Kocok (tidak) untuk kami
- keren989
- 0
Ceramah bergerak lagi Kabinet Kerja Presiden Joko “Jokowi” Widodo tengah ramai dibicarakan, mulai dari perbincangan kalangan atas hingga perbincangan di kedai kopi tak dikenal. Mulai dari desakan partai politik hingga pencari panggung yang menggunakan modal survei internet dan nekat. Semua orang tampak sangat gaduh bergerak lagi ini adalah sebuah ‘fardhu ain’ yang harus dilakukan demi kepentingan negara ini.
Menteri, calon menteri, calon menteri, dan pencari panggung belakangan ini ramai di media massa. Menkeu tentu saja mengklaim prestasi yang diraihnya dalam 6 bulan terakhir. Sebuah pencapaian yang luar biasa menurut mereka sendiri.
Para calon menteri sangat vokal mengenai pentingnya pergantian menteri untuk meningkatkan kinerja kabinet dan memperbaiki kondisi perekonomian. Calon menteri juga mencari informasi dan celah.
Terkadang calo bergerak secara diam-diam melalui lobi-lobi politik, terkadang pula mengirimkan pesan melalui pemberitaan di media massa.
Ada juga banyak caper (mencari perhatian) untuk ditampilkan. Masalah bergerak lagi digunakan sebagai momen caper, seperti undangan acara gala organ tunggal. Tidak peduli seberapa besar bayarannya, yang terpenting adalah tampil dan mendapat perhatian publik.
Para caper sibuk memberikan rapor merah, biru dan hitam. Mereka mengevaluasi kinerja kementerian menggunakan kriteria kualitatif mereka sendiri.
Ada juga yang menghitung kinerja kementerian berdasarkan survei berbiaya rendah melalui internet. Akurasi dipinggirkan padahal kita menjual intelektual di sana-sini. Yang penting laksanakan, urusan lain sudah tidak penting lagi.
Dorongan dasar untuk melakukan bergerak lagi segala macam hal. Saya membuat tabulasi berdasarkan berita yang saya baca. Tentu saja saya menggunakan kebijakan saya yang berubah-ubah, tidak Bahkan mereka yang mengaku intelektual pun bisa mengesampingkan intelektualismenya, kotor Saya yang bukan intelektual tidak bisa.
Yang pertama adalah kondisi perekonomian yang buruk. Pertumbuhan di bawah target, defisit pajak meningkat, 6 bulan tidak ada program infrastruktur strategis yang serius, sektor riil melambat, konsumsi masyarakat menurun, dan tentunya dampak ekonomi global.
Yang kedua adalah kekacauan politik. Anggota koalisi pendukung pemerintah dan anggota koalisi yang seharusnya oposisi tampaknya bersaing untuk mendapatkan jabatan. Akhirnya muncul kabar yang membuat Jokowi menjauhkan diri dari PDI-P. Aneh, jaga jarak dengan partai pengusung, tapi kalau ada perang di Senayan, minta dukungan PDI Perjuangan.
Partai-partai yang seharusnya oposisi mulai menunjukkan sikap malu-malu ingin mendapatkan kursi di kabinet. Siapa yang mau masuk tanpa masuk gratis Partai tersebut juga rupanya mengangkat isu agar lebih banyak profesional yang dimasukkan dalam kabinet Jokowi. Seolah-olah semua kader partai itu bodoh.
Bagi saya, kedua alasan tersebut sama omong kosong– miliknya. Sebagai organisasi kepresidenan, kabinet tentu saja fokus pada sasaran dan Indikator kinerja utama masing-masing.
Dari sini arahnya tidak pernah jelas. Targetkan swasembada misalnya beras, jagung, kedelai, dan gula. Semua tercapai dalam 3 tahun. Apakah ada rencana strategis untuk mencapai hal ini dalam 6 bulan terakhir? Pada tahap apa? Semuanya gelap.
Swasembada gula yang juga menjadi target rezim Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama dua periode (setiap tahun direvisi mundur dan hingga ia lengser, swasembada tidak tercapai) kembali dijadikan target.
Namun hingga saat ini belum ada langkah radikal untuk mengatur perdagangan gula agar gula rafinasi tidak meresap ke pasar eceran atau bahkan bocor. Bagaimana tahapan membangun pabrik gula modern agar industri gula menjadi lebih efisien. Aku juga tidak tahu kemana arahnya.
Target penurunan biaya logistik dari sekitar 24%-27% menjadi puluhan persen melalui tol laut juga belum jelas. Untuk mencapai target pengurangan tersebut, akan dibangun pelabuhan dan industri perkapalan.
Saat baru dilantik, Menperin menyebut akan membahas aturan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai kapal dalam negeri dan pembebasan Pajak Penghasilan atas impor komponen kapal. Targetnya Januari selesai. Saya tidak tahu tahun berapa bulan Januari karena ini sudah bulan Mei.
Dengan baik. Karena itu, bergerak lagi. Semua menteri yang dianggap tidak kompeten diganti. Akankah hasilnya membaik? Saya merasa tidak akan ada bedanya. Para pejabat, ya, akan tetap demikian.
Target tidak jelas, prestasi tidak jelas, gaji tetap setiap bulannya. Tetap mendapat fasilitas layaknya raja kecil. Jadi, haruskah kita melakukannya dan membuat keributan untuk mereka? Ya, sesekali bersikap sinis tidak apa-apa. Selalu? Ayo. Dapatkan kehidupan!
Lalu apa yang harus kita lakukan dalam kondisi seperti ini? Ada banyak hal yang saya sarankan lakukan untuk mempertahankannya Dingin di tengah derasnya arus dramatisasi. Tidak perlu terlibat dalam drama. Ingat, Anda bukan Nassar atau Musdalifah.
Fokus pada apa yang kita lakukan dan miliki
Kalau ekonomi ingin tumbuh 5%, 4%, atau bahkan 2%, yang pasti kita harus bekerja, menggerogoti otak, mengekspresikan kreativitas. Kalau kita analisa makroekonomi bersama-sama setiap hari padahal gajinya pas-pasan, tidak ada side income, konyol.
Sehari-harinya ia meluangkan waktunya untuk mengkritik buruknya perekonomian Indonesia, namun ia selalu mengaku sibuk mencari pekerjaan tambahan. Anda sudah tahu kalau penghasilan Anda pas-pasan, jadi Anda perlu memikirkan angka-angka ekonomi yang sulit.
Ingat, tidak semua orang terlahir secerdas Poltak Hotradero. Bang Poltak dibayar untuk melakukan pencarian dan analisis data. Nah kalian? Mengutip berita hanya untuk modal twitwar. Bukan berarti lebih baik fokus mendapatkan pekerjaan tambahan.
Artinya, saya mengabaikan angka-angka makro dan berbagai informasi mengenai perlambatan ekonomi dan potensi kenaikannya pinjaman bermasalah perbankan, defisit pajak, atas cadangan devisa yang bisa saja tergerus hingga 1 miliar dollar AS dalam waktu yang terlalu lama? TIDAK.
Saya mengikuti semuanya. Lalu, jika hal ini terjadi, langkah apa yang harus kita ambil? Bernyanyi tanpa rasa takut, atau mencari penghasilan tambahan untuk menyelamatkan nyawa kita dan keluarga? Pikirkan tentang itu.
Ingat, Anda tidak memiliki Astra International, tidak memiliki ratusan ribu hektar perkebunan kelapa sawit, atau memiliki operasi pengolahan produk konsumen pendapatan sepuluh miliar rupiah. Jika Anda memiliki perusahaan raksasa, itu sepadan khawatir.
Tapi kalau hanya kelas menengah ha ha yang masih mengeluh karena dibayar, tinggal di rumah orang tuanya, tapi punya gaya hidup tinggi alias kamjet (akting yang menyenangkan jet), tidak masalah, jangan terlalu banyak berpikir.
Terlalu banyak berita negatif tanpa pemahaman yang cukup hanya membuat semangat hidup kita menurun, demoralisasi dalam bekerja, dan hidup hanya membuang-buang waktu saja memfitnah negara yang ternyata tidak berdampak apapun pada kehidupan kita.
