Indonesia tidak mempunyai darurat guru, hanya saja distribusinya tidak merata
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Menurut konsultan pendidikan ini, Indonesia tidak kekurangan tenaga pengajar karena saat ini terdapat kurang lebih 3 juta guru bersertifikat.
JAKARTA, Indonesia — Indonesia tidak kekurangan guru, namun pemerataan guru di nusantara masih menjadi permasalahan.
Hal tersebut diungkapkan konsultan pendidikan Program Kemitraan untuk Pengembangan Kapasitas dan Analisis Pendidikan (ACDP), Totok Amin Soefijanto. Menurutnya, Indonesia sebenarnya tidak kekurangan tenaga pengajar karena saat ini terdapat sekitar 3 juta guru bersertifikat.
“Secara nasional sebenarnya bukan kekurangan guru, tapi distribusinya yang jadi masalah,” kata Totok.
(BACA: Anies Baswedan dan Perjalanannya Mereformasi Sekolah di Indonesia)
Oleh karena itu, pemerintah telah mengambil beberapa kebijakan untuk pemerataan distribusi guru di Indonesia, seperti Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 62 Tahun 2013 dan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Melalui kebijakan tersebut, pemerintah pusat dapat melakukan intervensi terhadap distribusi guru di daerah dengan tunjangan profesi.
Selain itu, bisa juga dengan skema Guru Garis Depan yang menurut saya merupakan jalan keluar dalam pemerataan guru, kata Totok.
Ini merupakan program pengiriman guru ke daerah terpencil yang belum memiliki tenaga pengajar.
Guru-guru yang diutus merupakan mereka yang mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada Desember lalu dan kini berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Mereka harus menjalani pelatihan. Program ini akan terus berlanjut hingga kebutuhan guru di daerah terpencil terpenuhi.
Bulan lalu, Presiden Joko “Jokowi” Widodo meluncurkan program Guru Garis Depan di empat provinsi, yakni Papua, Papua Barat, Aceh, dan Nusa Tenggara Barat. Terdapat 800 guru SD yang dikirim ke 38 kabupaten di empat provinsi tersebut.
Pemerintah siap mengganti 26.000 guru pensiunan
Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dasar dan Menengah sedang mempersiapkan penggantian 26.000 guru Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang pensiun pada tahun ini.
Namun, menurut Kepala Bagian Persiapan Program Direktorat Program dan Evaluasi Ditjen P2TK Dikdas Tagor Alamsyah Harahap, saat ini belum ada persiapan untuk menggantikan guru-guru yang pensiun tersebut.
“Jadi ketika mereka pensiun, mereka mau tidak mau buang air besar di luar. (Tapi) lebih dari itu, mekanismenya tidak diatur,” ujarnya saat berbincang dengan wartawan di kantor Kementerian, Senayan, Rabu, 24 Juni.
(BACA: Masalah Guru Honorer yang Tak Ada Habisnya)
Menurut Tagor, meski banyak lulusan Perguruan Tinggi (PT) maupun non-PT, namun mereka tidak bisa menjadi guru jika belum lulus Pendidikan Profesi Guru (PET).
“Apakah persediaan PPG cukup? Belum. Kemampuan LPTK masih sangat terbatas. “PPGnya saja sekitar 10.000,” ujarnya.
Oleh karena itu, pemerintah harus mencari cara untuk menggantikan 16.000 guru yang akan memasuki masa pensiun.
“Kalau LPTKnya kompeten dan punya jurusan terbuka sebenarnya bisa (kita bisa mendapat pengganti yang cukup). Misalnya masalahnya di Kalimantan Barat, banyak guru Bahasa Inggris yang pensiun, tapi di sana tidak ada jurusan Bahasa Inggris, di Surabaya, jadi sulit di sini. “Jadi pekerjaan rumah kita banyak,” kata Tagor. —Rappler.com