• November 25, 2024
Hanya 490 psikiater untuk 100 juta Pinoy

Hanya 490 psikiater untuk 100 juta Pinoy

Tanggal 10 Oktober adalah Hari Kesehatan Mental Sedunia. Di Filipina, kebutuhan yang mendesak adalah mengembangkan layanan kesehatan mental masyarakat untuk membantu mengurangi tekanan terhadap fasilitas pemerintah yang tidak memadai.

MANILA, Filipina – 10 Oktober adalah Hari Kesehatan Mental Sedunia. Hal ini juga terjadi bertepatan dengan peringatan 23 tahun Local Government Code (LGC) di Filipina.

LGC antara lain mendelegasikan penyediaan layanan kesehatan kepada unit pemerintah daerah (LGU). Namun karena fasilitas kesehatan nasional kekurangan peralatan dan staf, memperkuat pusat kesehatan setempat sangatlah penting karena hal ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan mental dan memastikan bahwa layanan yang tepat akan diberikan kepada mereka yang paling membutuhkan.

“Hanya ada 490 psikiater untuk 100 juta penduduk Filipina. Kurang dari 5% dokter umum memiliki pengetahuan tentang penilaian dan pengelolaan masalah kesehatan mental yang umum seperti depresi,” kata Dinah Nadera, seorang psikiater dan profesor di Universitas Terbuka Filipina Nadera.

Yang memperburuk keadaan adalah tidak adanya undang-undang yang komprehensif di Filipina, dan kurangnya fasilitas untuk memberikan perawatan yang layak.

Stigma seputar masalah kesehatan mental juga mempersulit masyarakat Filipina untuk meyakinkan bahwa kesehatan mental bukan hanya masalah kejiwaan yang memerlukan penahanan di fasilitas kesehatan.

Lebih dari sekedar gangguan

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental bukan hanya sekedar bebas dari gangguan mental.

Dia mendefinisikan kesehatan mental sebagai “keadaan sejahtera dimana setiap individu menyadari potensi dirinya, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.”

Nadera mengatakan, permasalahan kesehatan jiwa mencakup dampak psikologis dari berbagai faktor sosial ekonomi dan lingkungan, seperti dampak kekerasan dalam rumah tangga, perundungan, konflik bersenjata, bencana, dan tinggal di panti seperti panti asuhan, penjara, dan panti jompo.

Karena cakupan kesehatan jiwa sangat luas, maka perlu adanya pelatihan dokter umum bahkan non-dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa. (BACA: Siapa yang Bicara Tentang Perawatan Kesehatan Mental?)

Pemerintah daerah dan masyarakat memainkan peran penting dalam hal ini, terutama karena hanya sedikit psikiater yang dapat melayani masyarakat.

Sasaran Terobosan untuk tahun 2014

Pada tahun 2001, Menteri Kesehatan saat itu, Manuel Dayrit, menyusun kebijakan kesehatan mental nasional. Namun karena tidak adanya undang-undang, kebijakan tersebut tidak memiliki kerangka hukum.

Saat ini pemberian layanan kesehatan jiwa tertuang dalam berbagai undang-undang, seperti KUHP, KUHP, dan Magna Carta Penyandang Disabilitas.

Tahun ini, Departemen Kesehatan (DOH) mengumumkan dua tujuan terobosan untuk meningkatkan pemberian layanan kesehatan mental.

Tujuan pertama adalah meningkatkan jumlah provinsi yang telah mengintegrasikan layanan dan program kesehatan mental ke dalam sistem layanan kesehatan primer dan sekunder dari 0 menjadi 10 pada tahun 2016. Artinya, dokter umum akan dilatih untuk menangani masalah kesehatan mental yang umum seperti depresi dan psikosis.

Sasaran kedua adalah meningkatkan persentase rumah sakit tingkat 1 dan 2 yang memiliki klinik psikiatri rawat jalan atau Unit Psikiatri Akut (APU) dari baseline yang tidak diketahui menjadi 100% pada tahun 2016. Hal ini berarti pendirian bangsal psikiatris di rumah sakit umum, yang saat ini sebagian besar merupakan fasilitas yang berdiri sendiri.

Peran komunitas

Menurut laporan WHO tahun 2006, Filipina hanya menghabiskan 5% dari total anggaran kesehatan untuk kesehatan mental. Sebagian besar dana tersebut digunakan untuk operasional dan pemeliharaan rumah sakit jiwa.

Meskipun Filipina memiliki berbagai jenis fasilitas kesehatan mental—mulai dari rumah sakit, perawatan harian, hingga fasilitas rawat jalan—hampir semuanya berlokasi di kota-kota besar.

Nadera mengakui masih ada ruang untuk perbaikan dalam fasilitas kesehatan mental, seperti berinvestasi pada lebih banyak peralatan, obat-obatan, dan staf.

Namun dia mengatakan kebutuhan mendesaknya adalah mengembangkan layanan kesehatan mental masyarakat, untuk membantu pasien merasa nyaman kembali ke masyarakat.

“(Fasilitas Pemerintah) tidak bisa memulangkan pasien jika masyarakat belum siap menerima dan terus merawat pasien. Selama layanan kesehatan mental masyarakat masih belum berkembang, kami berkontribusi terhadap tidak memadainya fasilitas negara,” kata Nadera.

Namun mengingat stigma yang masih melekat pada masalah ini, dapatkah pusat kesehatan di barangay merawat orang-orang dengan masalah mental?

Nadera mengatakan bahwa pelatihan perawatan kesehatan mental yang tepat harus dikoordinasikan di semua tingkatan agar efektif dan mencakup semua sektor: kesehatan, pendidikan, layanan sosial, kepolisian, dan masyarakat.

“Melalui ini, kami berharap dapat mengurangi stigma terhadap kebutuhan kesehatan mental,” tambahnya.

Namun Nadera menekankan bahwa meski ada dorongan untuk memberikan layanan masyarakat yang lebih baik, pemberlakuan undang-undang tidak boleh diabaikan.

“’Semua orang dengan gangguan jiwa mempunyai hak untuk menerima pengobatan dan perawatan berkualitas tinggi yang diberikan oleh layanan kesehatan yang responsif. Mereka harus dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak manusiawi dan diskriminasi. Itu adalah prinsip utama,” kata Nadera.

“Penderita gangguan jiwa merupakan bagian masyarakat yang rentan. Orang dengan gangguan mental menghadapi stigma di sebagian besar masyarakat. Ini tidak ada hubungannya dengan devolusi.” – Rappler.com

Keluaran HK Hari Ini