Ketidakpastian kenaikan BBM bersubsidi menyebabkan harga bahan pokok naik
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia — Rencana Presiden Joko “Jokowi” Widodo menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi membuat harga kebutuhan pokok melonjak.
Reaksi ini semakin besar ketika Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil membenarkan pemerintah akan menaikkan harga BBM bersubsidi pada bulan ini.
Di Bogor, harga bawang merah naik dari Rp 20.000 per kilogram menjadi Rp 25.000 per kilogram. Sementara harga cabai merah melonjak dari Rp 20.000 per kilogram menjadi Rp 56.000 per kilogram.
Kepala Dinas Perdagangan Dinas Koperasi dan Perdagangan Industri Kabupaten Bogor Yatirun mengatakan, harga gula putih, minyak sayur, beras, dan telur juga mengalami kenaikan. Rata-rata kenaikannya Rp 1.000 – Rp 1.500 per kilogram.
Sementara harga cabai merah di Bukit Tinggi dan Medan dilaporkan naik dari Rp40.000 menjadi Rp80.000.
Di Manado, harga beras mulai naik. Beras jenis Super Win, Serayu, dan Membramo dilaporkan naik dari Rp 8.500 per kilogram menjadi Rp 9.000 per kilogram.
Harga bahan bangunan juga terkena dampaknya. Harga seng aluminium naik dari Rp45.000 per saham menjadi Rp49.000 per saham.
Tak hanya itu, rencana kenaikan harga juga menimbulkan kepanikan warga. Di Nusa Tenggara Timur, SPBU juga diserang warga. Di SPBU Oelpuah misalnya, lebih dari 100 kendaraan mengantri untuk membeli BBM bersubsidi. Hal ini menimbulkan kemacetan lalu lintas di sekitar lokasi.
Pengusaha mendukung peningkatan BBM bersubsidi
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan pihaknya mendukung pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla untuk mengurangi alokasi subsidi BBM yang mencapai Rp 700 triliun. Dengan begitu, pemerintah bisa membangun infrastruktur yang mendukung iklim usaha.
“Untuk tempat kerja masyarakat, jalan, pelabuhan, dan sebagainya. Itu juga sangat mengejutkan kita semua karena bagaimana biayanya kami karena biaya logistik“Karena ketidakpastian itu,” kata Sofjan.
Sofjan menilai kenaikan harga BBM bersubsidi tidak akan mengakibatkan PHK besar-besaran.
“Yang pasti tidak akan ada PHK. Kami pasti akan meningkatkan biaya transportasi kami. “Efeknya tidak seberapa, paling banyak satu atau dua persen,” kata Sofjan.
Meski demikian, Sofjan meminta pemerintah segera memberikan kepastian kenaikan harga BBM bersubsidi. Pasalnya, sebelum kenaikan harga BBM bersubsidi, sejumlah harga naik.
Hal serupa diungkapkan Wakil Ketua Real Estate Indonesia (REI) Theresia Rustandi.
“Kalaupun hanya isu, sudah ada yang menaikkan harga. “Ini membuat pasar tidak stabil,” kata Theresia.
Ia mengatakan saat ini harga bahan bangunan mengalami kenaikan. Ia khawatir jika pemerintah resmi menaikkan harga BBM bersubsidi, harga bahan bangunan akan kembali naik.
“Pemerintah, semua pihak, jangan menyebarkan rumor. “Kalau belum yakin tanggalnya, jangan bilang dulu,” kata Theresia.
Kepala daerah meminta sosialisasi
Sejumlah kepala daerah di Indonesia meminta Presiden Jokowi melakukan sosialisasi sebelum memutuskan menaikkan harga BBM bersubsidi. Sosialisasi dinilai penting agar masyarakat tidak kaget dengan dampak kebijakan tersebut.
“(Sosialisasi) perlu agar masyarakat bisa mengharapkannya,” kata Gubernur Jabar Ahmad “Aher” Heryawan.
Hal senada juga diungkapkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Dia meminta pemerintah menjelaskan manfaat yang didapat masyarakat dari kenaikan harga BBM bersubsidi.
“Oke sekarang kita tingkatkan, tapi jumlah itu untuk membangun irigasi, banyak sekali untuk itu, jadi ada baiknya kita sosialisasikan,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya mengaku siap menjelaskan dampak positif kenaikan harga BBM bersubsidi kepada masyarakat di wilayahnya.
“Tentunya kita sebagai Gubernur harus menjelaskan kepada masyarakat, agar kita bisa memahami masyarakat,” kata Frans.
Penolakan terhadap Koalisi Merah Putih
Koalisi Merah Putih di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan penolakannya terhadap rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Rencana tersebut dinilai tidak tepat dan melukai perasaan masyarakat Indonesia.
Juru bicara sekaligus anggota Fraksi Partai Amanat Nasional Yandri Susanto menyayangkan rencana tersebut diperhitungkan saat harga minyak dunia sedang anjlok. Dalam APBN-P 2014, asumsi harga minyak dunia ditetapkan sebesar 105 dolar AS per barel. Sedangkan harga minyak dunia saat ini sebesar 82 dolar AS per barel.
Yandri juga mengatakan, berbagai aksi unjuk rasa di daerah menunjukkan penolakan masyarakat terhadap rencana tersebut.
Hal serupa disampaikan Wakil Ketua DPR dari Fraksi Gerindra Fadli Zon. Ia mengatakan, harga BBM bersubsidi harusnya mengikuti nilai minyak dunia.
Penolakannya pun disampaikan Sekretaris Partai Golongan Karya Bambang Soesatyo. Ia mengatakan, program kartu ajaib Jokowi yakni Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera belum tentu bisa mengurangi dampak kenaikan BBM bersubsidi.
Ungkapan Jokowi yang pro rakyat kini terbukti menjadi slogan yang tidak ada gunanya, kata Bambang. —Rappler.com