• October 10, 2024
Haedar Nashir digadang-gadang akan memimpin Muhammadiyah

Haedar Nashir digadang-gadang akan memimpin Muhammadiyah

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Haedar dikenal sebagai ulama, pengurus aktif Muhammadiyah, serta sosiolog.

JAKARTA, Indonesia—Dalam satu langkah, Ketua Umum PP Muhammadiyah akan terpilih. Tepat malam ini, Kamis 6 Agustus, salah satu dari 13 calon Ketua PP Muhammadiyah akan dipilih berdasarkan musyawarah mufakat.

Siapa saja 13 calon ketua? Berikut daftar dan suaranya:

  1. Haedar Nashir (1.947 suara)
  2. Yunahar Ilyas (1.928 suara)
  3. A. Dahlan Rais (1.827 suara)
  4. M Buysro Muqoddas (1.811 suara)
  5. Abdul Mu’ti (1.802 suara)
  6. Anwar Abbas (1.436 suara)
  7. Muhajir Effendy (1.279 suara)
  8. Syafiq A Mughni (1.198 suara)
  9. Dadang Kahmad (1.146 suara)
  10. Suyatno (1.096 suara)
  11. Agung Danarto (1.051 suara)
  12. M Niat Baik Zubir (1.049 suara)
  13. Hajriyanto Y Thohari (968 suara)

Lalu siapa yang akan terpilih?

Menurut Ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar, 13 calon ketua umum tersebut memiliki kualitas yang sama.

“Tapi biasanya yang dipilih adalah calon ketua umum dengan suara terbanyak,” kata Dahnil kepada Rappler.

Namun hal ini tidak bisa dijadikan patokan. Pada tahun 1938, Kongres Muhammadiyah yang diadakan di Ujungpandang – sekarang disebut Makassar – menggantikan Abdul Rozak Fachruddin sebagai ketua umum, meski tidak memperoleh suara terbanyak.

Jadi AR Fachruddin menjadi ketua karena Buya Hamka yang mendapat suara terbanyak tidak bersedia, dia merasa tidak pantas,” ujarnya.

Pada pemilu kali ini, Dahnil memprediksi Haedar Nashir akan menjadi ketua umum.

Haedar Nashir, sarjana dan sosiolog

Haedar tidak hanya menyelesaikan program sarjananya tetapi juga magister dan doktoralnya di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada.

Pria kelahiran Bandung, 14 Juli 1963 ini berprofesi sebagai dosen. Dia juga seorang penulis. Haedar menerbitkan bukunya yang berjudul “Gerakan Pembaruan Muhammadiyah” pada tahun 2010.

Tulisan ini tidak lepas dari kesehariannya sebagai Ketua Ikatan Mahasiswa PP Muhammadiyah periode 1983-1986. Haedar kemudian diangkat menjadi Ketua Departemen Kader PP Muhammadiyah periode 1985-1990.

Dalam sebuah wawancara, Haedar pernah mengutarakan pendapatnya mengenai permasalahan umat beragama di Indonesia saat ini. Ia mengatakan masyarakat Indonesia membutuhkan kehadiran agama, namun tidak semua fiqh.

“Tapi, agama punya dimensi sopan santun. Jadi, cara pandang sopan santun inilah yang harus dihadirkan oleh agama di zaman modern seperti ini,” dia berkata. —Rappler.com

akun slot demo