Kontribusi terhadap perekonomian skala kecil di sekitar kita
Kondisi perekonomian yang sulit otomatis akan memaksa kita untuk mengurangi konsumsi. Jika para penyanyigaya hidup Kamjet menyadari bahwa dalam kondisi perekonomian yang sulit ini sudah saatnya berkontribusi dalam skala kecil. Ini memiliki arti yang besar.
Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2004 menunjukkan bahwa terdapat sekitar 17 juta badan usaha yang tidak berbadan hukum. Jika jumlahnya meningkat menjadi 20 juta usaha yang tidak berbadan hukum, dan masing-masing mempunyai 2-3 usaha, maka jumlah pekerja informal yang terlibat adalah 40 juta hingga 60 juta.
Siapa mereka? Yang tersebar disekitar anda mungkin : warung nasi, warung gorengan, martabak, cilok, cireng, kue basah, penjual kaos, pedagang asongan dan macam-macamnya.
Kurangi nongkrong di kafe sambil berdiskusi tentang nasib orang yang belum tentu berubah setelah berkunjung. Pulanglah, belilah jajanan di sekitar rumahmu. Hidup untuk mereka yang belum tersentuh media sosial dan belum mengetahui apa itu makroekonomi.
Makanlah nasi goreng gerobak dorong atau mie goreng. Hidup untuk mereka yang tidak dikenal dalam perencanaan kota. Terkadang Anda harus mendorong kereta Anda melawan arus lalu lintas dan menghadapi bahaya untuk mempersingkat perjalanan ke kios.
Ini adalah pengeluaran rendah 40%. Hanya menyumbang 16,87% terhadap konsumsi nasional. Sedangkan 40% dengan pengendalian pendapatan sedang sebesar 34,09%, dan 20% dengan pengendalian pendapatan tinggi sebesar 49,04%.
Jika ini adalah pembagian kue ekonomi, 20% masyarakat terkaya akan berkontribusi hampir setengahnya terhadap perekonomian. Dari tahun 2010 hingga tahun 2013 jumlahnya meningkat. Sedangkan bagian bawah dan tengah perlahan turun.
Mereka yang moderat terkadang memiliki gaya hidup dan tempat berbelanja yang tinggi menyukai dimiliki oleh kelompok kaya. Uangnya hanya beredar kesana kemari.
Yang lebih penting bagi mereka yang pengeluarannya 40% lebih rendah adalah mendapat perhatian (dan tentunya rezeki) dari kita agar perekonomian mereka berputar dalam keadaan yang dinamis ini.
Bukan berarti kita memikat hati melalui media sosial untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan: “Saya pintar, saya pintar. Atau sekadar untuk menunjukkan: apa yang saya katakan? Saya sudah tahu, Jokowi tidak bisa berbuat apa-apa. Saya sudah memperkirakannya sejak lama.”
Mengapa tidak memprediksi togel saja jika memang Anda mempunyai kemampuan sehebat itu? omong-omongbisakah anda memberikan prediksi kapan manchester united akan menjuarai liga champions?
Biasanya kalau saya menulis seperti ini, saya sering dituduh moralis. (Kenapa para moralis menjadi konsultan humas, eh). Dalam kondisi seperti ini penting untuk bergandengan tangan dengan orang-orang terdekat kita. Jangan berpikir terlalu tinggi, bisa-bisa Anda malah tertabrak pesawat.
Masa depan kita tergantung pada tangan kita sendiri. Untuk berharap bahwa setiap pemerintahan itu baik, tidak ada salahnya juga jika kita mengkritiknya. Tapi yang penting juga kita sibuk bekerja dan tampil di kompetisi.
Jangan biarkan orang lain sibuk bekerja dan kita diminta, “Tenang saja hidupmu.” Lalu kita menjawab, “Ya, saya sibuk berteriak agar pemerintah peduli dengan hidup kita.” Apapun yang kamu mau. —Rappler.com
Kokok Herdhianto Dirgantoro adalah mantan jurnalis, mantan pegawai bank. Kini beliau menjalankan kantor konsultasi di bidang komunikasi strategis. Namun Kokok sangat tertarik mempelajari masalah ekonomi. Gaya tulisannya lucu, namun penuh analisis. Ikuti Twitter-nya @kokokdirgantoro.