Jalan bantu sepanjang jalur evakuasi Gunung Raung
- keren989
- 0
Rencana evakuasi telah selesai. Namun tahukah Anda kalau jalan untuk mengevakuasi warga di sekitar Gunung Raung kurang ramah untuk dilintasi? Berbatu dan curam.
BONDOWOSO, Indonesia — Pada Senin sore, 13 Juli, langit di Sumberwringin cerah dan biru. Saat Rappler memasuki kawasan di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, warga tampak beraktivitas seperti biasa. Meski berjarak 12 kilometer dari tempat tinggal mereka, Gunung Raung aktif mengeluarkan lahar.
Sasaran Rappler sebenarnya bukan hanya Desa Sumberwringin saja, melainkan sebuah dusun bernama Sepanas. Dusun ini masih berada di kecamatan Sumberwringin, dan merupakan dusun terluar yang berbatasan langsung dengan Gunung Raung.
Jarak Dusun Sepanas dari Gunung Raung hanya 8 kilometer.
Untuk menuju ke sana, Rappler harus terlebih dahulu meminta izin kepada Komandan Distrik Militer (Koramil) Sumberwringin yang terletak sekitar 17 kilometer dari Gunung Raung.
Di sana kami bertemu dengan seorang tentara yang menjaga pos pengungsi bernama Ahmad Afandy. Setelah menanyakan tujuan kegiatan kami, beliau membawa kami dengan mobil yang cocok untuk area pendakian gunung tipe Taft GT.
Pertama, setelah meninggalkan pusat kecamatan Sumberwringin, kami melewati hutan belantara. Di hutan tropis tersebut, Anda masih bisa melihat berbagai rumah warga, bahkan penjual bensin dan solar. Kami berhenti sebentar untuk mengisi bahan bakar.
Kemudian kami mulai menjelajahi jalan yang belum beraspal. Selanjutnya kami menyusuri jalan tanah dan berbatu sepanjang sisa 6 kilometer menuju Dusun Sepanas.
Pemandangan Gunung Raung dan asapnya yang mengepul menghiasi langit Sumberwringin.
Sepanjang jalan menuju desa, di kiri dan kanan kami melihat perkebunan kopi. Masyarakat Sumberwringin sudah lama menanam kopi.
Selama perjalanan darat tanpa aspal ini, mobil kami terkadang harus miring ke kanan dan ke kiri, karena jalanan tidak rata. Seiring dengan banyaknya bebatuan berukuran sedang yang berserakan di sepanjang perjalanan, pengemudi mobil harus menyeimbangkan kemudi agar perjalanan kami tidak terpental.
Dalam perjalanan terkadang jalanan sangat terjal atau menanjak. Jika jalanan terjal, pengemudi akan menghentikan mobilnya dengan mengerem. Sebaliknya, jika jalanan menanjak, pengemudi akan mundur beberapa meter dan berakselerasi penuh, sehingga mobil dapat melaju lebih bertenaga ke atas bukit.
Jalan berbatu dan tidak rata ini harus kami lalui selama hampir 1 jam. Dan disebelahnya kami melihat deretan perkebunan kopi.
(BACA: Persiapan Idul Fitri bagi warga sekitar Gunung Raung)
Sampai kemudian kami sampai di Dusun Tol-Tol Barat. Dusun ini berjarak sekitar 3 kilometer dari Dusun Sepanas. Ada sekitar 196 warga yang tinggal di sini.
Kami melanjutkan perjalanan karena jarak yang tersisa hanya 3 kilometer.
Sayangnya, ban mobil pecah di sisa kilometer pertama. Ban pecah setelah terpaksa menanjak tanjakan yang cukup tinggi di jalan berbatu tentunya.
Kami panik karena tidak ada kendaraan yang membawa kami pulang.
Anehnya, kami memutuskan untuk meninggalkan mobil dan berjalan kaki.
Sayangnya, jalan di lereng ini tampaknya juga tidak mudah. Sesak napas. Dan mungkin monyet hutan yang berkeliaran menertawakan kami saat kami bergegas menuju puncak kota.
(DALAM FOTO: lava bercahaya Berg Raung)
Sampai saat itu, seorang tentara datang dengan sepeda motor trail. Dia menghampiri kita seperti malaikat. Kita diselamatkan.
Sisa perjalanan sejauh 2 kilometer dilanjutkan dengan sepeda motor trail. Hingga kami melihat sebuah desa di atas dusun tersebut, dengan pemandangan Gunung Raung di depan mata.
Mimpi evakuasi
Sesampainya di puncak, kami disambut oleh warga. Rappler langsung memaparkan rencana evakuasi warga yang telah dipersiapkan secara rapi oleh tim TNI dan aparat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Apakah evakuasi bisa dilakukan dengan kondisi jalan seperti jalan neraka?
“Mungkin saja. Kami sudah menyiapkan 5 truk di bawah,” kata tentara yang menemani kami.
Perhitungannya, truk tersebut akan mengangkut 50 warga Dusun Sepanas dan 196 warga Tol Barat. Truk tersebut akan diberangkatkan dari posko pengungsian yang berjarak sekitar 7 kilometer dari kota.
Artinya, truk harus menempuh jarak 14 kilometer (pulang pergi) untuk menyelamatkan warga dari awan panas dan bebatuan Gunung Raung yang membara, jika nanti terjadi erupsi.
Berapa jarak yang harus ditempuh? Dalam perhitungan kami, dibutuhkan setidaknya 1,5 jam untuk menempuh perjalanan melalui kota dan kembali ke pos pengungsian.
Pertanyaan besar bagi kita setelah menelusuri jalur evakuasi? Apakah pemerintah akan bersiap? rencana B mengevakuasi warga? Sebab hingga saat ini jalan neraka ini jelas sulit untuk diandalkan. —Rappler.com