Kunjungan DPR ke Luar Negeri: Atas nama kesenangan
- keren989
- 0
November 2012, sekelompok anak muda menerobos kota dingin Berlin, Jerman menuju Bandara Tegel.
Suhu Berlin saat itu di bawah 0 derajat. Namun Yoga Kartiko dan anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) lainnya sepakat untuk melakukan pramuka kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR RI) yang baru tiba dari negara asalnya.
Sore harinya mereka langsung memata-matai anggota DPR dan menemukan beberapa di antara mereka sedang berbelanja. Lihat foto lengkap Di Sini.
Seorang anggota PPI menceritakan kepada saya ada anggota DPR yang menginap di hotel kelas satu di kawasan Alexander Platz. Kawasan ini seperti kawasan Harmoni Berlin karena dulunya merupakan pusat Jerman, sebelum dipindahkan ke Potsdamer Platz.
Ternyata tak hanya satu rombongan yang datang ke Berlin, PPI juga kembali menggelar pertemuan hingga pukul 12 tengah malam di rumah pengurus cabang khusus Nahdatul Ulama Berlin, Syafiq Hashim, yang saat itu sedang kuliah di Universitas Frei.
Saya juga berada di rumah bersama mereka, mendengarkan mereka dengan cermat camilan gorengan buatan Mbak Dea Hasyim. Sebagai jurnalis, tugas saya adalah melaporkan, bukan bergabung dalam tim investigasi PPI.
Anggota DPR akan berkunjung ke mana dan tujuannya apa?
Informasinya, 11 anggota legislatif DPR berkunjung ke Jerman untuk merampungkan rancangan undang-undang UU Keinsinyuran. Kunjungan ini dilakukan selama seminggu.
Salah satu tujuannya adalah mengunjungi Deutsches Institutes fur Normung (DIN) yang menurut keyakinan DPR saat itu terkait dengan hukum keinsinyuran.
Namun perwakilan DIN, Dr Bernd Maskos, langsung membantahnya. Bagiku saat itu, Masker menegaskan bahwa lembaga tersebut tidak mempunyai kewenangan untuk menjelaskan standardisasi profesi insinyur.
Intinya DPR salah alamat.
Masyarakat Tanah Air geram melihat kelakuan DPR yang suka “jalan-jalan”. Lebih lanjut, menurut catatan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), kunjungan DPR ke Jerman menelan biaya hingga Rp1,056 miliar.
Asumsi ini didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan No. 84./PMK.02/2011 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2012.
Siapa yang mengunjungi Berlin? Ada Sunardi Ayub, Nanang Samodra, Paula Sinjal dan 6 anggota Baleg lainnya.
Kesalahan berulang
Belum lama ini, usai berkunjung ke Jerman, anggota DPR RI lainnya (dan juga pada masa jabatan lainnya) kembali menjadwalkan kunjungan ke negara lain.
Sayangnya DPR tak pernah mengumumkan jadwal kunjungan ke luar negeri. Mereka juga tidak mengungkapkan siapa yang akan pergi dan berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk kunjungan tersebut.
Terkait kunjungan ke New York, Amerika Serikat, pekan lalu, DPR mengagendakan dan membagi agendanya. Namun siapakah anggota dewan yang dimaksud? Hingga saat ini, jumlah anggota dewan dan staf yang keluar masih simpang siur.
Mengapa DPR tidak pernah belajar dari kesalahannya? Kalaupun DPR bisa mengirimkan rilis lengkapnya ke website dpr.go.id dan disiarkan di Parliament TV tentang aktivitas mereka di luar negeri. Lagipula, DPR selalu terbuka soal dengar pendapat.
Namun saat DPR berkunjung ke luar negeri, wartawan harus menebak-nebak kapan, ke mana, siapa yang berangkat, dan apa agendanya. Bahkan KJRI di sana pun tidak buka. Meskipun orang yang mengunjunginya bukanlah iblis.
Soal kunjungan ke luar negeri, saya pernah diolok-olok oleh anggota DPR. “Kami tidak umumkan, nanti bikin keributan,” ucapnya.
Kunjungan ke New York merupakan salah satu agenda yang tidak transparan, terutama dari segi anggaran. Berapa anggaran yang mereka keluarkan? Dan anggarannya dari mana?
FITRA pun harus menebak harga hotel Rp 18 juta per malam. Meski Ketua Komisi I DPR RI Tantowi Yahya yang tergabung dalam rombongan akhirnya membantah dan menyebut harga hotel satu malam hanya 250 USD.
Bagus sekali, Setya Novanto. (melalui @jokoanwar) pic.twitter.com/IbZQPtiaht
— #NGENEST3 (@ernestprakasa) 4 September 2015
Kunjungan pekan lalu ke New York kembali diwarnai insiden politik, yakni kemunculan Ketua DPR Setya Novanto saat kampanye calon presiden Amerika dari Partai Republik, Donald Trump.
Kehadiran Setya dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon di pidato kampanye Trump membuat netizen Tanah Air heboh.
Kemunculan Setya dan Fadli dinilai mempermalukan jati diri bangsa, apalagi sang ketua mengklaim masyarakat Indonesia cinta Donald Trump.
Apa yang harus dilakukan DPR?
Transparansi. Jika memang niat baik DPR, sebaiknya sebulan sebelumnya jadwal pemberangkatan ke luar negeri diumumkan. Bila perlu, ada halaman khusus di website DPR yang diberi judul “Kunjungan Luar Negeri”.
Jangan lupa lampirkan juga jadwal dan biaya yang disediakan agar masyarakat tidak curiga.
Pasang nama-nama anggota DPR yang akan ke sana, unggah usulannya, dan buat forum on line untuk mendiskusikan kunjungan mereka.
Biarkan rakyat membantu wakil-wakilnya mengerjakan pekerjaan rumah ini. Siapa tahu WNI yang sedang berada di luar negeri bisa membantu DPR untuk menghubungi lembaga yang berwenang untuk membahas tema yang diangkat.
Plussiapa tahu ada yang mengajak anggota DPR menginap di rumahnya, biar lebih hemat, tak perlu menginap di hotel seharga Rp 18 juta per malam kan? —Rappler.com
BACA JUGA:
Febriana Firdaus adalah jurnalis Rappler Indonesia. Ia fokus membahas isu korupsi, HAM, LGBT, dan pekerja migran. Febro, sapaan akrabnya, bisa disebutkan @FebroFirdaus.