepada AFP bahwa para pemimpin menyampaikan pandangan mereka mengenai krisis Suriah selama 3 jam dalam pidato 10 menit. Rusia memimpin oposisi terhadap aksi militer pimpinan AS terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad atas serangan kimia di luar Damaskus bulan lalu, yang menurut Washington dilancarkan rezim tersebut. Presiden Uni Eropa Herman van Rompuy mengatakan meskipun serangan kimia di Damaskus merupakan “kejahatan terhadap kemanusiaan”, “tidak ada solusi militer terhadap konflik Suriah.” Gedung Putih mendorong Kongres untuk menyetujui serangan militer di Suriah. Pada hari Kamis, mereka menyelesaikan rintangan pertamanya ketika komite Senat menyetujui rencana yang memungkinkan intervensi militer terbatas selama 90 hari di Suriah. Duta Besar AS untuk PBB, Samantha Power, mengatakan tidak ada cara untuk mendapatkan persetujuan Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan terhadap al-Assad karena blokade Rusia. Dia juga mengatakan perlindungan Rusia terhadap Assad menempatkan seluruh sistem Dewan Keamanan dalam menangani krisis internasional di bawah tekanan. Power menambahkan, “Bahkan setelah norma internasional yang melarang penggunaan senjata kimia dilanggar secara mencolok, Rusia terus menyandera dewan tersebut dan melalaikan tanggung jawab internasionalnya.” Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia siap mempertimbangkan tindakan Dewan Keamanan jika dia yakin bahwa pasukan Assad-lah yang melakukan serangan tanggal 21 Agustus itu. Namun Power mengatakan dia tidak yakin Putin akan beranjak dari posisinya.
Pelajari lebih lanjut tentang Rappler.
Baca lebih lanjut tentang Rusia dan Dewan PBB.