Jumat Suci untuk Bambang Widjojanto
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad menangis tersedu-sedu menceritakan pertemuan terakhirnya dengan Wakil Ketua Bambang Widjojanto pada Rabu malam, 22 Januari 2015.
Pak Abraham, mungkin ini malam terakhir kita, kata Samad, Jumat (23/1), menyamar sebagai Bambang di hadapan media dan tokoh pendukung antikorupsi.
Tak hanya Samad yang menangis, mata Deputi Pencegahan Johan Budi SP pun ikut berkaca-kaca. Sesekali dia menghela nafas.
Direktur Gratifikasi Giri Suprapdiyono pun melepas kaca tersebut. Dia tidak bisa menghentikan air mata yang jatuh. Dia menggosok wajahnya berkali-kali.
Suasana haru itu justru menjadi puncak kegelisahan keluarga KPK, kata Samad, terhadap nasib pimpinan KPK yang juga pembela HAM itu.
‘Kami telah melakukan beberapa pertemuan dalam dua minggu terakhir untuk membahas kemungkinan kriminalisasi BW’
–Sumber di Komisi Pemberantasan Korupsi
“Kami telah melakukan beberapa pertemuan dalam dua minggu terakhir untuk membahas kemungkinan kriminalisasi BW,” kata seorang pejabat KPK yang tidak mau disebutkan namanya kepada Rappler Indonesia.
Petinggi KPK tampak sudah berkoordinasi dan membahas kemungkinan BW diincar pihak-pihak yang merasa dirugikan komisi antirasuah.
Hal serupa juga diungkapkan Samad. Menurut Ketua KPK, dirinya dan Bambang sudah bicara dari hati ke hati soal itu. Dia dan BW bahkan sama-sama punya firasat.
“Kamu (kamu) telah diserang dua kali. saya tidak melakukannya. “Mungkin nanti giliranku,” kata Samad menirukan pernyataan Bambang. Yang dimaksud Bambang adalah dua penyerangan terhadap Samad, yang pertama terkait foto serupa Ketua KPK dan Puteri Indonesia 2014 Elvira Devinamira. Kedua, terkait dugaan pertemuan petinggi Samad dan PDI Perjuangan yang diungkap Sekjen partai Hasto Kristiyanto.
Samad kemudian menyusul Bambang dan menemaninya mengunjungi gitaris Slank Abdee Negara. Pukul 20.00 keduanya pergi ke rumah sakit bersama.
Usai menjenguk Abdee, Bambang kembali memberikan pernyataan yang membuat Samad tercengang. “Katanya, siapa di antara kalian yang beruntung? Kalau kita sama-sama ditahan, kita ke Mako Brimob saja, supaya dekat dengan istri saya, bisa bawakan saya makanan,” ujarnya.
Samad langsung menjawab, “Jangan seperti itu, kami masih membutuhkanmu,” ujarnya. Namun Bambang malah menjawab, “Kita harus waspada terhadap kemungkinan terburuk.”
Penangkapan setelah Fajar
Lima belas personel polisi yang dipimpin Brigjen Viktor diam-diam mengikuti Bambang Widjojanto. Diketahui Bambang meninggalkan rumahnya di Kampung Bojong, Sukamaju, Depok pada pukul 06.30 dini hari.
Saat itu, Bambang masih mengenakan sarung, baju koko berwarna putih, dan kopiah berwarna hijau. Ia menaiki mobil Suzuki Panther bernomor polisi B 1559 EFS bersama Izzat Nabila (8), siswa kelas 2 SDIT Nurul Fikri.
Versi Trunojoyo, istilah yang biasa disebut Mabes Polri, Bambang ditangkap sekitar pukul 07.30 dini hari usai mengantar anaknya ke sekolah.
Namun kuasa hukum Bambang, Nursyahbani Katjasungkana membantahnya. “Di depan putranya,” katanya.
Versi pengacara diperkuat keterangan istri Bambang, Sari Indra Dewi. “Abi sudah ditangkap,” ucapnya sambil menirukan putranya.
Hal itu dibenarkan Rappler Indonesia kepada beberapa sumber di KPK. Berdasarkan penuturan mereka, Bambang ditangkap di depan putranya, Izzat. Saat itu, tangan Bambang langsung diborgol ke belakang. Namun, dia protes.
Dia kemudian dibawa bersama Izzat dengan mobil polisi menuju Mabes Polri. Bambang berangkat ke markas dengan mobil sambil menggendong Izzat di pangkuannya.
Saat itu, Bambang mempertanyakan prosedur penangkapan. Namun salah satu polisi malah menjawab. “Ada lakban (plester) TIDAK Bagaimanapun?” dia berkata.
Sesampainya di markas, Bambang diberi kesempatan menghubungi keluarganya. Bambang menghubungi keluarga yang saat itu menjabat staf hukum KPK. Para personel tersebut kemudian menginformasikan kepada pimpinan KPK mengenai penangkapan Bambang.
