Jelajahi pekerjaan tim DVI AirAsia
- keren989
- 0
SURABAYA, Indonesia – Sudah hampir dua pekan sejak penerbangan AirAsia QZ8501 tujuan Surabaya-Singapura jatuh ke perairan Minggu, 28 Desember lalu. Tim pencarian dan penyelamatan Tim gabungan (SAR) bekerja keras mengevakuasi 155 penumpang dan 7 awak kapal. Hingga hari ini, Jumat (9/1), sudah ditemukan 48 jenazah yang sebagian besar mengapung di air, dan ada pula yang masih ditemukan dengan sabuk pengaman di kursi pesawat.
Usai dievakuasi, para korban dibawa ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, sebelum dikirim ke Surabaya, Jawa Timur, untuk proses identifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI). Hingga Kamis (8/1), tim DVI telah berhasil mengidentifikasi 25 jenazah dan akan terus bertambah setiap harinya.
Tim DVI menggunakan beberapa cara untuk mengidentifikasi korban. Beberapa kali tim DVI kesulitan mengenali korban karena terlalu lama berada di dalam air. Teknik yang digunakan DVI mengikuti standar Interpol.
Dalam konferensi pers yang digelar setiap hari setelah penerbangan AirAsia QZ8501 jatuh, tim DVI membeberkan metode identifikasi yang digunakan. Pertama, menggunakan metode primer yang mencakup sidik jari, catatan kesehatan gigi, dan DNA. Selain metode identifikasi sekunder atau pendukung, yang meliputi rekam medis, properti, dan fotografi.
DVI bekerja dengan membandingkan data ante mortem dan post mortem korban untuk menemukan kecocokan antara keduanya. Ante mortem adalah ciri-ciri unik yang terdapat pada tubuh korban, seperti bentuk gigi, sidik jari, tanda lahir, atau pakaian yang dikenakannya sebelum meninggal. Data ante mortem biasanya diperoleh dari keterangan keluarga atau kerabat korban.
Sedangkan pemeriksaan postmortem adalah ciri-ciri fisik korban setelah meninggal.
Rappler Indonesia berkesempatan mengintip proses kerja tim DVI di posko ante mortem Surabaya, di mana mereka tanpa lelah bergelut dengan data korban setiap harinya. Di pos ante mortem inilah seluruh informasi mengenai korban diperoleh.
Terdapat beberapa posko di posko ante mortem, Crisis Center, Polda Jatim. Berikut rinciannya:
Pertama adalah postingan koleksi foto. Pada postingan kali ini, foto-foto penumpang sebelum kecelakaan dikumpulkan untuk dijadikan arsip identifikasi.
Keduasetelah penyerahan data ante mortem.
Posisi ini bertugas mengumpulkan data medis. Data medis yang relevan meliputi jenis kelamin, usia, tinggi badan, berat badan dan sejenisnya. Data-data mengenai tanda-tanda khusus korban juga dikumpulkan, seperti bekas luka operasi, bekas sayatan, tindik, tato, tanda lahir, dan lain sebagainya.
Ketiga, pos catatan gigi. Pada posisi ini, terdapat kurang lebih 6-7 orang dokter gigi dari instansi dan akademisi yang bertugas. Data yang diambil berupa data riwayat perawatan gigi, rontgen gigi dan foto klinis gigi. Misalnya saat korban tersenyum, giginya terlihat.
Keempat, pos DNA. Postingan DNA ini mengumpulkan data dari tes DNA. Sampel perbandingan diambil dari garis vertikal. “Bisa dari orang tua atau anak. “Bisa juga ada beberapa barang pribadi korban yang hanya digunakan olehnya saja,” kata dr. Sri Handayani, petugas kendali mutu di pos ante mortem.
Pada postingan DNA ini, data sidik jari korban juga diambil dari Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau ijazah yang bersangkutan. Dalam hal ini, tim Inafis bertugas mengidentifikasi sidik jari korban.
Kelima, memposting rekaman CCTV. Pos CCTV ini digunakan untuk mengetahui barang apa yang digunakan korban sebelum lepas landas. Rekaman diambil beberapa saat sebelumnya berjalan di Nantinya akan sesuai dengan harta benda yang ditemukan pada postmortem.
Keluarga juga diminta menyerahkan data harta benda korban. Misalnya perhiasan apa yang dikenakan korban, di bagian tubuh mana perhiasan tersebut dikenakan, dan ciri-ciri harta benda itu sendiri. Foto korban yang sedang menggunakan properti juga bisa menjadi data tambahan.
Seluruh data yang diperoleh tim DVI pada pos ante mortem akan dikaji kemudian pada rapat prakonsiliasi dan rekonsiliasi. Sejauh ini tim DVI mencoba mengidentifikasinya dari dua data primer yakni sidik jari, rekam gigi, atau DNA.
Catatan gigi, salah satu metode identifikasi yang paling penting
Salah satu metode utama yang sangat membantu identifikasi, selain DNA, adalah rekam gigi.
Bagaimana prosesnya? Berikut petikan laporan Rappler Indonesia bersama drg. Monika Shinta, dokter gigi forensik Kementerian Perhubungan yang bekerja di posko ante mortem.
Untuk pemeriksaan gigi, data yang diminta berupa data riwayat perawatan gigi, foto rontgen gigi, dan foto klinis. Misalnya, saat korban tersenyum, apakah ada giginya yang bengkok, kata Monika.
Menurut penjelasan Monika, gigi tersebut akan tetap bertahan saat terjadi kecelakaan, meski tubuhnya hancur. “Sehingga gigi akan tetap utuh karena tahan terhadap suhu tinggi. Misalnya korban tenggelam, jenazah juga ikut hancur, namun giginya tetap utuh. Oleh karena itu, gigi adalah identifikasi utama.”
Saat ditemui, Monika sedang melakukan rendering data rekam gigi. Kondisi semua gigi dicatat. Mana yang kurang, jenis penambalan gigi, perawatan akar, mahkota dan jaket, perawatan kawat gigi, dan juga penggunaan gigi palsu.
“Karena tentu saja setiap orang berbeda. Harus ada kualitas khusus. “Tidak ada yang seratus persen sama,” jelasnya.
“Gigi akan tetap utuh karena tahan terhadap suhu tinggi. Misalnya korban tenggelam, badan hancur, namun giginya tetap utuh. Itu sebabnya gigi adalah identifikasi utama.”
Lebih lanjut Monika menjelaskan beberapa isi data ante mortem tim DVI.
“Kami mencatat semua giginya. Gigi atas ada, gigi bawah ada 32. Misalnya korban A, gigi kanan atas normal, lalu ada gigi yang ada tambalan di permukaan kunyahnya. Kita beri warna, tergantung jenis tambalannya, sewarna gigi atau hitam atau yang lainnya. Kita perhatikan, ‘Molar kanan atas ada plesternya’. Posisinya juga tampak lebih maju dari biasanya. Kemudian gigi yang hilang tersebut dicabut. Dan ternyata, setelah kehilangan (giginya), yang bersangkutan memakai gigi palsu, jelasnya.
Semua data diperoleh secara lengkap dari pembacaan rontgen atau dokter gigi terkait menyerahkan data rekam gigi terkait.
Dari data tersebut, seluruh data akan dipindahkan ke data replay besar secara keseluruhan, dan akan digunakan untuk pencocokan dengan data postmortem pada saat proses rekonsiliasi.
“Sekarang data 155 penumpang dan 7 awak kapal sudah lengkap. “Kita rekaman lagi untuk nanti direkonsiliasi,” pungkas Monika. —Rappler.com