• October 7, 2024
Jokowi memilih 9 perempuan sebagai anggota KPK

Jokowi memilih 9 perempuan sebagai anggota KPK

Presiden Jokowi memilih anggota panitia KPK yang seluruhnya perempuan. Siapa mereka?

JAKARTA, Indonesia — Presiden Joko “Jokowi” Widodo resmi melantik 9 anggota panitia seleksi (pansel) untuk memimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis, 21 Mei. Kesembilan anggota panel adalah perempuan. Mereka terdiri dari ahli kriminal, administrasi pemerintahan, dan sosiolog.

“Saya ingin menegaskan komitmen saya terhadap pemberantasan korupsi. “Setiap orang mempunyai kepentingan untuk memberantas korupsi,” kata Jokowi hari ini di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur.

Jokowi menegaskan, KPK harus menjadi lembaga negara yang berwibawa. “Yang berperan menjaga wibawa lembaga lain melalui pemerintahan yang bersih. “Ini bagian penting dari semangat reformasi,” ujarnya.

Oleh karena itu, Presiden memilih anggota panitia seleksi yang dikatakan kompeten dan berintegritas. Mereka terdiri dari para ahli hukum, baik ahli hukum pidana, ahli tata negara, dan ahli hukum bisnis.

Ada juga ekonom manajemen organisasi, psikolog, sosiolog, dan pakar manajemen pemerintahan.

“Dengan kriteria kompetensi seperti ini, saya berharap komisioner yang dipilih mempunyai kapabilitas penuh, mampu memperkuat institusi KPK, mampu meningkatkan sinergi KPK dengan lembaga penegak hukum lainnya agar memiliki sistem yang dibangun untuk penegakan hukum. pencegahan dan pemberantasan korupsi,” ujarnya.

Siapa saja srikandi pilihan Jokowi?

  1. Destry Damayanti, pakar keuangan dan moneter sebagai ketua dan anggota.
  2. Enny Nurbaningsih, pakar konstitusi, Ketua Badan Pembinaan Hukum Nasional, menjabat sebagai wakil ketua sekaligus anggota.
  3. Harkrituti Hasrisnowo, pakar hukum pidana dan hak asasi manusia, Ketua Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
  4. Betti S. Alisjabana, pakar TI dan manajemen.
  5. Yenti Garnasih, pakar hukum pidana ekonomi dan pencucian uang.
  6. Supra Wimbarti, pakar SDM dan psikologi pendidikan.
  7. Natalia Subagyo, pakar manajemen dan reformasi birokrasi.
  8. Diani Sadiawati, pakar hukum, direktur analisis hukum dan peraturan Bappenas.
  9. Meuthia Ganie-Rochman, sosiolog korupsi dan modal sosial.

Semua wanita? Tidak masalah

Mensesneg Pratikno mengatakan, tidak masalah jika kesembilan nama di atas diisi oleh perempuan. “Presiden memilih berdasarkan kriteria yang disampaikannya. “Ini soal kompetensi, integritas dan juga keberagaman keahlian,” kata Pratikno.

Hal ini didukung pernyataan staf khusus Sekretariat Kabinet, Jaleswari Pramodhawardani. Dalam status Facebooknya, dia menyebut Jokowi tidak memilih berdasarkan dikotomi gender.

“Presiden telah menetapkan tiga kriteria utama yang pada dasarnya perlu mempertimbangkan kemampuan, integritas, dan keberagaman anggota panel,” kata Jaleswari.

Ia juga menghimbau kepada media dan masyarakat untuk tidak menyederhanakan isu ini menjadi isu gender belaka. “Presiden bertanya balik: ‘Mengapa ketika komite yang dibentuk selama ini beranggotakan laki-laki, gender mereka tidak pernah dipertanyakan?’”

Menurutnya lagi, keputusan Jokowi menunjuk 9 panelis perempuan KPK juga bukan sesuatu yang bersejarah. Saat menjabat Wali Kota Solo, Jokowi menunjuk Kepala Satpol PP perempuan. Dalam penetapan susunan Kabinet Kerja, Presiden Jokowi juga melantik 8 menteri perempuan, terbanyak sepanjang sejarah Indonesia.

Namun, Pratikno menyebut hingga saat ini Jokowi belum bertemu langsung dengan para calon anggota panel. “Belum, tanyakan saja apakah bersedia,” ujarnya.

Usai pengumuman, Presiden akan mengundang mereka dan menjelaskan visi misi pembentukan KPK ke depan.

Panel tersebut harus steril dari kepentingan politik

Sementara itu, Plt Wakil Ketua KPK Johan Budi menyambut baik terpilihnya sembilan nama anggota panel KPK tersebut, mengingat berbagai permasalahan yang dihadapi KPK dalam beberapa waktu terakhir.

“Pemilihan pimpinan KPK saat ini sangat menentukan nasib lembaga KPK ke depan. Peristiwa gejolak yang dialami KPK pada tahun terakhir periode ketiga ini menjadi pembelajaran bagi KPK secara institusi, kata Johan kepada Rappler melalui pesan singkat.

“Tentu akan banyak kepentingan politik yang ingin berperan dalam memilih pimpinan KPK. Oleh karena itu, diperlukan sebuah panel yang kredibel, bebas dari kepentingan politik tertentu dan juga kompeten. Artinya memahami betul perlunya sosok pimpinan lembaga KPK.

Ya, ia juga menyebut rekam jejak panelisnya cukup baik meski tidak terafiliasi dengan partai politik mana pun.

“Saya melihat pengurus terpilih tidak berafiliasi atau mempunyai hubungan apapun dengan partai politik tertentu,” kata Johan.—Rappler.com

taruhan bola online