Lalu, saat membuat berita acara pemeriksaan (BAP), Bambang terus mempertanyakan penangkapannya. “Saya merasa diperlakukan kasar ketika harus diborgol. “Saya merasa diteror ketika di mobil saya diberitahu bahwa saya punya banyak kasus,” kata Bambang dalam BAP.
KPK ingin menjemput Bambang
Mendengar kabar penangkapan Bambang, jajaran KPK langsung bergerak. Wakil Ketua Adnan Pandu Praja mendatangi langsung kantor Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri.
Sementara itu, Samad bertemu Presiden Joko “Jokowi” Widodo di Istana Bogor. Tujuan keduanya sama, ingin menjemput Bambang pulang ke gedung kavling C1 KPK.
Beberapa jam kemudian, tepat pukul 16.20, pimpinan KPK menggelar konferensi pers. Mereka mengeluarkan empat pernyataan keras soal penangkapan Bambang.
- Pertama, KPK memprotes keras penangkapan salah satu pimpinan KPK, Bambang Widjojanto.
- Kedua, jika penangkapan ini berkaitan dengan penangkapan kasus yang sedang ditangani KPK, KPK menegaskan penanganan kasus Komisaris Jenderal Budi Gunawan murni penegakan hukum dan tidak ada unsur lain.
- Ketiga, secara kelembagaan antara KPK dan Polri tidak ada masalah. Oleh karena itu, KPK berharap kepolisian sebagai sebuah institusi tidak dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu.
- Keempat, Komisi Pemberantasan Korupsi mengajak masyarakat untuk bersatu melawan korupsi dan melawan pihak-pihak yang berupaya memberantas korupsi.
Belakangan, menurut mantan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas, KPK mengirimkan surat permintaan pembebasan Bambang kepada Trunojoyo pada pukul 21.00 WIB.
Nasib Bambang ada di tangan Presiden
Usai memberikan keterangan pers, sejumlah tokoh memberikan testimoni soal penangkapan Bambang. Puluhan tokoh dan aktivis antikorupsi menyebut nasib Bambang ada di tangan Presiden Joko Widodo.
Mantan Pimpinan KPK Erry Riyana adalah orang pertama yang menyebut nama Jokowi. Ia mendesak Presiden Jokowi turun tangan. “Kalau tidak sesuai prosedur, kita harus turun tangan,” ujarnya.
Praktisi hukum Todung Mulya Lubis pun sependapat dengan Erry, presiden harus turun tangan. “Saya kecewa dengan pernyataan Jokowi. Sebab, presiden harus bertanggung jawab melindungi KPK dari campur tangan penegak hukum lain atau partai politik, konglomerat, atau media. Karena Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah harga mati bagi reformasi di negeri ini, ujarnya.
Lebih lanjut Direktur Pusat Kajian Antikorupsi (PUKAT) Universitas Gadjah Mada Zainal Arifin berkomentar. Dia mengatakan, Presiden bisa diduga ikut serta dalam kriminalisasi KPK.
“Polri di bawah presiden, kalau Polri digunakan untuk melakukan tindak pidana, maka seolah-olah Jokowi ikut serta dalam perbuatan tersebut,” ujarnya.
Pengamat politik Eep Saefullah Fatah pun memberikan pesan khusus kepada Joko Widodo. “Saya sangat yakin Indonesia menunggu Joko Widodo untuk bertindak sesuai dengan apa yang dipikirkan semua orang sebagai seorang presiden,” ujarnya.
Eep mengingatkan kepada Jokowi, ini saat yang tepat bagi Jokowi untuk menunjukkan pro antikorupsi dengan menyelamatkan Bambang. “Kami tidak hanya memilih orang-orang yang kami sambut untuk tinggal di istana, tapi kami memilih orang-orang yang pantas menjadi presiden, dan sekaranglah waktunya,” katanya.
Penahanan Bambang akhirnya ditangguhkan
Setelah ditahan lebih dari 12 jam, baik dengan campur tangan presiden atau tidak, penahanan Bambang ditangguhkan. Ia kemudian muncul di Gedung KPK dini hari pukul 02.10 pada Sabtu (24/1), didampingi Wakil Ketua KPK Pandu, Wakil Ketua Bidang Pencegahan Johan Budi, dan Wakil Ketua KPK Zulkarnaen.
Bambang disambut dengan doa dan takbir. Ia kemudian tersenyum di hadapan para pendukungnya. –Rappler.com
BACA JUGA:
Normal 0 salah salah salah AND-VS X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4
/* Definisi Gaya */ table.MsoNormalTable mso-style-name:”Table Normal”; mso-tstyle-ukuran tapak:0; mso-tstyle-colband-ukuran:0; mso-style-noshow: ya; prioritas gaya mso:99; mso-style-qformat: ya; mso-style-parent:””; mso-padding-alt: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-kanan: 0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-kiri: 0in; tinggi garis: 115%; penomoran halaman mso: janda; ukuran font: 11.0pt; font-family:”Calibri”,”sans-serif”; mso-ascii-font-keluarga:Calibri; mso-ascii-tema-font:kecil-latin; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-tema-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-tema-font:kecil-latin;