• November 22, 2024
Globalisasi, solusi ironis IMF bagi Indonesia

Globalisasi, solusi ironis IMF bagi Indonesia

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Pesan Lagarde yang mengajak Indonesia menerima globalisasi dinilai ironis oleh penulisnya

Pidato Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde di Universitas Indonesia, 1 September lalu, penuh dengan kata-kata manis yang mampu menyejukkan masyarakat Indonesia yang mendengarnya.

Mereka yang kritis akan kehilangan pesan sejati Lagarde, yakni ajakan agar Indonesia merangkul globalisasi dan perdagangan bebas dengan janji mewujudkan impian indah generasi mudanya.

Hal ini dapat membantu generasi muda Indonesia menjadi warga dunia yang sesungguhnya,” kata Lagarde.

Dalam pidatonya, Lagarde menyebut kata “global” sebanyak 34 kali, termasuk dalam kalimat yang mendorong Indonesia menguasai pasar dunia.

Ada kelas pasar baru yang harus ditaklukkan – tidak hanya di wilayah Anda, tetapi juga di seluruh dunia.”

Menurut Lagarde, hal tersebut dapat diwujudkan dengan mengembangkan potensi ekonomi di bidang manufaktur, pertanian, dan jasa.

Hal ini mungkin dilakukan. Dengan mengembangkan potensi perekonomian di bidang manufaktur, pertanian dan jasa.”

Lebih spesifiknya, dia meminta pemerintah Indonesia meningkatkan pembangunan infrastruktur, melonggarkan kebijakan investasi dan perdagangan agar tidak menghambat sektor swasta.

Namun pertama-tama, mereka harus menghilangkan pembatasan yang membelenggu sektor swasta.”

Jika disimak baik-baik, isi pidato Lagarde mengandung sejumlah ironi.

Pertama, ia memperkirakan masa depan perekonomian dunia akan lesu, apalagi jika Federal Reserve, bank sentral AS, memutuskan menaikkan suku bunga pada September ini. Indonesia akan menanggung risiko melemahnya arus modal, tingginya suku bunga, dan ketidakstabilan keuangan

Ironisnya, jika perekonomian global diprediksi lesu dan penuh ketidakpastian, mengapa Indonesia malah diminta terbuka terhadap globalisasi?

Bukankah seharusnya pemerintah lebih melindungi perekonomian nasional dari ulah spekulan asing dan membatasi peran swasta dalam menguasai sektor-sektor yang merugikan hajat hidup orang banyak sebagaimana diatur dalam UUD 1945?

Kedua, dalam pidatonya, Lagarde memuji komitmen Presiden Joko “Jokowi” Widodo terhadap “UU Pengadaan Tanah” atau peraturan pengadaan tanah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur. Menurutnya, infrastruktur merupakan bagian penting dalam globalisasi ekonomi.

“…infrastruktur yang modern dan efisien sangat penting untuk menghubungkan masyarakat dan pasar di dalam negeri dan dengan dunia.”

Ironisnya, pembangunan infrastruktur di Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi justru seolah membuka pasar bagi perusahaan dan tenaga kerja asing. Misalnya, perusahaan Jepang dan China saat ini sedang bersaing memperebutkan proyek kereta peluru Jakarta-Bandung.

Ketiga, Lagarde menyebut pertanian sebagai salah satu bidang yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan daya saing perekonomian Indonesia di pasar global.

Ironisnya, Indonesia masih berjuang untuk mencapai swasembada pangan. Globalisasi pertanian dengan melonggarkan peraturan bagi pihak swasta dan asing justru akan merugikan dan menghambat program ini.

Misalnya saja persoalan mafia ternak yang terjadi belakangan ini. Pemerintah Indonesia berupaya memangkas kuota impor sapi Australia, namun apa hasilnya? Harga daging sapi naik karena permainan mafia.

Jika IMF memang bermaksud memberikan nasihat yang baik bagi ketahanan perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian dan kelesuan perekonomian global, maka IMF harus memberikan strategi yang efektif untuk melindungi perekonomian Indonesia dari tekanan dan intervensi pihak asing.

Jika Indonesia mampu mewujudkan kemandirian dan swasembada pertanian dan pangan tanpa hambatan dari pihak asing, maka Indonesia akan benar-benar mampu bersaing di pasar global.

Kalau makannya masih susah dan susah, bagaimana bisa bersaing di pasar global? —Rappler.com

Caroline Kalempouw adalah seorang penulis dengan latar belakang pendidikan M.Sc jurusan Fisika Murni dari Universitas Indonesia. Sejak tahun 2005 ia tinggal bersama suaminya di Chicago, Amerika Serikat.

BACA JUGA:

game slot gacor