Guru agama hingga PNS
- keren989
- 0
Turut menjadi korban tiga warga negara Indonesia yang bekerja di Arab Saudi dan seorang pegawai bank syariah, ketua kelompok termuda.
JAKARTA, Indonesia – Empat puluh enam WNI tewas dalam tragedi Mina di Arab Saudi pekan lalu. Ratusan warga lainnya juga tewas dan terluka.
Tragedi Mina merupakan kejadian haji terbesar dalam 25 tahun terakhir.
Mulai dari ustadz hingga pejabat pemerintah, berikut sederet cerita di balik korban warga negara Indonesia (WNI) yang tewas dalam tragedi Mina.
Nero, guru agama
Setelah beredar kabar simpang siur, akhirnya Sumaniro Sahi Astro (57), warga Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, dipastikan menjadi salah satu korban tewas tragedi Mina.
Ya dikenal bekerja sebagai guru agama di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Sidomulyo, Probolinggo. Menurut lurah tempat tinggalnya, meski kesehariannya pendiam, Nero merupakan warga yang aktif berkontribusi dalam pembangunan kota.
Kabar duka tersebut pertama kali diterima putri Nero, Reni Ayu Rahmawati, pada Kamis sore sekitar pukul 14.00 WIB. Menurut pencarian Pos JawaIstri Nero, Murti Ningsih, yang ikut menunaikan ibadah haji bersama suaminya, menelepon keluarga untuk memberitahukan kabar duka tersebut.
“Kami menerima beberapa telepon dari ibu di Mekkah, ayah meninggal di Mina. Saat ini sang ibu masih menjalani perawatan di rumah sakit. “Kami menemukan banyak foto jenazah ayahmu,” kata Reni kepada mediaJumat 25 September.
Busyaiyah, PNS Kalimantan
Busyaiyah Sahel Abdul Ghafar (50) adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Gubernur Kalimantan Barat. Terakhir kali ia memberi kabar kepada keluarganya adalah saat terjadi kebakaran di tenda jamaah haji asal Indonesia. Tak ada yang menyangka ini akan menjadi kontak terakhir Busyaiyah dengan keluarganya.
Busyaiyah berangkat haji bersama suaminya Abdul Wahab Idris. Terkait kondisi Abdul Wahab, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membenarkan kepada Rappler bahwa suami mendiang saat ini baik-baik saja.
Suami almarhum masih bersama petugas saat jenazah berhasil diidentifikasi, kata Lukman belum lama ini.
Adryansyah Idris Usman, ketua kelompok termuda dan pegawai bank syariah
Adryansyah merupakan salah satu pimpinan rombongan haji rombongan terbang (berebut) BTH 14. Di antara pimpinan rombongan lainnya, pria yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai Bank Muamalat ini merupakan yang termuda.
Ibunya, Pataghi Musa, merasa sangat sedih atas kepergian Adryansyah.
“Saya tidak bisa lagi melihat foto atau memegang foto Adryansah karena sayalah yang melahirkan dan merawatnya sepanjang waktu hingga tragedi tersebut merenggut nyawanya.” kata Patagi.
Reni Arfiani Kaherdin, rajin menjaga tali silaturahmi
Bagi Rian EC, Reni bukan sekedar ibu rumah tangga biasa. Jemaah rombongan Pontianak adalah bibi dan ibunya.
“Semasa hidupnya dia adalah sosok pengganti ibuku, kalau ibuku berangkat kerja, aku selalu memanjakannya,” kata Ria kepada Rappler, Senin 28 September.
“Dia adalah wanita terkuat yang pernah saya kenal, wanita yang paling bisa mempererat hubungan keluarga,” ujarnya lagi.
Saat hendak berangkat ke Mekkah, Reni berpesan kepada Rian untuk menggantikan posisinya menjaga kelima anaknya. Namun ternyata titipan tersebut tidak berlaku selama Reni berangkat haji, melainkan selamanya.
Pekerja luar negeri: Akhmad Jamhuri bin Hisyam, Wartoyo Usman Kali dan Asdinur Sanuri Hamzah
Akhmad Jamhuri, Wartoyo Usman, dan Asdinur Sanuri juga menjadi korban tragedi Mina, meski tidak menunaikan ibadah haji.
Ketiga orang ini diduga merupakan WNI yang tinggal di Arab Saudi karena bekerja di kawasan Mina pada perusahaan konstruksi Binladin Group. Rupanya mereka tewas terinjak saat kejadian.
Binladin adalah kontraktor proyek perluasan Masjidil Haram, sebelum proyek tersebut dievaluasi keberlanjutannya oleh Kerajaan Arab Saudi setelah kejatuhannya. derek beberapa waktu lalu di Masjid Agung. Kelompok Binladin diduga ikut bertanggung jawab atas bencana tersebut.—Dengan laporan dari Febriana Firdaus/Rappler.com
BACA JUGA: