Kebakaran di Semeru diduga akibat api unggun milik pendaki
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Semeru ditutup sejak Kamis 22 Oktober 2015 hingga batas waktu yang tidak ditentukan
MALANG, Jawa Timur – Sebagian Gunung Semeru masih membara setelah terbakar empat hari lalu. Api diduga berasal dari api unggun milik pendaki yang belum padam sepenuhnya, kata Kepala Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Ayu Dewi Utari kepada Rappler, Sabtu 24 Oktober 2015.
Dijelaskannya, meski sudah ada rambu larangan menyalakan api unggun, namun masih banyak pendaki yang melanggar dan menimbulkan kebakaran, terutama di musim kemarau.Kebakaran terjadi di empat blok, yakni blok 2,3, Watu Rejeng, dan Landeng Dowo empat blok. dekat dengan jalur pendakian ke Semeru.
Sebanyak 52 petugas gabungan dikerahkan untuk memadamkan api dengan cara tradisional. Mereka adalah petugas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, masyarakat setempat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan kepolisian setempat.
Proses pemadaman masih dilakukan hingga saat ini. Petugas menggunakan cara pemadaman sederhana seperti membuat jalur api atau memadamkan api dengan ijuk dan alang-alang.
Proses evakuasi pendaki telah selesai dan tidak ada lagi pendaki di Semeru. “Sekitar 30 pendaki tiba di Ranupani tadi malam. “Semua orang dalam keadaan sehat,” katanya. Evakuasi ini merupakan sterilisasi Gunung Semeru dari para pendaki.
TNBTS telah menutup total Semeru sejak Kamis 22 Oktober 2015 hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Penutupan ini untuk menghindari bencana, belajar dari kejadian kebakaran di Gunung Lawu, kata Ayu Dewi.
Bromo, Tengger Semeru Habitat banyak satwa liar
Kebakaran di lereng Gunung Semeru dan kawasan TNBTS lainnya juga mengkhawatirkan lembaga konservasi satwa liar dan hutan. “Kebakaran akan berdampak pada satwa liar. “Semeru merupakan habitat lutung Jawa, harimau, rusa, dan burung merak,” kata Rosek Nursahid, ketua organisasi konservasi satwa dan hutan, ProFauna.
Sebab, meski tidak besar, Gunung Semeru banyak dihuni oleh hewan-hewan khas Jawa yang langka dan endemik seperti lutung jawa, rusa, burung merak, dan harimau. Faktanya, Harimau Jawa yang disebut-sebut sudah punah masih sering muncul di sekitar Semeru. Sejak tahun lalu, TNBTS telah memasang beberapa kamera untuk mengabadikan penampakan harimau jawa, meski hingga saat ini belum menunjukkan hasil.
“Kebakaran akan berdampak pada satwa liar, mulai dari makanan, rute, dan interaksi spesies,” ujarnya. Padahal, Semeru selama ini masuk dalam kategori lingkungan hutan yang masih terjaga. Pada tahun 2007, ProFauna memilih Semeru sebagai tempat pelepasliaran lutung, merak, dan rusa. – Rappler.com
BACA JUGA: