• November 25, 2024

Faisal Basri, Senjata Jokowi Berantas Mafia Migas

Mafia migas merajalela karena lemahnya sistem hukum dan perizinan. Tim yang dipimpin Faisal Basr ini akan menyederhanakan proses bisnis perizinan, melakukan standarisasi, memperkuat transparansi, dan memulihkan meritokrasi.

Enam puluh persen masyarakat miskin dunia tinggal di negara-negara yang kaya akan sumber daya minyak dan gas. Korupsi merajalela di sektor energi. Negara-negara yang kaya akan sumber daya energi sering kali terjebak dalam “kutukan sumber daya alam”, atau kutukan sumber daya.

Indonesia dikhawatirkan masuk dalam kategori negara tersebut. Pada masa kampanye Pilpres 2014, Presiden Joko “Jokowi’ Widodo berkali-kali menyatakan akan memberantas mafia minyak dan gas (migas). Dari sisi penindakan hukum, tugas tersebut dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dari sisi tata kelola merupakan amanah penting bagi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dipimpin oleh Sudirman Said.

Menteri Sudirman pada Minggu (16/11) membentuk tim yang bertugas menangani mafia migas yang beroperasi dari sektor hulu hingga hilir. Sudirman menyebut tim ini sebagai Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Ketuanya adalah Faisal Basri, ekonom Universitas Indonesia. “Pilihan ini berdasarkan kepercayaan publik“di mana masyarakat akan percaya terhadap proses ini jika pihak-pihak yang menjalankannya juga merupakan individu-individu yang kredibel,” kata Sudirman yang pernah menjabat Direktur Eksekutif Transparansi Indonesia.

Sudirman mengatakan, tim ini dibentuk karena akar permasalahan migas di Indonesia adalah adanya mafia. Mafia migas, kata Sudirman, merupakan pihak yang mencari rente yang mempunyai pengaruh sehingga tidak efektifnya pengelolaan migas.

Mafia migas merajalela karena lemahnya sistem hukum dan perizinan. Tim yang dipimpin Faisal Basri, kata Sudirman, akan menyederhanakan proses bisnis perizinan, melakukan standarisasi, memperkuat transparansi, dan memulihkan meritokrasi. Tim tersebut akan menyaring pemain di sektor migas. Besok tim akan mulai bekerja dan berisi orang-orang berkualitas, kata Sudirman, Minggu. Artinya, Tim Anti Mafia Migas, begitu saya sebut, bekerja mulai hari ini, Senin (17/11).

Menurut Sudirman, kondisi sektor migas sendiri semakin terpuruk dari tahun ke tahun. Cadangan minyak dan gas telah menurun sejak tahun 2001 dan tingkat pemulihan cadangan hanya 60 persen.

Selain itu, kapasitas pengangkatan Kilang di Indonesia juga melemah dari 1,5 juta barel per hari pada tahun 1997, menjadi hanya sekitar 800 ribu barel per hari. “Jika mafia migas ini tidak diantisipasi, kerugian negara bisa semakin parah,” kata Sudirman.

Dalam diskusi mengenai program ekonomi pemerintahan Jokowi-JK, saat kampanye Pilpres, Faisal Basri pernah menyebut ada empat jenis mafia di Indonesia, yaitu mafia minyak, mafia ternak, mafia gula, dan mafia benih.

Tak kalah dengan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini yang harus mendekam di penjara terkait kasus korupsi di daerah tersebut.

Sudirman mengatakan lembaga yang akan dinilai oleh tim yang dipimpin Faisal Basri ini adalah Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Satuan Tugas Khusus Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) dan Pertamina Energy Trading Limited ( Burung laut).

Transparansi di sektor minyak dan gas

Upaya pemberantasan korupsi di sektor migas juga menjadi fokus pemerintah Tiongkok. Sejak tahun lalu, Presiden Xi Jinping telah meluncurkan langkah-langkah antikorupsi, yang menargetkan sejumlah “pemain” di sektor energi, khususnya mereka yang terkait dengan mantan menteri energi dan keamanan Zhou Yonkang dan mantan perdana menteri Li Peng.

Selain mendapat pujian, tindakan Jinping juga dinilai sebagai upaya untuk menghilangkan pengaruh kubu Li Peng, salah satu tokoh berpengaruh dalam politik di Negeri Tirai Bambu. Sektor energi di Tiongkok dikuasai oleh perusahaan milik negara. Mereka yang menguasai sektor ini bisa membeli listrik.

Pemerintahan Jinping merasa perlu memberantas korupsi yang meluas di sektor minyak dan energi untuk menghindari terulangnya kejadian satu dekade lalu, ketika Tiongkok mengalami krisis energi yang menyebabkan pelonggaran izin bagi mereka yang memiliki akses terhadap listrik.

Sulit bagi pengusaha biasa untuk memasuki sektor energi tanpa bekerja sama dengan pihak berwenang. Korupsi lahir dari sini.

Di negara-negara maju, tren transparansi di sektor bisnis energi semakin menguat. Berdasarkan catatan aktivis Oxfam Ian Gary di laman The Hill.Com, Kanada dan Australia, dua negara yang terkenal dengan bisnis migasnya, pada bulan ini memperkenalkan peraturan mengenai transparansi bisnis migas. Parlemen Australia mengeluarkan peraturanPublikasikan apa yang Anda bayar”, yang mewajibkan perusahaan migas mengumumkan seluruh transaksi pembayaran, baik yang beroperasi di dalam negeri maupun di luar negeri.

Australia dan Kanada mengikuti momentum yang diciptakan oleh AS dengan Undang-Undang Dodd-Frank tahun 2010 dan Pedoman Transparansi dan Akuntansi tahun 2013, oleh Komisi Eropa. Keduanya memerlukan transparansi bagi perusahaan migas dalam segala hal, khususnya transaksi pembayaran. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya korupsi, melalui suap terhadap pegawai negeri sipil dan/atau politisi. Parlemen Inggris juga akan mengikuti contoh Kanada dan Australia bulan ini.

Ian Gary mengatakan, upaya transparansi ini membantu masyarakat setempat mengetahui berapa banyak hasil produksi perusahaan migas dari wilayah eksplorasi dan berapa banyak yang dikembalikan dan dinikmati oleh masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut, termasuk untuk layanan kesehatan, sanitasi, dan pendidikan. Pada pertengahan tahun 2015, diperkirakan 28 negara anggota UE akan mengadopsi aturan transparansi di sektor minyak dan gas.

Tim Anti Mafia Migas yang dibentuk pemerintahan Jokowi akan bekerja selama enam bulan. Dari tim yang dipimpin Faisal Basri yang tak henti-hentinya meneriakkan keberadaan mafia migas ini, diharapkan lahir regulasi dan iklim usaha migas yang lebih transparan dan adil bagi masyarakat Indonesia. Apa yang dimulai di negara-negara maju di mana perusahaan-perusahaan raksasa minyak dan gas tersebar di seluruh dunia dan mengeruk kekayaan alam kita mungkin bisa memanfaatkan momentum ini. —Rappler.com

Uni Lubis, mantan Pemimpin Redaksi ANTV, menulis blog tentang 100 hari pemerintahan Jokowi. Ikuti Twitter-nya @unilubis dan membaca blog pribadinya unilubis.com.


Togel Sydney