Energi ramah lingkungan untuk membantu ‘last mile’ elektrifikasi pedesaan di wilayah PH
- keren989
- 0
Masih ada 4.954 lokasi di seluruh negeri yang belum teraliri listrik. Banyak di antaranya berada di daerah terpencil yang hanya bisa ditenagai oleh energi terbarukan.
MANILA, Filipina – Energi terbarukan diharapkan dapat membantu pemerintah Filipina meringankan 4.954 situasi yang masih kekurangan listrik.
Demikian keputusan para pejabat energi dalam pertemuan dengan perusahaan energi terbarukan Jerman pada Senin, 26 Oktober.
Pemerintah berada pada jalur yang tepat untuk memenuhi target penyediaan listrik untuk 90% rumah tangga di Filipina pada tahun 2017. Kesenjangan terbesar terjadi di kota-kota kecil bernama situsbanyak di antaranya yang berada di daerah terpencil sulit tersambung ke jaringan listrik di wilayah yang lebih maju di negara ini.
Jawabannya, kata Ed Piamonte dari Administrasi Ketenagalistrikan Nasional, adalah pembangkit listrik energi terbarukan.
“Kita harus menyediakan (ini situs) dengan layanan listrik yang tidak terhubung ke jaringan listrik, namun berpotensi untuk integrasi jaringan listrik. Kami menantikan solar home system, atau pembangkit listrik tenaga surya yang bisa diintegrasikan dengan pembangkit listrik yang sudah ada,” ujarnya.
Dia mengatakan ini jauh situs adalah “mil terakhir” dari program elektrifikasi yang dimulai dengan memperkuat kota kecil, kota besar, dan barangay.
Pada tanggal 15 Oktober, pemerintah telah mampu melistriki seluruh 1.475 kota sasaran dan kotamadya, kata Piamonte. Hampir seluruh atau 99,97% barangay sasaran juga memiliki listrik. Dari sisi sitio dan purok, 95,21% sudah berenergi, menyisakan 4.954 sitio yang masih menunggu listrik.
Situasi-situasi ini tersebar hampir merata di sebagian besar wilayah di negara ini.
Luzon memiliki 1.471 lokasi yang tidak berenergi, Visayas memiliki 1.855, sedangkan Mindanao memiliki 1.628. Keadaan saat ini masih merupakan perbaikan dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 32.441 situs tanpa daya.
Dibutuhkan sektor swasta
Pemerintah mengandalkan sektor swasta untuk mendirikan pembangkit energi terbarukan guna membantu melistriki lokasi-lokasi yang tersisa.
Melalui Undang-Undang Energi Terbarukan tahun 2008, pemerintah memberikan mekanisme keuangan dan insentif kepada perusahaan energi terbarukan untuk mendorong mereka membangun fasilitas energi terbarukan di dalam negeri. (BACA: DOE menerima 622 kontrak energi terbarukan)
Peter Kompalla dari Kamar Dagang dan Industri Jerman-Filipina menyebut Filipina sebagai “pasar paling dinamis di ASEAN, dan paling menjanjikan untuk energi terbarukan.”
Perusahaan-perusahaan Jerman termasuk di antara banyak investor yang mengajukan permohonan untuk mendirikan pabrik energi terbarukan di negara tersebut. Ini termasuk pembangkit listrik tenaga surya di atap, pembangkit listrik tenaga mini hidro, dan pembangkit listrik tenaga angin.
Namun tantangan besar dihadapi perusahaan energi terbarukan ketika mereka mencoba membangun pabrik energi terbarukan di daerah terpencil.
Lokasi daerah tersebut menyulitkan dan mahal untuk membawa peralatan ke sana, kata Jens Kompauer dari perusahaan Jerman IB Vogt GmbH. Rendahnya populasi di wilayah ini juga berarti rendahnya kebutuhan listrik.
Biasanya, calon pengguna listrik bahkan tidak mampu membeli energi ramah lingkungan, sehingga perusahaan energi terbarukan perlu mencari bantuan keuangan dari bank atau lembaga lain.
Mempertahankan target 30%.
Lalu ada birokrasi yang menyebabkan penundaan yang tidak terduga.
Perusahaan-perusahaan yang mengajukan permohonan energi terbarukan mengatakan bahwa sistem perizinan yang rumit dan redundansi dalam proses permohonan dapat lebih disederhanakan.
Teknologi ET sendiri harus mengatasi permasalahan penyimpanan energi yang sedang berlangsung. Minimnya baterai yang dapat menyimpan listrik dalam jumlah besar setelah diubah dari sinar matahari menjadi energi angin membuat energi terbarukan masih belum stabil sebagai sumber listrik, misalnya pembangkit listrik tenaga batu bara.
Inilah sebabnya mengapa pada pembangkit listrik hibrida yang menggunakan sebagian energi terbarukan dan pembangkit bertenaga diesel, komponen diesel masih menjadi sumber energi utama dan bukan sumber energi pilihan terakhir.
Terlepas dari tantangan-tantangan ini, Kepala Biro Manajemen Energi Terbarukan DOE Mario Marasigan mengatakan pemerintah berkomitmen penuh terhadap tujuannya untuk memastikan bahwa setidaknya 30% pasokan energi negara berasal dari energi terbarukan.
Artinya, RE harus mengejar jumlah pembangkit listrik tenaga batubara yang disetujui. Diakui Marasigan, di Mindanao misalnya, pengembangan proyek batu bara lebih cepat dibandingkan pengembangan proyek energi terbarukan.
Duta Besar Jerman Thomas Ossowski memuji target energi terbarukan Filipina sebagai cara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Pembangkit listrik tenaga batu bara merupakan sumber utama emisi GRK dan peralihan ke energi terbarukan dipandang sebagai cara untuk mengurangi emisi tersebut.
Filipina telah berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK sebesar 70% pada tahun 2030 dengan bantuan dari komunitas internasional. – Rappler.com